LAPORAN
PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM
PERCOBAAN
III
HUBUNGAN
PRODUSEN DAN KONSUMEN
DALAM
SIKLUS KARBON DI PERAIRAN
NAMA
: FITRI HANDAYANI
NIM : H41111901
KELOMPOK : IV A
HARI/TANGGAL : SABTU / 24 MARET 2012
ASISTEN : GABY MAULIDA NURDIN
AHMAD ASHAR ABBAS
LABORATORIUM
ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Proses di alam sudah
tertata rapi. Setiap tahap dari suatu proses seluruhnya berjalan dengan peranan
tertentu yang bermanfaat untuk kelangsungan hidup mahluk di alam. Sebuah
contoh, suatu proses yang terjadi di alam, yaitu siklus karbon. Siklus karbon
melibatkan seluruh lingkungan yang ada di alam semesta, meliputi atmosfer,
biosfer, hidrosfer dan geosfer. Karena itu, siklus karbon disebut sebagai
siklus biogeochemical. Pada setiap lingkungan dan antara lingkungan terjadi
pertukaran karbon (Darmadi, 2010).
Karbon berpindah dari lingkungan
atmosfer ke biosfer sebagai gas karbondioksida. Gas karbondioksida digunakan
tumbuhan untuk berfotosintesis. Karbon memasuki lingkungan atmosfer dari
lingkungan bisofer juga sebagai gas karbondioksida. Gas karbondioksida dilepaskan
ke atmosfer dari hasil pernafasan mahluk hidup, hasil pembusukan/fermentasi
oleh bakteri/jamur dan hasil pembakaran senyawa-senyawa organik (Darmadi,
2010).
Salah satu cara untuk melihat
hubungan produsen dan konsumen dalam pemakaian dan poduksi karbon dalam air
dapat dilakukan dengan Uji Bromtimol Biru. Bromtimol biru merupakan suatu
larutan indicator yang berwana biru dalam larutan basa dan kuning dalam larutan
asam. Gas karbondioksida akan membentuk asam jika dilarutkan dalam air.
Perubahan warna pada perlakuan disebabkan oleh perubahan kandungan
karbondioksida yang ada dalam air. Kadar karbondioksida akan berkurang apabila
terjadi proses fotosintesis oleh tumbuhan. Sebaliknya kadar karbondioksida akan
meningkat kalau terjadi proses respirasi (Umar, 2012).
Untuk mengetahui hubungan antara
produsen dan konsumen dalam pemanfaatan siklus karbon di perairan dan melatih
keterampilan mahasiswa dalam menggunakan peralatan yang berhubungan dengan
siklus karbon, maka percobaan ini dilakukan.
I.2. Tujuan Percobaan
Tujuan
pada percobaan ini adalah:
1. Untuk
mengetahui hubungan antara produsen dan konsumen dalam pemanfaatan karbon di
perairan.
2. Untuk
memperkenalkan dan melatih keterampilan mahasiswa dalam menggunakan peralatan
yang berhubungan dengan siklus karbon
I.3.
Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan
mengenai Hubungan Produsen dan Konsumen dalam Siklus Karbon di Perairan dilaksanakan
pada hari Sabtu tanggal 24 Maret 2012, pukul 09.00- 14.00 WITA, yang bertempat
di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar, dan dilakukan pengamatan
selama lima hari.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Karbon di alam selain dalam bentuk bahan organik, umumnya
dalam bentuk gas dan batuan karbonat yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan.
Karbon melalui proses fotosintesis yang akan diubah menjadi senyawa organik
yang dapat dipergunakan oleh organisme lainnya. Tumbuhan sebagai pemakai utama
karbon akan memanfaatkannya melalui proses siklus materi karbon dan akan
kembali lagi ke atmosfer atau air sebagai CO2 sebagai hasil suatu
proses metabolisme (Umar, 2012).
Siklus karbon adalah suatu proses yang mana carbon ini
mengalami perputaran dari udara, tanah, tanaman, binatang, dan bahan fosil.
Carbon terbesar di bumi ini terletak di atmosfer yaitu karbon dioksida (CO2).
Siklus karbon dioksida dilakukan oleh tanaman selama proses fotosintesis untuk
membentuk molekul organik (glukosa, sebagai makanan). Ini merupakan berasal
dari pemberi makanan untuk semua organisme heterotropik. Binatang melakukan hal
sebaliknya dari tanaman. Mereka mengeluarkan karbon dioksida ke udara sebagai
hasil dari proses respirasi. Pengurai di mana mereka mengolah bahan organik,
juga mengeluarkan karbon dioksida ke udara. Pengurai merupakan hal penting,
sebab tanpa pengurai semua karbon di planet ini akan menutupi bangkai-bangkai
dan sampah lainnya. Dan tidak mengijinkan karbon untuk masuk ke jaringan
makanan. Carbon juga dihasilkan oleh bahan fosil (fosil) seperti batu bara,
minyak tanah, dan gas alam. Ketika semua ini mengalami pembakaran, maka karbon
dioksida keluar ke udara. Vulkanik dan api juga mengeluarkan karbon dioksida
yang besar ke atmosfer. Karbon dioksida dapat dilarutkan di air, di mana zat ini
akan kembali lagi ke udara. Dan hasilnya akan membentuk kalsium karbonat (CaCO3)
yang mana akan terbentuk kerangka, batuan, tulang dari protozoa, dan karang
(Annisanfushie, 2008).
Karbon merupakan bahan dasar
penyusun senyawa organik. Di
dalam organisme hidup terdapat 18% karbon. Kemampuan saling mengikat pada
atom-atom karbon (C) merupakan dasar bagi keragaman molekul dan ukuran molekul
yang sangat diperlukan dalam kehidupan. Selain terdapat dalam bahan organik,
karbon juga ditemukan dalam senyawa
anorganik, yaitu gas karbondioksida (CO2) dan batuan karbonat
(batu kapur dan koral) dalam bentuk calsium karbonat (CaCO3).
Organisme autotrof (tumbuhan) menangkap karbondioksida dan mengubahnya menjadi
karbohidrat, protein, lipid, dan senyawa organik lainnya. Bahan organik yang
dihasilkan tumbuhan ini merupakan sumber karbon bagi hewan dan konsumen lainnya
(Widayati, 2009).
Pada setiap tingkatan trofik
rantai makanan, karbon kembali ke atmosfer atau air sebagai hasil pernapasan (respirasi). Produsen, herbivora, dan karnivora selalu bernapas dan
menghasilkan gas karbondioksida. Setiap tahun, tumbuhan mengeluarkan sekitar
sepertujuh dari keseluruhan CO2 yang terdapat di atmosfer. Meskipun
konsentarasi CO2 di atmosfer hanya sekitar 0,03%, namun karbon
mengalami siklus yang cepat, sebab tumbuhan mempunyai kebutuhan yang tinggi akan
gas CO2. Walaupun begitu, sejumlah karbon dipindahkan dari siklus
itu dalam waktu yang lebih lama. Hal ini mungkin terjadi karena karbon
terkumpul di dalam kayu dan bahan organik lain yang tahan lama, termasuk batu
bara dan minyak bumi. Perombakan oleh
detritivor akhirnya mendaur ulang karbon ke atmosfer sebagai CO2.
Selain itu pembakaran kayu dan bahan bakar fosil juga ikut berperan, karena api
dapat mengoksidasi bahan organik atau kayu menjadi CO2 dengan lebih
cepat (Widayati, 2009).
Adapun macam-macam karbon yang ada antara lain (Janzen, 2004):
1. Karbon di Atmosfer
Bagian terbesar dari karbon yang berada di atmosfer Bumi adalah gas karbon
dioksida (CO2).
Meskipun jumlah gas ini merupakan bagian yang sangat kecil dari seluruh gas
yang ada di atmosfer (hanya sekitar 0,04% dalam basis molar, meskipun
sedangmengalami kenaikan), namun iamemiliki peran yang penting dalam menyokong
kehidupan. Gas-gas lain yangmengandung karbon di atmosfer adalah metan dan kloro floro karbon atau CFC (CFC ini merupakan gas artifisial atau buatan).
Gas-gas tersebut adalah gas
rumah kaca yang
konsentrasinya di atmosfer telah bertambah dalam dekade terakhir ini, dan
berperan dalam pemanasan
global.
Sekitar 1900 gigaton karbon ada di dalam biosfer. Karbon adalah bagian
yang penting dalam kehidupan di Bumi. Ia memiliki peran yang penting dalam
struktur, biokimia, dan nutrisi pada semua sel makhluk hidup. Dan
kehidupan memiliki peranan yang penting dalam siklus karbon:
a.
Autotrof adalah organisme yang
menghasilkan senyawa organiknya sendiri dengan menggunakan karbon dioksida yang
berasal dari udara dan air di sekitar tempat mereka hidup. Untuk menghasilkan
senyawa organik tersebut mereka membutuhkan sumber energi dari luar. Hampir
sebagian besar autotroph menggunakan radiasi matahari untuk memenuhi kebutuhan
energi tersebut, dan proses produksi ini disebut sebagai fotosintesis. Sebagian
kecil autotroph memanfaatkan sumber energi kimia, dan disebut kemosintesis.
Autotroph yang terpenting dalam siklus karbon adalah pohon-pohonan di hutan dan
daratan dan fitoplankton di laut. Fotosintesis memiliki reaksi 6CO2 +
6H2O → C6H12O6 + 6O2.
b.
Karbon dipindahkan di dalam
biosfer sebagai makanan heterotrop pada organisme lain atau bagiannya (seperti
buah-buahan). Termasuk di dalamnya pemanfaatan material organik yang mati
(detritus) oleh jamur dan bakteri untuk fermentasi atau penguraian.
c.
Sebagian besar karbon
meninggalkan biosfer melalui pernafasan atau respirasi. Ketika tersedia
oksigen, respirasi aerobik terjadi, yang melepaskan karbon dioksida ke udara
atau air di sekitarnya dengan reaksi C6H12O6 +
6O2 → 6CO2 + 6H2O. Pada keadaan tanpa oksigen,
respirasi anaerobik lah yang terjadi, yang melepaskan metan ke lingkungan
sekitarnya yang akhirnya berpindah ke atmosfer atau hidrosfer.
d.
Pembakaran biomassa (seperti
kebakaran hutan, kayu yang digunakan untuk tungku penghangat atau kayu bakar,
dll.) dapat juga memindahkan karbon ke atmosfer dalam jumlah yang banyak.
e.
Karbon juga dapat berpindah
dari bisofer ketika bahan organik yang mati menyatu dengan geosfer (seperti
gambut).
f.
Sisanya, yaitu siklus karbon di
laut dalam, masih dipelajari. Sebagai contoh, penemuan terbaru bahwa rumah
larvacean mucus (biasa dikenal sebagai “sinkers” dibuat dalam jumlah besar yang
mana mampu membawa banyak karbon ke laut dalam seperti yang terdeteksi oleh
perangkap sedimen. Karena ukuran dan kompisisinya, rumah ini jarang terbawa
dalam perangkap sedimen, sehingga sebagian besar analisis biokimia melakukan
kesalahan dengan mengabaikannya.
3.
Karbon di lautan
Laut mengandung sekitar 36.000 gigaton karbon, dimana sebagian besar dalam bentuk ion
bikarbonat. Karbon anorganik, yaitu senyawa karbon tanpa ikatan karbon-karbon
atau karbon-hidrogen, adalah penting dalam reaksinya di dalam air. Pertukaran
karbon ini menjadi penting dalam mengontrol pH di laut dan juga dapat berubah sebagai sumber (source)
atau lubuk (sink) karbon. Pada daerah upwelling, karbon dilepaskan ke atmosfer. Sebaliknya, pada daerah downwelling karbon (CO2) berpindah dari atmosfer ke
lautan. Pada saat CO2 memasuki lautan, asam karbonat terbentuk:
CO2
+ H2O ⇌ H2CO3
Reaksi ini memiliki sifat dua arah, mencapai sebuah kesetimbangan
kimia. Reaksi lainnya yang penting dalam mengontrol nilai pH lautan adalah
pelepasan ion hidrogen dan bikarbonat. Reaksi ini mengontrol perubahan yang
besar pada pH:
H2CO3
⇌ H+ +
HCO3−
Hubungan antara produsen dan konsumen dalam kaitannya dengan
siklus karbon dan mutlak diperlukan dalam suatu ekosistem untuk menjaga
kestabilannya. Di lingkungan terbuka, sangat sulit untuk menentukan faktor apa
yang mempengaruhi hubungan tersebut karena terdapat banyak faktor yang
mempengaruhinya. Dalam siklus karbon, atom karbon terus mengalir dari produsen
ke konsumen dalam bentuk molekul CO2 dan karbohidrat, sedangkan
energi foton matahari digunakan sebagai pemasok energi yang utama. Produsen
memerlukan CO2 yang dihasilkan konsumen untuk melakukan fotosintesis.
Dari kegiatan fotosintesis tersebut, produsen dapat menyediakan karbohidrat dan
oksigen yang diperlukan oleh konsumen dalam kehidupan langsung (Novarro, 2010).
Salah
satu cara untuk melihat hubungan produsen dan konsumen dalam pemakaian dan
poduksi karbon dalam air dapat dilakukan dengan Uji Bromtimol Biru. Bromtimol
biru merupakan suatu larutan indicator yang berwana biru dalam larutan basa dan
kuning dalam larutan asam. Gas karbondioksida akan membentuk asam jika
dilarutkan dalam air. Perubahan warna pada perlakuan disebabkan oleh perubahan
kandungan karbondioksida yang ada dalam air. Kadar karbondioksida akan
berkurang apabila terjadi proses fotosintesis oleh tumbuhan. Sebaliknya kadar
karbondioksida akan meningkat kalau terjadi proses respirasi (Umar, 2012).
Organisme
hidup dapat dibagi menjadi dua golongan utama menurut bentuk energi kimia
karbon yang diperlukan dari lingkungannya. Organisme autotrof dapat
mempergunakan karbondioksida dari atmosfer sebagai satu-satunya sumber karbon
untuk membangun semua biomolekul yang mengandung karbon. Contohnya adalah
baktei fotosintetik dan sel hijau daun tumbuhan. Organisme heterotrof tidak
mempergunakan karbondioksida dari atmosfer dan harus memperoleh karbon dari
lingkungan dalam bentuk molekul organik yang relatif kompleks, seperti glukosa.
Hewan dan hampir semua mikroorganisme adalah organisme heterotrof. Organisme
autotrof bersifat dapat mencukupi diri sendiri, sedangkan organisme heterotrof
memerlukan karbon dalam bentuk yang lebih kompleks yang dibentuk dari organisme
lain (Lehninger, 1991).
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
III.1. Alat
Alat-alat
yang digunakan pada percobaan ini adalah botol
sampel, pipet tetes, gunting, dan nampan.
III.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada
percobaan ini larutan bromtimol biru, siput Lymnaea sp., Hydrilla Hydrilla verticillata, plastik, air,
karet gelang, dan kertas label.
III.3.
Cara Kerja
Cara kerja pada percobaan ini
adalah:
1.
Disiapkan
2 seri percobaan A dan B yang masing-masing terdiri atas 4 botol sampel.
Kemudian, diberikan label pada setiap perlakuan dengan kode A1, A2, A3 dan A4
serta B1, B2, B3 dan B4.
2.
Botol sampel diisi dengan air secukupnya.
3.
Bromtimol
Biru sebanyak 1-2 tetes ditambahkan kedalam setiap botol sampel.
4.
Kemudian, siput dimasukkan kedalam botol perlakuan A1
dan B1, siput dan Hydrilla sp kedalam
botol A2 dan B2, Hydrilla sp kedalam
botol A3 dan B3 serta A4 dan B4 sebagai kontrol (tanpa perlakuan).
5.
Semua
botol sampel ditutup rapat-rapat, jangan sampai bocor menggunakan plastik dan
diikat menggunakan karet gelang.
6.
Kelompok
A1-A4 ditempatkan pada tempat terang dan kelompok B1-B4 pada kamar gelap.
7.
Percobaan
tersebut diamati dengan interval waktu setiap 24 jam selama 3 hari. Setiap kali
diamati, perubahan warna air dan keadaan organismenya dicatat. Kemudian kedua
kelompok ditukarkan, kelompok B1-B4 pada tempat terang dan kelompok A1-A4 pada
tempat gelap.
8.
Kemudian
diamati kembali dengan interval waktu 24 jam, selama 2 hari dan pada hari
terakhir. Perubahan warna yang terjadi dan keadaan organismenya dicatat.
9.
Hasil
data dibuat dan menyimpulkan dari data yang diperoleh.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil
IV.1.1. Tabel
Pengamatan
A. Tabel
Pengamatan untuk Kelompok A (Terang) dan Kelompok B (Gelap)
|
Kelompok A (Terang)
|
Kelompok B (Gelap)
|
||||
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
|
A1, B1
|
++
|
+++
|
+++
|
++
|
++
|
+++
|
A2, B2
|
++
|
++
|
+++
|
++
|
++
|
++
|
A3, B3
|
++
|
+
|
-
|
++
|
++
|
+
|
A4, B4
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
B. Tabel
Pengamatan untuk Kelompok B (Terang) dan Kelompok A (Gelap)
|
Kelompok B (Terang)
|
Kelompok A (Gelap)
|
||||
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
|
A1, B1
|
++
|
+++
|
+++
|
-
|
-
|
- -
|
A2, B2
|
++
|
++
|
+++
|
+
|
+
|
- -
|
A3, B3
|
++
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
A4, B4
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
Keterangan:
+++ = Biru sekali
++
= Biru
+ = Biru muda
--- = Bening sekali/jernih
-- = Bening
-
= Bening kebiruan
IV.2. Pembahasan
Percobaan kali ini tentang Hubungan
Produsen dan Konsumen dalam Siklus Karbon di Perairan dilakukan pengamatan selama
6 hari pada berbagai wadah sampel yang telah diberi perlakuan. Ke dalam
masing-masing wadah dimasukkan
siput ke dalam botol A1, B1, siput dan Hydrilla ke botol B1, B2, siput dan
Hydrilla ke dalam botol A3, B3, serta A4 dan B4 sebagai kontrol (tanpa
perlakuan). Setiap wadah sampel ditetesi kurang lebih 2-5 tetes Bromtimol biru
untuk melihat hubungan produsen dan konsumen dalam siklus karbon di perairan.
Setelah 6 hari dilakukan pengamatan dengan penggantian tempat dari wadah yang
di tempat terang setelah tiga hari dipertukarkan tempatnya dengan wadah yang di
tempat gelap untuk melakukan perbandingan.
Pada tempat terang untuk kelompok A, pada hari I
air dalam botol berisi siput (A1)
berwarna biru ,
pada hari II tetap berwarna biru dan menjadi sekali pada hari III. Air dalam botol yang berisi siput dan Hydrilla sp. (A2), pada hari I berwarna biru, pada hari II tetap berwarna
biru, dan biru sekali pada hari ke III. Air dalam botol Hidrilla (A3), pada
hari I berwarna biru, pada hari II
berwarna biru
muda, dan pada hari III berwarna bening kebiruan. Air dalam wadah kontrol atau tanpa perlakuan tetap
berwarna biru tua selama tiga hari berturut-turut.
Pada tempat
gelap, air dalam botol berisi siput (B1) berwarna biru pada hari I dan II, dan hari III berwarna biru sekali. Air dalam
botol berisi siput dan
hidrilla (B2), pada hari I dan II berwarna biru muda, dan hari III berwarna bening kebiruan. Air dalam
botol berisi
hidrilla (B3), pada
hari I dan
II berwarna biru dan menjadi biru muda pada hari III. Air dalam
botol kontrol atau tanpa perlakuan (B4) tetap berwana biu selama tiga hari berturut-turut.
Ketika A1-A4
dan B1-B4 bertukar tempat, A1-A4 disimpan di tempat gelap dan B1-B4 di tempat
terang. Di
tempat gelap, pada perlakuan A1, pada hari I berwarna biru dan menjadi biru sekali pada hari III. Perlakuan A2,
pada hari I dan
II berwarna biru, dan berwarna coklat tua pada hari III.
Perlakuan A3, pada hari I berwarna biru, dan pada hari II dan III berwarna bening kebiruan. Perlakuan A4 atau kontrol, berwarna biru sekali selama 3 hari
berturut-turut.
Pada
tempat terang, pada perlakuan B1, pada hari I berwarna biru dan menjadi biru sekali pada hari II dan III. Perlakuan B2, pada hari I dan II berwarna biru, dan berwarna coklat tua pada hari III.
Perlakuan B3, pada hari I
berwarna biru, dan pada hari II dan III berwarna bening kebiruan. Perlakuan B4 atau kontrol, berwarna biru sekali selama 3 hari
berturut-turut.
Siput (A1) di tempat terang dan (B1) di tempat gelap berespirasi, namun pada akhirnya mati karena
ketersediaan oksigen dalam air berkurang.
Hydrilla sp dan siput (A2) di tempat terang dan (B2) di tempat gelap tidak terjadi siklus
karbon karena kedua organisme tersebut selalu berespirasi yang ditandai dengan perubahan air yang
menjadi bening.
Hydrilla sp (A3) di tempat terang berkurang warna
birunya karena tanaman air tersebut berespirasi bukannya berfotosintesis sehingga tidak menghasilkan oksigen,
sedangkan Hydilla sp (B3) di tempat gelap juga berespirasi
karena pada malam hari, tanaman air tersebut biasa beristirahat atau tidak
beraktivitas.
Perubahan warna yang terjadi pada percobaan ini
disebabkan oleh perubahan kandungan kadar karbondioksida yang ada dalam air yang disebabkan oleh reaksi
fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan dan respirasi yang dilakukan oleh hewan yang ada di dalamnya. Semakin
banyak CO2 yang dikeluarkan organism dalam respirasinya semakin
membuat aktivitas fotosintesis tanaman yang ada di dalamnya meningkat sehingga
lebih memicu terjadinyaa perubahan warna. Proses fotosintesis yang terjadi pada
tumbuhan terjadi sesuai reaksi 6CO2 + 6H2O → C6H12O6
+ 6O2. Tak hanya itu intensitas cahaya juga turut mempengaruhi
kestabilan fotosintesis tanaman sehingga tetap dapat menghasilkan Oksigen untuk
respirasi hewan dan siklus karbon berjalan sebagaimana mestinya. Proses
respirasi tersebut sesuai dengan reaski C6H12O6
+ 6O2 → 6CO2 + 6H2O.
Berdasarkan
hasil pengamatan diperoleh hasil yang cukup berbeda dengan teori yang ada,
dimana proses respirasi dan fotosintesis tidak berjalan dengan baik. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor seperti, matinya organisme yang ada di dalam
botol sampel sehingga Hidrilla tidak melakukan proses fotosintesis ataupun
siput yang tidak melakukan proses respirasi, faktor lain yaitu botol sampel
tidak tertutup dengan baik sehingga terbentuk gelembung.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah
dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebai berikut:
1.
Produsen
dan konsumen dalam ekosisten perairan memanfaatkan karbon dalam melangsungkan
hidupnya, hal ini terlihat dari siklus karbon yang terjadi melalui reaksi
fotosintesis oleh tanaman yang
mneghsilkan oksigen, yang selanjutnya oksigen inilah yang kenudian dmanfaatkan
hewan untuk respirasinya yang selanjutnya kan menghasilkan karbondioksida yang
dimanfaatkan kembali oleh tanaman dalam fotosintesis.
2.
Alat
yang digunakan untuk mengamati hubungan siklus karbon dalam ekosistem perairan
yaitu dengan UJi Bromtimol Biru.
V.2. Saran
Saran yang dapat saya berikan yaitu,
demi kelancaran ketelitian pengamatan oleh praktikan sebaiknya asisten selalu
mengawasi dan mengamati jalannya praktikum agar jika terjadi kesalahan
pengamatan dapat diminimalisir.
DAFTAR
PUSTAKA
Annisanfushie,
2008. Hubungan Produsen dan Konsumen.
http//annisanfushie’s.wordpress.com/. Diakses pada
tanggal 24 Maret 2012, hari Sabtu, pukul 16.40 WITA, Makassar.
Budiati, Herni., 2009. Biologi Ligkungan. CV Gema Ilmu. Jakarta.
Darmadi, 2010. Siklus
Karbon di Laut. http//daniswara.wordpress.com/. Diakses
pada tanggal 24 Maret 2012, hari Sabtu, pukul 16.30 WITA, Makassar.
Janzen, H.H., 2004. Carbon Cycling in Earth Systems- A Soil Science Perspective. Mc Graw Hill Book Company. New York.
Lehninger. 1991. Biologi
Dasar. Erlangga. Jakarta.
Novarro, Mubin., 2010. Produsen dan Konsumen Perairan. http//trialjob.blogspot.com/. Diakses
pada tanggal 24 Maret 2012, hari Sabtu, pukul 16.50 WITA, Makassar.
Umar, Ruslan., 2012. Penuntun Praktikum Ekologi Umum.
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Widayati, Sri., 2009. Biologi Jilid I. Pustaka Insan Madani. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar