Kamis, 25 Desember 2014

Laporan Percobaan Hubungan Produsen dan Konsumen dalam Siklus Karbon

LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM

PERCOBAAN III
HUBUNGAN PRODUSEN DAN KONSUMEN
DALAM SIKLUS KARBON DI PERAIRAN

NAMA                       : FITRI HANDAYANI
NIM                            : H41111901
KELOMPOK            : IV A
HARI/TANGGAL    : SABTU / 24 MARET 2012
ASISTEN                   : GABY MAULIDA NURDIN
                                      AHMAD ASHAR ABBAS

 







LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar  Belakang

             Proses di alam sudah tertata rapi. Setiap tahap dari suatu proses seluruhnya berjalan dengan peranan tertentu yang bermanfaat untuk kelangsungan hidup mahluk di alam. Sebuah contoh, suatu proses yang terjadi di alam, yaitu siklus karbon. Siklus karbon melibatkan seluruh lingkungan yang ada di alam semesta, meliputi atmosfer, biosfer, hidrosfer dan geosfer. Karena itu, siklus karbon disebut sebagai siklus biogeochemical. Pada setiap lingkungan dan antara lingkungan terjadi pertukaran karbon (Darmadi, 2010).
            Karbon berpindah dari lingkungan atmosfer ke biosfer sebagai gas karbondioksida. Gas karbondioksida digunakan tumbuhan untuk berfotosintesis. Karbon memasuki lingkungan atmosfer dari lingkungan bisofer juga sebagai gas karbondioksida. Gas karbondioksida dilepaskan ke atmosfer dari hasil pernafasan mahluk hidup, hasil pembusukan/fermentasi oleh bakteri/jamur dan hasil pembakaran senyawa-senyawa organik (Darmadi, 2010).
            Salah satu cara untuk melihat hubungan produsen dan konsumen dalam pemakaian dan poduksi karbon dalam air dapat dilakukan dengan Uji Bromtimol Biru. Bromtimol biru merupakan suatu larutan indicator yang berwana biru dalam larutan basa dan kuning dalam larutan asam. Gas karbondioksida akan membentuk asam jika dilarutkan dalam air. Perubahan warna pada perlakuan disebabkan oleh perubahan kandungan karbondioksida yang ada dalam air. Kadar karbondioksida akan berkurang apabila terjadi proses fotosintesis oleh tumbuhan. Sebaliknya kadar karbondioksida akan meningkat kalau terjadi proses respirasi (Umar, 2012).
Untuk mengetahui hubungan antara produsen dan konsumen dalam pemanfaatan siklus karbon di perairan dan melatih keterampilan mahasiswa dalam menggunakan peralatan yang berhubungan dengan siklus karbon, maka percobaan ini dilakukan.
I.2. Tujuan Percobaan
            Tujuan pada percobaan ini adalah:
1.      Untuk mengetahui hubungan antara produsen dan konsumen dalam pemanfaatan karbon di perairan.
2.      Untuk memperkenalkan dan melatih keterampilan mahasiswa dalam menggunakan peralatan yang berhubungan dengan siklus karbon
I.3. Waktu dan Tempat Percobaan
            Percobaan mengenai Hubungan Produsen dan Konsumen dalam Siklus Karbon di Perairan dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 24 Maret 2012, pukul 09.00- 14.00 WITA, yang bertempat di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar, dan dilakukan pengamatan selama lima hari.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Karbon di alam selain dalam bentuk bahan organik, umumnya dalam bentuk gas dan batuan karbonat yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan. Karbon melalui proses fotosintesis yang akan diubah menjadi senyawa organik yang dapat dipergunakan oleh organisme lainnya. Tumbuhan sebagai pemakai utama karbon akan memanfaatkannya melalui proses siklus materi karbon dan akan kembali lagi ke atmosfer atau air sebagai CO2 sebagai hasil suatu proses metabolisme (Umar, 2012).
Siklus karbon adalah suatu proses yang mana carbon ini mengalami perputaran dari udara, tanah, tanaman, binatang, dan bahan fosil. Carbon terbesar di bumi ini terletak di atmosfer yaitu karbon dioksida (CO2). Siklus karbon dioksida dilakukan oleh tanaman selama proses fotosintesis untuk membentuk molekul organik (glukosa, sebagai makanan). Ini merupakan berasal dari pemberi makanan untuk semua organisme heterotropik. Binatang melakukan hal sebaliknya dari tanaman. Mereka mengeluarkan karbon dioksida ke udara sebagai hasil dari proses respirasi. Pengurai di mana mereka mengolah bahan organik, juga mengeluarkan karbon dioksida ke udara. Pengurai merupakan hal penting, sebab tanpa pengurai semua karbon di planet ini akan menutupi bangkai-bangkai dan sampah lainnya. Dan tidak mengijinkan karbon untuk masuk ke jaringan makanan. Carbon juga dihasilkan oleh bahan fosil (fosil) seperti batu bara, minyak tanah, dan gas alam. Ketika semua ini mengalami pembakaran, maka karbon dioksida keluar ke udara. Vulkanik dan api juga mengeluarkan karbon dioksida yang besar ke atmosfer. Karbon dioksida dapat dilarutkan di air, di mana zat ini akan kembali lagi ke udara. Dan hasilnya akan membentuk kalsium karbonat (CaCO3) yang mana akan terbentuk kerangka, batuan, tulang dari protozoa, dan karang (Annisanfushie, 2008).
Karbon merupakan bahan dasar penyusun senyawa organik. Di dalam organisme hidup terdapat 18% karbon. Kemampuan saling mengikat pada atom-atom karbon (C) merupakan dasar bagi keragaman molekul dan ukuran molekul yang sangat diperlukan dalam kehidupan. Selain terdapat dalam bahan organik, karbon juga ditemukan dalam senyawa anorganik, yaitu gas karbondioksida (CO2) dan batuan karbonat (batu kapur dan koral) dalam bentuk calsium karbonat (CaCO3). Organisme autotrof (tumbuhan) menangkap karbondioksida dan mengubahnya menjadi karbohidrat, protein, lipid, dan senyawa organik lainnya. Bahan organik yang dihasilkan tumbuhan ini merupakan sumber karbon bagi hewan dan konsumen lainnya (Widayati, 2009).
Pada setiap tingkatan trofik rantai makanan, karbon kembali ke atmosfer atau air sebagai hasil pernapasan (respirasi). Produsen, herbivora, dan karnivora selalu bernapas dan menghasilkan gas karbondioksida. Setiap tahun, tumbuhan mengeluarkan sekitar sepertujuh dari keseluruhan CO2 yang terdapat di atmosfer. Meskipun konsentarasi CO2 di atmosfer hanya sekitar 0,03%, namun karbon mengalami siklus yang cepat, sebab tumbuhan mempunyai kebutuhan yang tinggi akan gas CO2. Walaupun begitu, sejumlah karbon dipindahkan dari siklus itu dalam waktu yang lebih lama. Hal ini mungkin terjadi karena karbon terkumpul di dalam kayu dan bahan organik lain yang tahan lama, termasuk batu bara dan minyak bumi. Perombakan oleh detritivor akhirnya mendaur ulang karbon ke atmosfer sebagai CO2. Selain itu pembakaran kayu dan bahan bakar fosil juga ikut berperan, karena api dapat mengoksidasi bahan organik atau kayu menjadi CO2 dengan lebih cepat (Widayati, 2009).
Adapun macam-macam karbon yang ada antara lain (Janzen, 2004):
1.      Karbon di Atmosfer
Bagian terbesar dari karbon yang berada di atmosfer Bumi adalah gas karbon dioksida (CO2). Meskipun jumlah gas ini merupakan bagian yang sangat kecil dari seluruh gas yang ada di atmosfer (hanya sekitar 0,04% dalam basis molar, meskipun sedangmengalami kenaikan), namun iamemiliki peran yang penting dalam menyokong kehidupan. Gas-gas lain yangmengandung karbon di atmosfer adalah metan dan kloro floro karbon atau CFC (CFC ini merupakan gas artifisial atau buatan). Gas-gas tersebut adalah gas rumah kaca yang konsentrasinya di atmosfer telah bertambah dalam dekade terakhir ini, dan berperan dalam pemanasan global.
2.      Karbon di Biosfer
Sekitar 1900 gigaton karbon ada di dalam biosfer. Karbon adalah bagian yang penting dalam kehidupan di Bumi. Ia memiliki peran yang penting dalam struktur, biokimia, dan nutrisi pada semua sel makhluk hidup. Dan kehidupan memiliki peranan yang penting dalam siklus karbon:
a.       Autotrof adalah organisme yang menghasilkan senyawa organiknya sendiri dengan menggunakan karbon dioksida yang berasal dari udara dan air di sekitar tempat mereka hidup. Untuk menghasilkan senyawa organik tersebut mereka membutuhkan sumber energi dari luar. Hampir sebagian besar autotroph menggunakan radiasi matahari untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut, dan proses produksi ini disebut sebagai fotosintesis. Sebagian kecil autotroph memanfaatkan sumber energi kimia, dan disebut kemosintesis. Autotroph yang terpenting dalam siklus karbon adalah pohon-pohonan di hutan dan daratan dan fitoplankton di laut. Fotosintesis memiliki reaksi 6CO2 + 6H2O → C6H12O6 + 6O2.
b.      Karbon dipindahkan di dalam biosfer sebagai makanan heterotrop pada organisme lain atau bagiannya (seperti buah-buahan). Termasuk di dalamnya pemanfaatan material organik yang mati (detritus) oleh jamur dan bakteri untuk fermentasi atau penguraian.
c.       Sebagian besar karbon meninggalkan biosfer melalui pernafasan atau respirasi. Ketika tersedia oksigen, respirasi aerobik terjadi, yang melepaskan karbon dioksida ke udara atau air di sekitarnya dengan reaksi C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O. Pada keadaan tanpa oksigen, respirasi anaerobik lah yang terjadi, yang melepaskan metan ke lingkungan sekitarnya yang akhirnya berpindah ke atmosfer atau hidrosfer.
d.      Pembakaran biomassa (seperti kebakaran hutan, kayu yang digunakan untuk tungku penghangat atau kayu bakar, dll.) dapat juga memindahkan karbon ke atmosfer dalam jumlah yang banyak.
e.       Karbon juga dapat berpindah dari bisofer ketika bahan organik yang mati menyatu dengan geosfer (seperti gambut).
f.       Sisanya, yaitu siklus karbon di laut dalam, masih dipelajari. Sebagai contoh, penemuan terbaru bahwa rumah larvacean mucus (biasa dikenal sebagai “sinkers” dibuat dalam jumlah besar yang mana mampu membawa banyak karbon ke laut dalam seperti yang terdeteksi oleh perangkap sedimen. Karena ukuran dan kompisisinya, rumah ini jarang terbawa dalam perangkap sedimen, sehingga sebagian besar analisis biokimia melakukan kesalahan dengan mengabaikannya.
3.      Karbon di lautan
Laut mengandung sekitar 36.000 gigaton karbon, dimana sebagian besar dalam bentuk ion bikarbonat. Karbon anorganik, yaitu senyawa karbon tanpa ikatan karbon-karbon atau karbon-hidrogen, adalah penting dalam reaksinya di dalam air. Pertukaran karbon ini menjadi penting dalam mengontrol pH di laut dan juga dapat berubah sebagai sumber (source) atau lubuk (sink) karbon. Pada daerah upwelling, karbon dilepaskan ke atmosfer. Sebaliknya, pada daerah downwelling karbon (CO2) berpindah dari atmosfer ke lautan. Pada saat CO2 memasuki lautan, asam karbonat terbentuk:
CO2 + H2O H2CO3
Reaksi ini memiliki sifat dua arah, mencapai sebuah kesetimbangan kimia. Reaksi lainnya yang penting dalam mengontrol nilai pH lautan adalah pelepasan ion hidrogen dan bikarbonat. Reaksi ini mengontrol perubahan yang besar pada pH:
H2CO3 H+ + HCO3
Hubungan antara produsen dan konsumen dalam kaitannya dengan siklus karbon dan mutlak diperlukan dalam suatu ekosistem untuk menjaga kestabilannya. Di lingkungan terbuka, sangat sulit untuk menentukan faktor apa yang mempengaruhi hubungan tersebut karena terdapat banyak faktor yang mempengaruhinya. Dalam siklus karbon, atom karbon terus mengalir dari produsen ke konsumen dalam bentuk molekul CO2 dan karbohidrat, sedangkan energi foton matahari digunakan sebagai pemasok energi yang utama. Produsen memerlukan CO2 yang dihasilkan konsumen untuk melakukan fotosintesis. Dari kegiatan fotosintesis tersebut, produsen dapat menyediakan karbohidrat dan oksigen yang diperlukan oleh konsumen dalam kehidupan langsung (Novarro, 2010).
Salah satu cara untuk melihat hubungan produsen dan konsumen dalam pemakaian dan poduksi karbon dalam air dapat dilakukan dengan Uji Bromtimol Biru. Bromtimol biru merupakan suatu larutan indicator yang berwana biru dalam larutan basa dan kuning dalam larutan asam. Gas karbondioksida akan membentuk asam jika dilarutkan dalam air. Perubahan warna pada perlakuan disebabkan oleh perubahan kandungan karbondioksida yang ada dalam air. Kadar karbondioksida akan berkurang apabila terjadi proses fotosintesis oleh tumbuhan. Sebaliknya kadar karbondioksida akan meningkat kalau terjadi proses respirasi (Umar, 2012).
Organisme hidup dapat dibagi menjadi dua golongan utama menurut bentuk energi kimia karbon yang diperlukan dari lingkungannya. Organisme autotrof dapat mempergunakan karbondioksida dari atmosfer sebagai satu-satunya sumber karbon untuk membangun semua biomolekul yang mengandung karbon. Contohnya adalah baktei fotosintetik dan sel hijau daun tumbuhan. Organisme heterotrof tidak mempergunakan karbondioksida dari atmosfer dan harus memperoleh karbon dari lingkungan dalam bentuk molekul organik yang relatif kompleks, seperti glukosa. Hewan dan hampir semua mikroorganisme adalah organisme heterotrof. Organisme autotrof bersifat dapat mencukupi diri sendiri, sedangkan organisme heterotrof memerlukan karbon dalam bentuk yang lebih kompleks yang dibentuk dari organisme lain (Lehninger, 1991).















BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1. Alat
            Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah botol sampel, pipet tetes, gunting, dan nampan.
III.2. Bahan
            Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini larutan bromtimol biru, siput Lymnaea sp., Hydrilla Hydrilla verticillata, plastik, air, karet gelang, dan kertas label.
III.3. Cara Kerja
            Cara kerja pada percobaan ini adalah:
1.      Disiapkan 2 seri percobaan A dan B yang masing-masing terdiri atas 4 botol sampel. Kemudian, diberikan label pada setiap perlakuan dengan kode A1, A2, A3 dan A4 serta B1, B2, B3 dan B4.
2.      Botol  sampel diisi dengan air secukupnya.
3.      Bromtimol Biru sebanyak 1-2 tetes ditambahkan kedalam setiap botol sampel.
4.      Kemudian,  siput dimasukkan kedalam botol perlakuan A1 dan B1, siput dan Hydrilla sp kedalam botol A2 dan B2, Hydrilla sp kedalam botol A3 dan B3 serta A4 dan B4 sebagai kontrol (tanpa perlakuan).
5.      Semua botol sampel ditutup rapat-rapat, jangan sampai bocor menggunakan plastik dan diikat menggunakan karet gelang.
6.      Kelompok A1-A4 ditempatkan pada tempat terang dan kelompok B1-B4 pada kamar gelap.
7.      Percobaan tersebut diamati dengan interval waktu setiap 24 jam selama 3 hari. Setiap kali diamati, perubahan warna air dan keadaan organismenya dicatat. Kemudian kedua kelompok ditukarkan, kelompok B1-B4 pada tempat terang dan kelompok A1-A4 pada tempat gelap.
8.      Kemudian diamati kembali dengan interval waktu 24 jam, selama 2 hari dan pada hari terakhir. Perubahan warna yang terjadi dan keadaan organismenya dicatat.
9.      Hasil data dibuat dan menyimpulkan dari data yang diperoleh.












BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil
IV.1.1. Tabel Pengamatan
A.    Tabel Pengamatan untuk Kelompok A (Terang) dan Kelompok B (Gelap)

Kelompok A (Terang)
Kelompok B (Gelap)
I
II
III
I
II
III
A1, B1
++
+++
+++
++
++
+++
A2, B2
++
++
+++
++
++
++
A3, B3
++
+
-
++
++
+
A4, B4
+++
+++
+++
+++
+++
+++
B.     Tabel Pengamatan untuk Kelompok B (Terang) dan Kelompok A (Gelap)

Kelompok B (Terang)
Kelompok A (Gelap)
I
II
III
I
II
III
A1, B1
++
+++
+++
-
-
- -
A2, B2
++
++
+++
+
+
- -
A3, B3
++
-
-
+
+
+
A4, B4
+++
+++
+++
+++
+++
+++



Keterangan:
+++ = Biru sekali
++   = Biru
+     = Biru muda
---   = Bening sekali/jernih
--    = Bening
-     = Bening kebiruan
IV.2. Pembahasan
            Percobaan kali ini tentang Hubungan Produsen dan Konsumen dalam Siklus Karbon di Perairan dilakukan pengamatan selama 6 hari pada berbagai wadah sampel yang telah diberi perlakuan. Ke dalam masing-masing wadah dimasukkan siput ke dalam botol A1, B1, siput dan Hydrilla ke botol B1, B2, siput dan Hydrilla ke dalam botol A3, B3, serta A4 dan B4 sebagai kontrol (tanpa perlakuan). Setiap wadah sampel ditetesi kurang lebih 2-5 tetes Bromtimol biru untuk melihat hubungan produsen dan konsumen dalam siklus karbon di perairan. Setelah 6 hari dilakukan pengamatan dengan penggantian tempat dari wadah yang di tempat terang setelah tiga hari dipertukarkan tempatnya dengan wadah yang di tempat gelap untuk melakukan perbandingan.
                Pada tempat terang untuk kelompok A, pada hari I air dalam botol berisi siput (A1) berwarna biru , pada hari II tetap berwarna biru dan menjadi sekali pada hari III. Air dalam botol yang berisi siput dan Hydrilla sp. (A2), pada hari I berwarna biru, pada hari II tetap berwarna biru, dan biru sekali pada hari ke III. Air dalam botol Hidrilla (A3), pada hari I berwarna biru, pada hari II berwarna biru muda, dan pada hari III berwarna bening kebiruan. Air dalam wadah kontrol atau tanpa perlakuan tetap berwarna biru tua selama tiga hari berturut-turut.
            Pada tempat gelap, air dalam botol berisi siput (B1) berwarna biru pada hari I dan II, dan hari III berwarna biru sekali. Air dalam botol berisi siput dan hidrilla (B2), pada hari I dan II berwarna biru muda, dan hari III berwarna bening kebiruan. Air dalam botol berisi hidrilla (B3), pada hari I dan II berwarna biru dan menjadi biru muda pada hari III. Air dalam botol kontrol atau tanpa perlakuan (B4) tetap berwana biu selama tiga hari berturut-turut.
            Ketika A1-A4 dan B1-B4 bertukar tempat, A1-A4 disimpan di tempat gelap dan B1-B4 di tempat terang. Di tempat gelap, pada perlakuan A1, pada hari I berwarna biru dan menjadi biru sekali pada hari III. Perlakuan A2, pada hari I dan II berwarna biru, dan berwarna coklat tua pada hari III. Perlakuan A3, pada hari I berwarna biru, dan pada hari II dan III berwarna bening kebiruan. Perlakuan A4 atau kontrol, berwarna biru sekali selama 3 hari berturut-turut.
            Pada tempat terang, pada perlakuan B1, pada hari I berwarna biru dan menjadi biru sekali pada hari II dan III. Perlakuan B2, pada hari I dan II berwarna biru, dan berwarna coklat tua pada hari III. Perlakuan B3, pada hari I berwarna biru, dan pada hari II dan III berwarna bening kebiruan. Perlakuan B4 atau kontrol, berwarna biru sekali selama 3 hari berturut-turut.
            Siput (A1) di tempat terang dan (B1) di tempat gelap berespirasi, namun pada akhirnya mati karena ketersediaan oksigen dalam air berkurang.
            Hydrilla sp dan siput (A2) di tempat terang dan (B2) di tempat gelap tidak terjadi siklus karbon karena kedua organisme tersebut selalu berespirasi yang ditandai dengan perubahan air yang menjadi bening.
            Hydrilla sp (A3) di tempat terang berkurang warna birunya karena tanaman air tersebut berespirasi bukannya berfotosintesis sehingga tidak menghasilkan oksigen, sedangkan Hydilla sp (B3) di tempat gelap juga berespirasi karena pada malam hari, tanaman air tersebut biasa beristirahat atau tidak beraktivitas.
            Perubahan warna yang terjadi pada percobaan ini disebabkan oleh perubahan kandungan kadar karbondioksida yang ada  dalam air yang disebabkan oleh reaksi fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan dan respirasi yang dilakukan  oleh hewan yang ada di dalamnya. Semakin banyak CO2 yang dikeluarkan organism dalam respirasinya semakin membuat aktivitas fotosintesis tanaman yang ada di dalamnya meningkat sehingga lebih memicu terjadinyaa perubahan warna. Proses fotosintesis yang terjadi pada tumbuhan terjadi sesuai reaksi 6CO2 + 6H2O → C6H12O6 + 6O2. Tak hanya itu intensitas cahaya juga turut mempengaruhi kestabilan fotosintesis tanaman sehingga tetap dapat menghasilkan Oksigen untuk respirasi hewan dan siklus karbon berjalan sebagaimana mestinya. Proses respirasi tersebut sesuai dengan reaski C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O.
            Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil yang cukup berbeda dengan teori yang ada, dimana proses respirasi dan fotosintesis tidak berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti, matinya organisme yang ada di dalam botol sampel sehingga Hidrilla tidak melakukan proses fotosintesis ataupun siput yang tidak melakukan proses respirasi, faktor lain yaitu botol sampel tidak tertutup dengan baik sehingga terbentuk gelembung.





















BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
            Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebai berikut:
1.             Produsen dan konsumen dalam ekosisten perairan memanfaatkan karbon dalam melangsungkan hidupnya, hal ini terlihat dari siklus karbon yang terjadi melalui reaksi fotosintesis  oleh tanaman yang mneghsilkan oksigen, yang selanjutnya oksigen inilah yang kenudian dmanfaatkan hewan untuk respirasinya yang selanjutnya kan menghasilkan karbondioksida yang dimanfaatkan kembali oleh tanaman dalam fotosintesis.
2.             Alat yang digunakan untuk mengamati hubungan siklus karbon dalam ekosistem perairan yaitu dengan UJi Bromtimol Biru.
V.2. Saran
Saran yang dapat saya berikan yaitu, demi kelancaran ketelitian pengamatan oleh praktikan sebaiknya asisten selalu mengawasi dan mengamati jalannya praktikum agar jika terjadi kesalahan pengamatan dapat diminimalisir.





DAFTAR PUSTAKA

Annisanfushie, 2008. Hubungan Produsen dan Konsumen. http//annisanfushie’s.wordpress.com/. Diakses pada tanggal 24 Maret 2012, hari Sabtu, pukul 16.40 WITA, Makassar.

Budiati, Herni., 2009. Biologi Ligkungan. CV Gema Ilmu. Jakarta.
Darmadi, 2010. Siklus Karbon di Laut. http//daniswara.wordpress.com/. Diakses pada tanggal 24 Maret 2012, hari Sabtu, pukul 16.30 WITA, Makassar.

Janzen, H.H., 2004. Carbon Cycling in Earth Systems- A Soil Science Perspective. Mc Graw Hill Book Company. New York.

Lehninger. 1991. Biologi Dasar.  Erlangga.  Jakarta.
Novarro, Mubin., 2010. Produsen dan Konsumen Perairan. http//trialjob.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 24 Maret 2012, hari Sabtu, pukul 16.50 WITA, Makassar.

Umar, Ruslan., 2012. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Widayati, Sri., 2009. Biologi Jilid I. Pustaka Insan Madani. Jakarta.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar