Kamis, 25 Desember 2014

Laporan Percobaan Korelasi Panjang dan Berat

LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM

PERCOBAAN I
KORELASI ANTARA PANJANG DAN BERAT

NAMA                       : FITRI HANDAYANI
NIM                            : H41111901
KELOMPOK            : IV A
HARI/TANGGAL    : SABTU/17 MARET 2012
ASISTEN                   : GABY MAULIDA NURDIN
                                      AHMAD ASHAR ABBAS

 








LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar  Belakang

            Tumbuh dan berkembang merupakan salah satu ciri makluk hidup. Pertumbuhan dan perkembangan berjalan seiring. Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran suatu organisme yang irreversible (tidak dapat kembali ke keadaan semula) karena adanya pembelahan sel, pembesaran sel, dapat disebabkan oleh keduanya. Pertumbuhan dapat diukur dan dinyatakan secara kuantitatif. Perkembangan adalah terspesialisasinya sel-sel menjadi struktur dan fungsi tertentu. Perkembangan tidak dapat dinyatakan dengan ukuran, tetapi dapat dinyatakan dengan perubahan bentuk dan tingkat kedewasaan (Pratiwi, 2007).
            Setiap organisme di alam akan mengalami perkembangan dan pertumbuhan. Perkembangan meliputi tiga proses yaitu morfogenesis, diferensiasi, dan pertumbuhan. Akibat dari pertumbuhan adalah pertambahan panjang, lebar, diameter dan  dengan secara pasti akan diikuti pertambahan berat suatu organisme (Umar, 2012).
Korelasi ialah suatu keterkaitan yang bisa ditangkap dari perbandingan dua proporsi yang masing-masing proporsi mengandung 2 kriteria yang salah satu kriteria disebutkan dalam kedua proporsi tersebut (Santoso, 2007).
Untuk mengetahui apakah ada korelasi antara panjang dan berat dengan menggunakan peralatan yang berhubungan dengan parameter fisik dalam lingkungan, maka dilakukanlah percoban ini.
I.2. Tujuan Percobaan
            Tujuan percobaan kali ini adalah:
1.      Untuk mengetahui apakah ada hubungan korelasi antara panjang dan pertambahan berat dari suatu sampel yang diukur.
2.      Mengenalkan kepada mahasiswa dngan menggunakan peralatan berhubungan dengan parameter fisik dalam lingkungan.
I.3. Waktu dan Tempat Percobaan
            Percobaan I tentang Korelasi antara Panjang dan Berat berlangsung pada hari Sabtu tanggal 17 Maret 2012 pukul 09.00-14.00 WITA, bertempat di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Semua organisme dalam hidupnya mengalami proses perubahan biologis. Perubahan tersebut terjadi disebabkan semua organisme mengalami pertumbuhan dan perkembangan (Subardi, 2009).
Pertumbuhan merupakan proses pertambahan ukuran yang meliputi volume, massa, panjang, dan tinggi. Pertumbuhan tidak akan dapat kembali ke bentuk semula sehingga bersifat irreversible. Sedangkan perkembangan adalah proses menuju dewasa. Indikator perkembangan tidak dapat diukur. Dengan demikian, perkembangan bersifat kualitatif yaitu tidak dapat dinyatakan dengan angka (Ayu, 2009).
Perkembangan meliputi 3 proses yaitu morfogenesis, diferensiasi dan pertumbuhan. Pertumbuhan itu sendiri merupakan peningkatan ukuran organisme sebagai akibat dari pertambahan (pembelahan) jumlah sel, volume, ukuran, dan banyaknya matriks intraseluler selnya. Akibat dari pertumbuhan adalah terjadinya pertambahan panjang, lebar, diameter dan dengan secara pasti akan diikuti oleh pertambahan berat organisme (Umar, 2012).
Secara umum pertumbuhan dan pekembangan pada tumbuhan diawali untuk stadium zigot yang merupakan hasil pembuahan sel kelamin betina dengan jantan. Pembelahan zigot menghasilkan jaringan meristem yang akan terus membelah dan mengalami diferensiasi. Diferensiasi adalah perubahan yang terjadi dari keadaan sejumlah sel, membentuk organ-organ yang mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda yang terjadi pada suatu organisme (Hamid, 2012).
Pada dasarnya pertumbuhan  ada 3 macam yaitu (Umar, 2012) :
a.       Pertumbuhan allometrik yaitu variasi pertumbuhan relatif pada berbagai bagian tubuh yang membantu memberi bentuk organisme
b.      Pertumbuhan determinan yaitu pertumbuhan organisme yang akan berhenti tumbuh setelah mencapai ukuran tertentu. Ini umumnya merupakan cirri khas dari hewan
c.       Pertumbuhan intermediet yaitu pertumbuhan organisme yang terus bertumbuh selama masih hidup. Ini umumnya merupakan ciri khas dari tumbuhan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan , yaitu (Hadi, 2008) :
a.       Faktor internal
1.      Gen
Ukuran, bentuk, dan kecepatan tumbuh dikendalikan oleh gen-gen yang terdapat di dalam skromosom. Gen-gen tersebut diariskan dari induk tumbuhan kepada keturunannya. Gen-gen tersebut akan mengatur pola dan kecepatan pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
2.      Hormon
Hormon berasal dari bahasa Yunani hormalin yang berarti penggiat. Hormon tumbuhan disebut fitohormon. Hormon merupakan senyawa organik yang mengatur pertumbuhan tumbuhan. Hormon juga dikenal sebagai zat tumbuh.
b.      Faktor eksternal
1.      Air dan Mineral
Tumbuhan memerlukan air dan mineral untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Air dan mineral diserap dari dalam tanah oleh akar. Air berfungsi sebagai pelarut dan untuk fotosintesis. Mineral seperti karbon, nitrogen, fosfat, kalsium, dan magnesium berguna sebagai bahan pembangun tubuh tumbuhan.
2.      Kelembapan
Kelembapan menunjukkan kandungan air di tanah dan udara. Bila kelembapan rsendah, transpirasi akan meningkat sehingga penyerapan air dan mineral semakin banyak. Keadaan ini dapat memacu laju pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
3.      Cahaya
Cahaya matahari sangat diperlukan dalam proses fotosintesis. Proses ini menghasilkan makanan yang dapat digunakan untuk mendapatkan energi dan membangun tubuh.
4.      Metagenesis
Siklus hidup tumbuhan memperlihatkan suatu pergiliran keturunan (metagenesis). Pergiliran keturunan meliputi fase gametofit dan sporofit. Fase gametofit atau fase generatif merupakan tahap menghasilkan gamet haploid. Fase sporofit atau fase vegetatif merupakan tahap menghasilkan spora. Gametofit menghasilkan gamet haploid yang menyatu membentuk zigot.
Pengukuran merupakan suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan suatu besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya terhadap besaran lain yang sudah diketahui nilainya, misalnya dengan besaran standart. Pekerjaan membandingkan tersebut tiada lain adalah pekerjaan pengukuran atau mengukur. Sedangkan pembandingnya yang disebut sebagai alat ukur. Pengukuran banyak sekali dilakukan dalam bidang teknik atau industri. Sedangkan alat ukurnya sendiri banyak sekali jenisnya, tergantung dari banyak faktor, misalnya objek yang diukur serta hasil yang di inginkan (Hamid, 2012).
Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran panjang adalah (Sandy, 2011):
1.      Jangka Sorong
Setiap jangka sorong memiliki skala utama (SU) dan skala bantu atau skala nonius (SN). Pada umumnya, nilai skala utama = 1 mm, dan banyaknya skala nonius tidak selalu sama antara satu jangka sorong dengan jangka sorong lainnya. Ada yang mempunyai 10 skala, 20 skala, dan bahkan ada yang memiliki skala nonius sebanyak 50 skala. Sebuah jangka sorong baru dapat digunakan jika nilai skala terkecilnya (NST) telah diketahui. NST jangka sorong pada umumnya adalah 0,05 mm.
2.      Mikrometer sekrup
Mikrometer sekrup adalah alat yang digunakan untuk mengukur ketebalan benda yang tipis, panjang benda yang kecil, dan dimensi luar benda yang kecil. Mikrometer sekrup memiliki 3 bagian, yaitu selubung utama yang fungsinya sebagai tempat skala utama yang akan menunjukkan berapa hasil pengukuran dan bagian ini sifatnya tetap dan tidak dapat digeser-geser, lalu selubung luar yang fungsinya sebagai skala nonius yang dapat diputar-putar untuk menggerakkan selubung ulir supaya dapat menyesuaikan dengan benda yang diukur, dan selubung ulir yang fungsinya sebagai bagian yang dapat digerakkan dengan cara memutar-mutar selubung luar sehingga dapat menyesuaikan dengan bentuk benda yang diukur. Mikrometer sekrup ini dapat mengukur dengan ketelitian hingga 0,01 mm.
3.      Mistar
Mistar yang lebih dikenal dengan sebutan penggaris adalah alat yang digunakan untuk mengukur barang yang berukuran sedang & berukuran besar. Mistar ini dapat mengukur dengan ketelitian hingga 1 mm.
Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran berat adalah (Sandy, 2011):
1.      Neraca Tiga Lengan
Neraca Tiga Lengan yaitu neraca yang juga biasanya terdapat di laboratorium. Cara pemakaian neraca ini yaitu dengan cara menggeser ketiga penunjuk ke sisi paling kiri (skalanya menjadi nol), kemudian letakkan benda yang akan diukur pada bagian kiri yang terdapat tempat untuk benda yang akan diukur, lalu geser ketiga penunjuk ke kanan hingga muncul keseimbangan, dan hasil pengukuran dapat diketahui.
Biostatistika didefenisikan sebagai penerapan metode statistika pada pemecahan masalah biologi. Masalah biologi dalam defenisi ini adalah masalah yang timbul baik pada ilmu biologi dasar maupun bidang terapannya, seperti ilmu kesehatan dan ilu pertanian. Boistatistika juga disebut sebagai statistika biologi atau biometri. Terdapat banyak koefisien korelasi dalam statistika dan yang paling umum disebut koefisien korelasi momen hasil kali (product moment correlation coefficient). Simpangan baku dinyatakan dalam ukuran aslinya seperti inci, gram, atau sentimeter kubik (Ayu, 2009).
Teknik korelasi merupakan teknik analisis yang melihat kecenderungan pola dalam satu variabel berdasarkan kecenderungan pola dalam variabel yang lain. Maksudnya, ketika satu variabel memiliki kecenderungan untuk naik maka kita melihat kecenderungan dalam variabel yang lain apakah juga naik atau turun atau tidak menentu. Jika kecenderungan dalam satu variabel selalu diikuti oleh kecenderungan dalam variabel lain, kita dapat mengatakan bahwa kedua variabel ini memiliki hubungan atau korelasi (Ayu, 2009).
Ketika berbicara mengenai korelasi, biasanya orang (mahasiswa atau peneliti) akan berbicara mengenai korelasi antara dua atau lebih variabel yang memiliki skala pengukuran interval bukan kategorik. Sebenarnya pengertian korelasi juga dapat digunakan untuk menganalisis hubungan antara dua atau lebih variabel yang memiliki skala pengukuran kategorik (Ayu, 2009).







BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1. Alat
            Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah jangka sorong atau vernic caliper (0,05 mm), neraca OHAUS (0,01 gram), penggaris, spidol, kalkulator, dan kantung plastik.
III.2. Bahan
            Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah biji durian Durio zibenthinus, dan biji flamboyan Delonix regia.
III.3. Cara Kerja
            Cara kerja pada percobaan ini adalah:
1.      Kertas grafik dibagi menjadi 20 bagian berbentuk kotak menggunakan spidol, panjang dibagi 10 dan lear dibagi 5. Kemudian, setiap kotak diberi nomor mulai nomor 1 hingga 20.
2.      Biji yang telah tersedia diambil secra acak sebanyak 20 biji kemudian diletakkan pada kotak yang telah dibuat pada kertas grafik tadi.
3.      Panjang tiap biji atau kacang diukur menggunakan jangka sorong, kemudian hasilnya ditulis (mm) pada kotak dikertas grafik yang sesuai dengan nomor kotak dimana kacang itu diambil, kemudian letakkan kembali biji/kacang tersebut di kotak semula.
4.      Biji atau kacang satu persatu ditimbang yang sudah diketahui panjangnya secara acak dan catat beratnya serta dikembalikan pada kotak yang sesuai.
5.      Untuk perhitungan, analisis data dan lain-lain digunakan data dari dua kelompok perhitungan dari masing-masing kelompok.




































BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil
IV.1.1. Tabel Pengamatan
A.    Tabel Pengukuran Panjang dan Berat biji Durian Durio Zibenthinus
No.
Durian Durio zibenthinus
Panjang (cm)
Berat (gr)
1
4.22
15.7
2
4.07
13.2
3
4.03
12.8
4
3.89
16.3
5
4.01
12.3
6
4.28
17.9
7
3.69
10.4
8
3.99
13.4
9
4.59
16.9
10
4.08
14.1
11
4.05
17.4
12
3.96
13.7
13
3.89
13.8
14
3.95
13.5
15
4.21
14.2
16
4.10
14.9
17
4.18
16.0
18
3.87
11.8
19
3.99
15.6
20
3.87
11.1
Jumlah
80.95
285.2




B.     Tabel Pengukuran Panjang dan Berat biji Flamboyan Delonix regia
No.
Flamboyan Delonix regia
Panjang (cm)
Berat (gr)
1
1.85
0.4
2
1.95
0.5
3
1.88
0.4
4
2.06
0.5
5
1.84
0.4
6
1.86
0.3
7
1.69
0.3
8
2.08
0.3
9
2.09
0.4
10
2.13
0.3
11
1.96
0.3
12
2.14
0.3
13
2.12
0.4
14
2.04
0.3
15
1.84
0.3
16
2.10
0.3
17
1.97
0.5
18
1.96
0.4
19
2.14
0.4
20
1.83
0.4
Jumlah
39.57
7.67









IV.1.2. Analisis Data
A.    Analisis Data Hasil Pengukuran Panjang dan Berat biji durian Durio zibenthinus
No.
Xi
Xi²
(Xi-X)
(Xi-X)²
Yi
Yi²
(Yi-Y)
(Yi-Y)²
Xi.Yi
1
4.22
17.81
0.17
0.0297
15.7
245.2
1.4
1.9586
66.1
2
4.08
16.61
0.03
0.0007
13.2
175.0
-1.0
1.0619
53.9
3
4.04
16.28
-0.01
0.0002
12.9
165.1
-1.4
1.9895
51.8
4
3.90
15.17
-0.15
0.0233
16.3
266.3
2.1
4.2415
63.6
5
4.01
16.08
-0.04
0.0014
12.3
151.3
-2.0
3.8436
49.3
6
4.28
18.32
0.23
0.0539
18.0
322.6
3.7
13.6863
76.9
7
3.69
13.62
-0.36
0.1280
10.5
109.2
-3.8
14.5199
38.6
8
3.99
15.92
-0.06
0.0033
13.4
179.8
-0.9
0.7234
53.5
9
4.59
21.07
0.54
0.2940
16.9
285.6
2.6
6.9670
77.6
10
4.09
16.69
0.04
0.0014
14.1
198.8
-0.2
0.0258
57.6
11
4.05
16.40
0.00
0.0000
17.4
302.1
3.1
9.7313
70.4
12
3.97
15.72
-0.08
0.0068
13.8
189.1
-0.5
0.2606
54.5
13
3.89
15.13
-0.16
0.0249
13.9
191.8
-0.4
0.1685
53.9
14
3.95
15.60
-0.10
0.0096
13.5
181.7
-0.8
0.6092
53.2
15
4.22
17.77
0.17
0.0280
14.2
200.2
-0.1
0.0122
59.6
16
4.11
16.85
0.06
0.0033
14.9
222.0
0.6
0.4090
61.2
17
4.18
17.47
0.13
0.0175
16.0
256.0
1.7
3.0259
66.9
18
3.87
14.98
-0.18
0.0316
11.8
138.5
-2.5
6.2026
45.5
19
3.99
15.92
-0.06
0.0033
15.6
244.0
1.4
1.8482
62.3
20
3.87
14.98
-0.18
0.0316
11.1
123.9
-3.1
9.8000
43.1
80.96
328.38
0.00
0.6926
285.2
4148.3
0.0
81.0849
1159.5
rata-rata
4.05
16.42
0.00
0.0346
14.3
395.1
0.0
4.0542
58.0
x max
4.59
 -
y max
18.0
 - 
 -
 -
 -
x min
3.69
 -
 -
y min
10.5
 -
 -
 -
 -

  1. Panjang biji durian Durio Zibenthinus
- Panjang rata-rata (X)             = 4,05 cm
- Panjang maksimum (X max) = 4,59 cm
- Panjang minimum (X min)    = 3,69 cm
  1. Berat biji durian Durio Zibenthinus
-Berat rata-rata (Y)              = 14,3 gr
- Berat maksimum (Y max) = 18,0 gr   
- Berat minimum (Y min)    = 10,5 gr
  1. Simpangan Baku untuk panjang biji durian Durio Zibenthinus
SDx  =  =  = 0,19
  1. Simpangan Baku untuk berat biji durian Durio Zibenthinus
SDy =  =  =  = 2,07
e.       Banyaknya Kelas (Rumus Sturges)
Banyak Kelas = 1 + 3,3 log n
                        = 1 + 3,3 log 20
                                    = 5.29 ≈ 5
  1. Interval Panjang
Interval X =       =  = 0,18
  1. Interval Berat
Interval Y =       =  = 1,5







  1. Tabel Ditribusi Frekuensi Panjang biji durian Durio zibenthinus
Kelas
Interval
Frekuensi
A
3,69 - 3,87
3
B
3,88 – 4,06
9
C
3,07 – 4,25
6
D
4,26 - 4,44
1
E
4,45 - 4,59
1
Jumlah
20

  1.  Tabel Distribusi Frekuensi Berat Biji durian Durio zibenthinus
Kelas
Interval
frekuensi
A
10,5- 12
3
B
12,1 – 13,6
6
C
13,7 – 15,2
4
D
15,3 – 16,8
4
E
16,9 – 18,0
3
Jumlah
20





  1. Analisis Korelasi
r  =                n ∑ Xi. Yi – (∑Xi) (∑Yi)
          √ {n ∑ Xi2 – (∑ Xi)2}{n ∑ Yi2 – {∑ Yi)2}
               =               20 (1159.5) – (80.96)( 285.2)
                      √ { 20 (328.38)  – (80.96)2}{ 20 (4148.3) – (285.2)2}
                =                         23190.123089.1756
                      √ {(6567.566553.712)} { (81344.7441– 81345)}
    =               100.9
                     √ (-13.851) (-1621.6979)
                =            100.9        
                        √ 22462.91     
    =    0,67
  1.  Uji t (t test)
t  =  r √ n - 2
           √ 1- r2
               = 0,67√ 20-2



                    √ 1- (0,67)2
               = 3,82

i.        Diagram Histogram (poligon) dari panjang biji durian Durio zibenthinus
 







  1. Diagram Histogram (Poligon) dari berat biji durian Durio zibenthinus
 










B.      Analisis Data Hasil Pengukuran Panjang dan Berat Biji Flamboyan Delonix regia
No.
Xi
Xi²
(Xi-X)
(Xi-X)²
Yi
Yi²
(Yi-Y)
(Yi-Y)²
Xi.Yi
1
1.86
3.44
-0.12
0.015
0.4
0.18
0.04
0.0013
0.78
2
1.95
3.80
-0.03
0.001
0.5
0.22
0.09
0.0075
0.92
3
1.88
3.53
-0.10
0.010
0.4
0.16
0.02
0.0003
0.75
4
2.06
4.24
0.08
0.007
0.5
0.26
0.13
0.0160
1.05
5
1.84
3.39
-0.14
0.019
0.4
0.16
0.02
0.0003
0.74
6
1.86
3.46
-0.12
0.014
0.3
0.12
-0.04
0.0019
0.63
7
1.70
2.87
-0.28
0.080
0.3
0.10
-0.06
0.0040
0.54
8
2.09
4.35
0.11
0.011
0.3
0.11
-0.05
0.0029
0.69
9
2.09
4.37
0.11
0.012
0.4
0.14
-0.01
0.0002
0.77
10
2.14
4.56
0.16
0.025
0.3
0.10
-0.06
0.0040
0.68
11
1.96
3.84
-0.02
0.000
0.4
0.12
-0.03
0.0011
0.69
12
2.15
4.60
0.17
0.028
0.3
0.10
-0.06
0.0040
0.69
13
2.12
4.49
0.14
0.020
0.4
0.19
0.06
0.0032
0.93
14
2.04
4.16
0.06
0.004
0.3
0.12
-0.04
0.0019
0.69
15
1.85
3.40
-0.13
0.018
0.3
0.10
-0.07
0.0054
0.57
16
2.11
4.43
0.13
0.016
0.3
0.12
-0.04
0.0019
0.72
17
1.97
3.88
-0.01
0.000
0.5
0.22
0.09
0.0075
0.93
18
1.96
3.84
-0.02
0.000
0.4
0.15
0.01
0.0001
0.76
19
2.15
4.60
0.17
0.028
0.4
0.18
0.05
0.0022
0.92
20
1.83
3.35
-0.15
0.022
0.4
0.16
0.02
0.0003
0.73
39.57
78.624
0.00
0.330
7.7
3.0073
0.00
0.0659
15.18
RATA
1.98
 -
 -
 -
0.4
 -
 -
X max
2.14
 -
Y max
0.5
 -
 -
 -
 -
X min
1.70
 -
 -
Y min
0.3
 -

  1. Panjang biji flamboyan Delonix regia
- Panjang rata-rata (X)               =  1,98 cm
- Panjang maksimum (X maks) = 2,14 cm
- Panjang minimum (X min)      = 1,70 cm

  1. Berat biji flamboyan Delonix Regia
- Berat rata-rata (Y)              =  0,4 gr
- Berat maksimum (Y max)  =  0,5 gr
- Berat minimum (Y min)     =   0,3 gr
  1. Simpangan Baku untuk panjang biji biji flamboyan Delonix Regia
SDx  =  =  = 0,017
  1. Simpangan Baku untuk berat biji flamboyan Delonix Regia
SDy =  =  =  = 0,0035
e.       Banyaknya Kelas (Rumus Sturges)
Banyak Kelas = 1 + 3,3 log n
                        = 1 + 3,3 log 20
                                    = 5.29 ≈ 5
  1. Interval Panjang
Interval X =       =  = 0,088
  1. Interval Berat
Interval Y =       =  = 0,04







  1. Tabel Ditribusi Frekuensi Panjang biji flamboyan Delonix regia
Kelas
Interval
Frekuensi
A
1,70 – 1,78
1
B
1,79 – 1,87
5
C
1,88– 1,96
4
D
1,97 – 2,05
2
E
2,06 – 2,14
8
Jumlah
20

  1.  Tabel Distribusi Frekuensi Berat Biji flamboyan Delonix regia
Kelas
Interval
Frekuensi
A
0,3 – 0,340
8
B
O,341 – 0,381
4
C
0,381 – 0, 421
3
D
0,421 – 0,461
1
E
0,461– 0,50
2
Jumlah
20





  1. Analisis Korelasi
r  =                n ∑ Xi. Yi – (∑Xi) (∑Yi)
          √ {n ∑ Xi2 – (∑ Xi)2}{n ∑ Yi2 – {∑ Yi)2}
               =               20 (15.18) – (39.57)( 7.7)
                      √ { 20 (78.6)  – (39.57)2}{ 20 (3,0) – (7.7)2}
                =                         303.50 303.69
                      √ {(15721566)} { (60.15 –58.83)}
                =              0.18983
                     √ (6.609) (1.317)
                =            0.18983    
                        √ 8.705           
    =    0,06
  1.  Uji t (t test)
t  =  r √ n - 2
           √ 1- r2
               = 0,06√ 20-2



                    √ 1- (0,06)2
               = 0.34

l.        Diagram Histogram (Poligon) dari panjang biji flamboyan Delonix regia
 










m.    Diagram Histogram (Poligon) Dari Berat biji flamboyan Delonix regia



IV.2 Pembahasan
            Pada percobaan kali ini, dengan judul Korelasi antara Panjang dan Berat yang bertujuan untuk melihat hubungan korelasi antara panjang dan berat dari sampel yang diukur. Telah kita ketahui, bahwa pertumbuhan adalah peningkatan ukuran suatu organisme sebagai akibat dari pertambahan sel, pembelahan sel, volume, ukuran, dan banyaknya matriks intraselulrnya. Akibat dari pertumbuhan ini adalah terjadiny pertambahan panjang, lebar, diameter, dan dengan secara pasti akan diikuti pertambahan berat organisme.
                        Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan maka hasil yang diperoleh adalah pada biji durian Durio Zibenthinus mempunyai nilai simpangan baku untuk panjang adalah 0,19 sedangkan nilai simpangan baku untuk berat adalah 2,07. Dari hasil tersebut dapat kita lihat bahwa simpangan baku untuk berat  lebih besar dibandingkan nilai simpangan baku untuk panjang, hal ini menunjukkan pada biji durian Durio zibenthinus beratnya lebih bervariasi dibandingkan dengan panjangnya. Dapat pula dilihat pada grafik histogram panjang  bahwa panjang biji durian Durio zibenthinus kurang bervariasi, frekuensinya banyak terdapat pada kelas B dengan interval 3,88 – 4,06 dengan frekuensi 9 dan pada kelas C dengan interval 3,07 – 4,25 dan frekuensi 6. Sedangkan pada histogram berat biji durian Durio zibenthinus, lebih brvariasi yang ditandai dengan jumlah frekuensi setiap kelas hampir merata.
            Hasil analisis korelasi biji durian Durio zibenthinus adalah 0,67 dan hasil analisis nilai t hitung yang diperoleh adalah 3,82 yang berarti bahwa nilai t hitung lebih besar nilai t tabel yang mempunyai nilai 2,878. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Hi diterima sehinggaa pada biji durian Durio zibenthinus terdapat korelasi antara pertambahan panjang dengan pertambahan berat biji. Sehingga, korelasi tersebut bersifat positif dan signifikan yang berarti pertambahan panjang biji diikuti oleh pertambahan berat atau dengan kata lain, berat biji dipengaruhi oleh ukuran panjangnya.
            Pada biji flamboyan Delonix regia diperoleh untuk simpangan baku panjang adalah 0,017 sedangkan nilai simpangan baku untuk berat adalah 0,035. Dapat kita lihat bahwa nilai simpangan baku untuk berat lebih besar dari nilai simpangan baku untuk panjang, yang berarti bahwa pada biji flamboyan Delonix regia, berat  biji lebih bervariasi dibandingkan panjangnya. Dapat pula dilihat pada grafik histogram panjang  bahwa panjang biji flamboyan Delonix regia kurang bervariasi, frekuensinya banyak terdapat pada kelas B dengan interval 2,06-2,14 dengan frekuensi 8. Sedangkan pada histogram berat flamboyan Delonix regia, lebih brvariasi yang ditandai dengan jumlah frekuensinya setiap kelas tidak berbeda jauh.
            Hasil analisis korelasi ( r ) biji flamboyan Delonix regia adalah 0,06 dan nilai uji t hitung yang diperoleh pada biji flamboyan adalah 0.34 yang berarti nilai t hitung lebih kecil dari nilai t pada tabel yaitu 2,878. Hal ini menunjukkan bahwa Hi ditolak dan Ho diterima sehinggaa pada biji flamboyan Delonix regia tidak terdapat korelasi antara pertambahan panjang dengan pertambahan berat biji. Sehingga, korelasi bersifat negative dan tidak signifikan yang berarti pertambahan panjang biji tidak diikuti oleh pertambahan berat atau dengan kata lain, berat biji tidak dipengaruhi oleh ukuran panjangnya. Hal ini terjadi karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya misalnya saja kesalahan pada manusia yang melakukan perhitungan (Human Error), kesalahan pada kalibrasi alat, ataupun faktor internal dari biji tersebut (misalnya faktor gen, hormon, dan nutrisi).
            Variasi antara panjang dan berat pada biji-biji durian Durio zibenthinus dan biji flamboyan Delonix regia disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kepadatan sel, struktur dari biji tersebut, kerapuhan, dan adanya masa dormansi atau masa istirahat pada tumbuhan. Apabila suatu biji, sel-selnya padat tentu diameter dari sel tersebut besar dan akan menambah berat dari biji tersebut. Begitupun dengan struktur dari biji, apabila strukturnya baik akan mempengaruhi pertumbuhan biji tersebut. Suatu sel apabila selnya terlalu rapuh tentu akan mempengaruhi pertambahan ukuran dari sel tersebut. Dan dengan adanya masa dormansi atau masa istirahat pun akan berpengaruh terhadap panjang dan berat suatu sel. 
           









BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
            Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah :
1.      Pertambahan panjang dan berat biji durian Delonix regia ternyata mempunyai korelasi atau hubungan yang bersifat positif artinya terdapat hubungan antara pertambahan panjang dan berat  bij. Sedangkan pada biji flamboyan Delonix regia ternyata mempunyai korelasi atau hubungan yang bersifat negatif artinya tidak terdapat hubungan antara pertambahan panjang dan berat  biji. Apabila dikaitkan dengan teori, pertumbuhan adalah proses pertambahan volume, ukuran yang mengakibatkan terjadinya pertambahan berat, teori tersebut tidak mutlak benar karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi  yaitu, materi yang terkandung di dalamnya, kepadatan sel, struktur sel, kerapuhan, dan adanya masa dormasi pada sel.
2.      Untuk mengetahui korelasi antara panjang dan berat, alat-alat yang digunakan untuk mengukur pertambaahan panjang adalah jangka sorong, sedangkan untuk mengukur pertambahan berat adalah neraca OHAUS.
V.2 Saran
            Sebaiknya pada percobaan yang sama selanjutnya jenis biji yang digunakan lebih banyak agar diperoleh hasil yang lebih bervariasi,   serta alat-alat yang digunakan lebih dilengkapi agar praktikum berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Ayu, Ririn Dwi., 2011. Hubungan Korelasi antar Panjang dan Berat. http//www.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 17 Maret 2012, hari Sabtu, pukul 21.20 WITA, Makassar.

Hadi, S., 2008. Pertumbuhan dan Perkembangan. http//www.indokristi.com/, diakses pada tanggal 17 Maret 2012, hari Sabtu, pukul 21.30 WITA, Makassar.

Hamid, Fauziah., 2012. Perkembangan. http//www.wordpress.com/. Diakses pada tanggal 17 Maret 2012, hari Sabtu, pukul 21.00 WITA, Makassar.

Pratiwi, R.A, dkk., 2007. Biologi Pertumbuhan dan Perkembangan. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Sandy, 2011. Macam-Macam Alat Ukur. http//www.blogspotgudang.com/, diakses pada tanggal 17 Maret 2012, hari Sabtu, pukul 21.40 WITA, Makassar.

Santoso, A., 2007. Kolerasi. http//www.wikipedia.com/. Diakses pada tanggal tanggal 17 Maret 2012, hari Sabtu, pukul 21.10 WITA, Makassar.

Subardi, 2009. Biologi Jilid III. CV Usaha Makmur. Jakarta.
Umar, Ruslan., 2012. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin. Makassar.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar