LAPORAN
PRAKTIKUM
EKOLOGI
UMUM
PERCOBAAN
I
KORELASI
ANTARA PANJANG DAN BERAT
NAMA : FITRI HANDAYANI
NIM : H41111901
KELOMPOK : IV A
HARI/TANGGAL : SABTU/17 MARET 2012
ASISTEN : GABY MAULIDA NURDIN
AHMAD ASHAR ABBAS
LABORATORIUM
ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Tumbuh
dan berkembang merupakan salah satu ciri makluk hidup. Pertumbuhan dan
perkembangan berjalan seiring. Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran
suatu organisme yang irreversible (tidak dapat kembali ke keadaan semula)
karena adanya pembelahan sel, pembesaran sel, dapat disebabkan oleh keduanya.
Pertumbuhan dapat diukur dan dinyatakan secara kuantitatif. Perkembangan adalah
terspesialisasinya sel-sel menjadi struktur dan fungsi tertentu. Perkembangan
tidak dapat dinyatakan dengan ukuran, tetapi dapat dinyatakan dengan perubahan
bentuk dan tingkat kedewasaan (Pratiwi, 2007).
Setiap
organisme di alam akan mengalami perkembangan dan pertumbuhan. Perkembangan
meliputi tiga proses yaitu morfogenesis, diferensiasi, dan pertumbuhan. Akibat
dari pertumbuhan adalah pertambahan panjang, lebar, diameter dan dengan secara pasti akan diikuti pertambahan
berat suatu organisme (Umar, 2012).
Korelasi ialah
suatu keterkaitan yang bisa ditangkap dari perbandingan dua proporsi yang
masing-masing proporsi mengandung 2 kriteria yang salah satu kriteria
disebutkan dalam kedua proporsi tersebut (Santoso, 2007).
Untuk mengetahui apakah ada korelasi antara panjang dan
berat dengan menggunakan peralatan yang berhubungan dengan parameter fisik
dalam lingkungan, maka dilakukanlah percoban ini.
I.2. Tujuan Percobaan
Tujuan
percobaan kali ini adalah:
1. Untuk
mengetahui apakah ada hubungan korelasi antara panjang dan pertambahan berat
dari suatu sampel yang diukur.
2. Mengenalkan
kepada mahasiswa dngan menggunakan peralatan berhubungan dengan parameter fisik
dalam lingkungan.
I.3. Waktu dan
Tempat Percobaan
Percobaan I tentang Korelasi antara
Panjang dan Berat berlangsung pada hari Sabtu tanggal 17 Maret 2012 pukul
09.00-14.00 WITA, bertempat di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Semua organisme dalam
hidupnya mengalami proses perubahan biologis. Perubahan tersebut terjadi
disebabkan semua organisme mengalami pertumbuhan dan perkembangan (Subardi,
2009).
Pertumbuhan merupakan proses pertambahan ukuran yang
meliputi volume, massa, panjang, dan tinggi. Pertumbuhan tidak akan dapat
kembali ke bentuk semula sehingga bersifat irreversible. Sedangkan perkembangan
adalah proses menuju dewasa. Indikator perkembangan tidak dapat diukur. Dengan
demikian, perkembangan bersifat kualitatif yaitu tidak dapat dinyatakan dengan
angka (Ayu, 2009).
Perkembangan meliputi 3 proses yaitu morfogenesis,
diferensiasi dan pertumbuhan. Pertumbuhan itu sendiri merupakan peningkatan ukuran
organisme sebagai akibat dari pertambahan (pembelahan) jumlah sel, volume,
ukuran, dan banyaknya matriks intraseluler selnya. Akibat dari pertumbuhan
adalah terjadinya pertambahan panjang, lebar, diameter dan dengan secara pasti
akan diikuti oleh pertambahan berat organisme (Umar, 2012).
Secara umum
pertumbuhan dan pekembangan pada tumbuhan diawali untuk stadium zigot yang
merupakan hasil pembuahan sel kelamin betina dengan jantan. Pembelahan zigot
menghasilkan jaringan meristem yang akan terus membelah dan mengalami diferensiasi.
Diferensiasi adalah perubahan yang terjadi dari keadaan sejumlah sel, membentuk
organ-organ yang mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda yang terjadi pada
suatu organisme (Hamid, 2012).
Pada dasarnya pertumbuhan ada 3 macam yaitu (Umar,
2012) :
a. Pertumbuhan allometrik yaitu variasi
pertumbuhan relatif pada berbagai bagian tubuh yang membantu memberi bentuk
organisme
b. Pertumbuhan determinan yaitu
pertumbuhan organisme yang akan berhenti tumbuh setelah mencapai ukuran
tertentu. Ini umumnya merupakan cirri khas dari hewan
c. Pertumbuhan intermediet yaitu
pertumbuhan organisme yang terus bertumbuh selama masih hidup. Ini umumnya
merupakan ciri khas dari tumbuhan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan tumbuhan , yaitu (Hadi, 2008) :
a.
Faktor internal
1.
Gen
Ukuran, bentuk, dan kecepatan tumbuh dikendalikan oleh gen-gen yang
terdapat di dalam skromosom. Gen-gen tersebut diariskan dari induk tumbuhan
kepada keturunannya. Gen-gen tersebut akan mengatur pola dan kecepatan pertumbuhan
dan perkembangan tumbuhan.
2.
Hormon
Hormon berasal dari bahasa Yunani hormalin yang berarti penggiat. Hormon tumbuhan disebut fitohormon. Hormon merupakan senyawa organik yang mengatur pertumbuhan
tumbuhan. Hormon juga dikenal sebagai zat tumbuh.
b.
Faktor eksternal
1.
Air dan Mineral
Tumbuhan memerlukan air dan mineral untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Air dan mineral diserap dari dalam tanah oleh akar. Air
berfungsi sebagai pelarut dan untuk fotosintesis. Mineral seperti karbon,
nitrogen, fosfat, kalsium, dan magnesium berguna sebagai bahan pembangun tubuh
tumbuhan.
2.
Kelembapan
Kelembapan menunjukkan kandungan air di tanah dan udara. Bila
kelembapan rsendah, transpirasi akan meningkat sehingga penyerapan air dan
mineral semakin banyak. Keadaan ini dapat memacu laju pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan.
3.
Cahaya
Cahaya matahari sangat diperlukan dalam proses fotosintesis. Proses
ini menghasilkan makanan yang dapat digunakan untuk mendapatkan energi dan
membangun tubuh.
4.
Metagenesis
Siklus hidup tumbuhan memperlihatkan suatu pergiliran keturunan
(metagenesis). Pergiliran keturunan meliputi fase gametofit dan sporofit. Fase
gametofit atau fase generatif merupakan tahap menghasilkan gamet haploid. Fase
sporofit atau fase vegetatif merupakan tahap menghasilkan spora. Gametofit
menghasilkan gamet haploid yang menyatu membentuk zigot.
Pengukuran merupakan suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan
suatu besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya terhadap besaran lain
yang sudah diketahui nilainya, misalnya dengan besaran standart. Pekerjaan
membandingkan tersebut tiada lain adalah pekerjaan pengukuran atau mengukur.
Sedangkan pembandingnya yang disebut sebagai alat ukur. Pengukuran banyak
sekali dilakukan dalam bidang teknik atau industri. Sedangkan alat ukurnya
sendiri banyak sekali jenisnya, tergantung dari banyak faktor, misalnya objek
yang diukur serta hasil yang di inginkan (Hamid, 2012).
Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran panjang adalah (Sandy,
2011):
1.
Jangka Sorong
Setiap jangka sorong memiliki skala utama
(SU) dan skala bantu atau skala nonius (SN). Pada umumnya, nilai skala utama =
1 mm, dan banyaknya skala nonius tidak selalu sama antara satu jangka sorong
dengan jangka sorong lainnya. Ada yang mempunyai 10 skala, 20 skala, dan bahkan
ada yang memiliki skala nonius sebanyak 50 skala. Sebuah jangka sorong baru
dapat digunakan jika nilai skala terkecilnya (NST) telah diketahui. NST jangka
sorong pada umumnya adalah 0,05 mm.
2.
Mikrometer
sekrup
Mikrometer sekrup
adalah alat yang digunakan untuk mengukur ketebalan benda yang tipis, panjang
benda yang kecil, dan dimensi luar benda yang kecil. Mikrometer sekrup memiliki
3 bagian, yaitu selubung utama yang fungsinya sebagai tempat skala utama yang
akan menunjukkan berapa hasil pengukuran dan bagian ini sifatnya tetap dan
tidak dapat digeser-geser, lalu selubung luar yang fungsinya sebagai skala
nonius yang dapat diputar-putar untuk menggerakkan selubung ulir supaya dapat
menyesuaikan dengan benda yang diukur, dan selubung ulir yang fungsinya sebagai
bagian yang dapat digerakkan dengan cara memutar-mutar selubung luar sehingga
dapat menyesuaikan dengan bentuk benda yang diukur. Mikrometer sekrup ini dapat
mengukur dengan ketelitian hingga 0,01 mm.
3.
Mistar
Mistar yang lebih dikenal dengan sebutan
penggaris adalah alat yang digunakan untuk mengukur barang yang berukuran
sedang & berukuran besar. Mistar ini dapat mengukur dengan ketelitian
hingga 1 mm.
Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran berat adalah (Sandy, 2011):
1. Neraca Tiga Lengan
Neraca Tiga
Lengan yaitu neraca yang juga biasanya terdapat di laboratorium. Cara pemakaian
neraca ini yaitu dengan cara menggeser ketiga penunjuk ke sisi paling kiri
(skalanya menjadi nol), kemudian letakkan benda yang akan diukur pada bagian
kiri yang terdapat tempat untuk benda yang akan diukur, lalu geser ketiga
penunjuk ke kanan hingga muncul keseimbangan, dan hasil pengukuran dapat
diketahui.
Biostatistika didefenisikan sebagai penerapan metode
statistika pada pemecahan masalah biologi. Masalah biologi dalam defenisi ini
adalah masalah yang timbul baik pada ilmu biologi dasar maupun bidang
terapannya, seperti ilmu kesehatan dan ilu pertanian. Boistatistika juga
disebut sebagai statistika biologi atau biometri. Terdapat banyak koefisien
korelasi dalam statistika dan yang paling umum disebut koefisien korelasi momen
hasil kali (product moment correlation coefficient). Simpangan baku dinyatakan
dalam ukuran aslinya seperti inci, gram, atau sentimeter kubik (Ayu, 2009).
Teknik korelasi merupakan teknik analisis yang melihat
kecenderungan pola dalam satu variabel berdasarkan kecenderungan pola dalam
variabel yang lain. Maksudnya, ketika satu variabel memiliki kecenderungan
untuk naik maka kita melihat kecenderungan dalam variabel yang lain apakah juga
naik atau turun atau tidak menentu. Jika kecenderungan dalam satu variabel
selalu diikuti oleh kecenderungan dalam variabel lain, kita dapat mengatakan
bahwa kedua variabel ini memiliki hubungan atau korelasi (Ayu, 2009).
Ketika berbicara mengenai korelasi, biasanya orang
(mahasiswa atau peneliti) akan berbicara mengenai korelasi antara dua atau
lebih variabel yang memiliki skala pengukuran interval bukan kategorik.
Sebenarnya pengertian korelasi juga dapat digunakan untuk menganalisis hubungan
antara dua atau lebih variabel yang memiliki skala pengukuran kategorik (Ayu,
2009).
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
III.1.
Alat
Alat-alat yang digunakan pada
percobaan ini adalah jangka sorong atau vernic caliper (0,05 mm), neraca OHAUS
(0,01 gram), penggaris, spidol, kalkulator, dan kantung plastik.
III.2.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada
percobaan ini adalah biji durian Durio
zibenthinus, dan biji flamboyan Delonix
regia.
III.3.
Cara Kerja
Cara
kerja pada percobaan ini adalah:
1. Kertas
grafik dibagi menjadi 20 bagian berbentuk kotak menggunakan spidol, panjang
dibagi 10 dan lear dibagi 5. Kemudian, setiap kotak diberi nomor mulai nomor 1
hingga 20.
2. Biji
yang telah tersedia diambil secra acak sebanyak 20 biji kemudian diletakkan
pada kotak yang telah dibuat pada kertas grafik tadi.
3. Panjang
tiap biji atau kacang diukur menggunakan jangka sorong, kemudian hasilnya
ditulis (mm) pada kotak dikertas grafik yang sesuai dengan nomor kotak dimana
kacang itu diambil, kemudian letakkan kembali biji/kacang tersebut di kotak
semula.
4. Biji
atau kacang satu persatu ditimbang yang sudah diketahui panjangnya secara acak
dan catat beratnya serta dikembalikan pada kotak yang sesuai.
5. Untuk
perhitungan, analisis data dan lain-lain digunakan data dari dua kelompok
perhitungan dari masing-masing kelompok.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil
IV.1.1. Tabel
Pengamatan
A. Tabel
Pengukuran Panjang dan Berat biji Durian Durio
Zibenthinus
No.
|
Durian Durio zibenthinus
|
|
Panjang (cm)
|
Berat (gr)
|
|
1
|
4.22
|
15.7
|
2
|
4.07
|
13.2
|
3
|
4.03
|
12.8
|
4
|
3.89
|
16.3
|
5
|
4.01
|
12.3
|
6
|
4.28
|
17.9
|
7
|
3.69
|
10.4
|
8
|
3.99
|
13.4
|
9
|
4.59
|
16.9
|
10
|
4.08
|
14.1
|
11
|
4.05
|
17.4
|
12
|
3.96
|
13.7
|
13
|
3.89
|
13.8
|
14
|
3.95
|
13.5
|
15
|
4.21
|
14.2
|
16
|
4.10
|
14.9
|
17
|
4.18
|
16.0
|
18
|
3.87
|
11.8
|
19
|
3.99
|
15.6
|
20
|
3.87
|
11.1
|
Jumlah
|
80.95
|
285.2
|
B. Tabel
Pengukuran Panjang dan Berat biji Flamboyan Delonix
regia
No.
|
Flamboyan Delonix regia
|
|
Panjang (cm)
|
Berat (gr)
|
|
1
|
1.85
|
0.4
|
2
|
1.95
|
0.5
|
3
|
1.88
|
0.4
|
4
|
2.06
|
0.5
|
5
|
1.84
|
0.4
|
6
|
1.86
|
0.3
|
7
|
1.69
|
0.3
|
8
|
2.08
|
0.3
|
9
|
2.09
|
0.4
|
10
|
2.13
|
0.3
|
11
|
1.96
|
0.3
|
12
|
2.14
|
0.3
|
13
|
2.12
|
0.4
|
14
|
2.04
|
0.3
|
15
|
1.84
|
0.3
|
16
|
2.10
|
0.3
|
17
|
1.97
|
0.5
|
18
|
1.96
|
0.4
|
19
|
2.14
|
0.4
|
20
|
1.83
|
0.4
|
Jumlah
|
39.57
|
7.67
|
IV.1.2. Analisis
Data
A. Analisis
Data Hasil Pengukuran Panjang dan Berat biji durian Durio zibenthinus
No.
|
Xi
|
Xi²
|
(Xi-X)
|
(Xi-X)²
|
Yi
|
Yi²
|
(Yi-Y)
|
(Yi-Y)²
|
Xi.Yi
|
1
|
4.22
|
17.81
|
0.17
|
0.0297
|
15.7
|
245.2
|
1.4
|
1.9586
|
66.1
|
2
|
4.08
|
16.61
|
0.03
|
0.0007
|
13.2
|
175.0
|
-1.0
|
1.0619
|
53.9
|
3
|
4.04
|
16.28
|
-0.01
|
0.0002
|
12.9
|
165.1
|
-1.4
|
1.9895
|
51.8
|
4
|
3.90
|
15.17
|
-0.15
|
0.0233
|
16.3
|
266.3
|
2.1
|
4.2415
|
63.6
|
5
|
4.01
|
16.08
|
-0.04
|
0.0014
|
12.3
|
151.3
|
-2.0
|
3.8436
|
49.3
|
6
|
4.28
|
18.32
|
0.23
|
0.0539
|
18.0
|
322.6
|
3.7
|
13.6863
|
76.9
|
7
|
3.69
|
13.62
|
-0.36
|
0.1280
|
10.5
|
109.2
|
-3.8
|
14.5199
|
38.6
|
8
|
3.99
|
15.92
|
-0.06
|
0.0033
|
13.4
|
179.8
|
-0.9
|
0.7234
|
53.5
|
9
|
4.59
|
21.07
|
0.54
|
0.2940
|
16.9
|
285.6
|
2.6
|
6.9670
|
77.6
|
10
|
4.09
|
16.69
|
0.04
|
0.0014
|
14.1
|
198.8
|
-0.2
|
0.0258
|
57.6
|
11
|
4.05
|
16.40
|
0.00
|
0.0000
|
17.4
|
302.1
|
3.1
|
9.7313
|
70.4
|
12
|
3.97
|
15.72
|
-0.08
|
0.0068
|
13.8
|
189.1
|
-0.5
|
0.2606
|
54.5
|
13
|
3.89
|
15.13
|
-0.16
|
0.0249
|
13.9
|
191.8
|
-0.4
|
0.1685
|
53.9
|
14
|
3.95
|
15.60
|
-0.10
|
0.0096
|
13.5
|
181.7
|
-0.8
|
0.6092
|
53.2
|
15
|
4.22
|
17.77
|
0.17
|
0.0280
|
14.2
|
200.2
|
-0.1
|
0.0122
|
59.6
|
16
|
4.11
|
16.85
|
0.06
|
0.0033
|
14.9
|
222.0
|
0.6
|
0.4090
|
61.2
|
17
|
4.18
|
17.47
|
0.13
|
0.0175
|
16.0
|
256.0
|
1.7
|
3.0259
|
66.9
|
18
|
3.87
|
14.98
|
-0.18
|
0.0316
|
11.8
|
138.5
|
-2.5
|
6.2026
|
45.5
|
19
|
3.99
|
15.92
|
-0.06
|
0.0033
|
15.6
|
244.0
|
1.4
|
1.8482
|
62.3
|
20
|
3.87
|
14.98
|
-0.18
|
0.0316
|
11.1
|
123.9
|
-3.1
|
9.8000
|
43.1
|
|
80.96
|
328.38
|
0.00
|
0.6926
|
285.2
|
4148.3
|
0.0
|
81.0849
|
1159.5
|
rata-rata
|
4.05
|
16.42
|
0.00
|
0.0346
|
14.3
|
395.1
|
0.0
|
4.0542
|
58.0
|
x max
|
4.59
|
-
|
-
|
y max
|
18.0
|
-
|
-
|
-
|
-
|
x min
|
3.69
|
-
|
-
|
y min
|
10.5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
- Panjang
biji durian Durio Zibenthinus
-
Panjang rata-rata (X) = 4,05 cm
-
Panjang maksimum (X max) = 4,59 cm
- Panjang minimum (X min) = 3,69 cm
- Berat
biji durian Durio Zibenthinus
-Berat rata-rata (Y) = 14,3 gr
- Berat maksimum (Y max) = 18,0 gr
- Berat minimum (Y min) = 10,5 gr
- Simpangan
Baku untuk panjang biji durian Durio
Zibenthinus
SDx
=
=
= 0,19
- Simpangan
Baku untuk berat biji durian Durio
Zibenthinus
SDy =
=
=
= 2,07
e.
Banyaknya
Kelas (Rumus Sturges)
Banyak Kelas = 1 + 3,3 log n
=
1 + 3,3 log 20
=
5.29 ≈ 5
- Interval Panjang
Interval X =
=
= 0,18
- Interval Berat
Interval Y =
=
= 1,5
- Tabel Ditribusi Frekuensi Panjang biji durian Durio zibenthinus
Kelas
|
Interval
|
Frekuensi
|
A
|
3,69 - 3,87
|
3
|
B
|
3,88 – 4,06
|
9
|
C
|
3,07 – 4,25
|
6
|
D
|
4,26 - 4,44
|
1
|
E
|
4,45 - 4,59
|
1
|
Jumlah
|
20
|
- Tabel Distribusi
Frekuensi Berat Biji durian Durio
zibenthinus
Kelas
|
Interval
|
frekuensi
|
A
|
10,5- 12
|
3
|
B
|
12,1 – 13,6
|
6
|
C
|
13,7 – 15,2
|
4
|
D
|
15,3 – 16,8
|
4
|
E
|
16,9 – 18,0
|
3
|
Jumlah
|
20
|
- Analisis Korelasi
√ {n ∑ Xi2 – (∑ Xi)2}{n
∑ Yi2 – {∑ Yi)2}
√ { 20 (328.38) – (80.96)2}{ 20 (4148.3) – (285.2)2}
√ {(6567.56– 6553.712)} { (81344.7441– 81345)}
√ (-13.851) (-1621.6979)
√
22462.91
= 0,67
- Uji t (t test)
= 0,67√ 20-2
√ 1- (0,67)2
= 3,82
i.
Diagram Histogram
(poligon) dari panjang biji durian Durio
zibenthinus
- Diagram
Histogram (Poligon) dari berat biji durian Durio zibenthinus
B. Analisis Data Hasil Pengukuran Panjang dan
Berat Biji Flamboyan Delonix regia
No.
|
Xi
|
Xi²
|
(Xi-X)
|
(Xi-X)²
|
Yi
|
Yi²
|
(Yi-Y)
|
(Yi-Y)²
|
Xi.Yi
|
1
|
1.86
|
3.44
|
-0.12
|
0.015
|
0.4
|
0.18
|
0.04
|
0.0013
|
0.78
|
2
|
1.95
|
3.80
|
-0.03
|
0.001
|
0.5
|
0.22
|
0.09
|
0.0075
|
0.92
|
3
|
1.88
|
3.53
|
-0.10
|
0.010
|
0.4
|
0.16
|
0.02
|
0.0003
|
0.75
|
4
|
2.06
|
4.24
|
0.08
|
0.007
|
0.5
|
0.26
|
0.13
|
0.0160
|
1.05
|
5
|
1.84
|
3.39
|
-0.14
|
0.019
|
0.4
|
0.16
|
0.02
|
0.0003
|
0.74
|
6
|
1.86
|
3.46
|
-0.12
|
0.014
|
0.3
|
0.12
|
-0.04
|
0.0019
|
0.63
|
7
|
1.70
|
2.87
|
-0.28
|
0.080
|
0.3
|
0.10
|
-0.06
|
0.0040
|
0.54
|
8
|
2.09
|
4.35
|
0.11
|
0.011
|
0.3
|
0.11
|
-0.05
|
0.0029
|
0.69
|
9
|
2.09
|
4.37
|
0.11
|
0.012
|
0.4
|
0.14
|
-0.01
|
0.0002
|
0.77
|
10
|
2.14
|
4.56
|
0.16
|
0.025
|
0.3
|
0.10
|
-0.06
|
0.0040
|
0.68
|
11
|
1.96
|
3.84
|
-0.02
|
0.000
|
0.4
|
0.12
|
-0.03
|
0.0011
|
0.69
|
12
|
2.15
|
4.60
|
0.17
|
0.028
|
0.3
|
0.10
|
-0.06
|
0.0040
|
0.69
|
13
|
2.12
|
4.49
|
0.14
|
0.020
|
0.4
|
0.19
|
0.06
|
0.0032
|
0.93
|
14
|
2.04
|
4.16
|
0.06
|
0.004
|
0.3
|
0.12
|
-0.04
|
0.0019
|
0.69
|
15
|
1.85
|
3.40
|
-0.13
|
0.018
|
0.3
|
0.10
|
-0.07
|
0.0054
|
0.57
|
16
|
2.11
|
4.43
|
0.13
|
0.016
|
0.3
|
0.12
|
-0.04
|
0.0019
|
0.72
|
17
|
1.97
|
3.88
|
-0.01
|
0.000
|
0.5
|
0.22
|
0.09
|
0.0075
|
0.93
|
18
|
1.96
|
3.84
|
-0.02
|
0.000
|
0.4
|
0.15
|
0.01
|
0.0001
|
0.76
|
19
|
2.15
|
4.60
|
0.17
|
0.028
|
0.4
|
0.18
|
0.05
|
0.0022
|
0.92
|
20
|
1.83
|
3.35
|
-0.15
|
0.022
|
0.4
|
0.16
|
0.02
|
0.0003
|
0.73
|
|
39.57
|
78.624
|
0.00
|
0.330
|
7.7
|
3.0073
|
0.00
|
0.0659
|
15.18
|
RATA
|
1.98
|
-
|
-
|
-
|
0.4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
X max
|
2.14
|
-
|
-
|
Y max
|
0.5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
X min
|
1.70
|
-
|
-
|
Y min
|
0.3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
- Panjang
biji flamboyan Delonix regia
-
Panjang rata-rata (X)
= 1,98 cm
- Panjang maksimum (X maks) = 2,14 cm
- Panjang minimum (X min) = 1,70 cm
- Berat
biji flamboyan Delonix Regia
- Berat rata-rata (Y) =
0,4 gr
- Berat maksimum (Y max) = 0,5
gr
- Berat minimum (Y min) = 0,3
gr
- Simpangan
Baku untuk panjang biji biji flamboyan Delonix
Regia
SDx
=
=
= 0,017
- Simpangan
Baku untuk berat biji flamboyan Delonix
Regia
SDy =
=
=
=
0,0035
e.
Banyaknya
Kelas (Rumus Sturges)
Banyak Kelas = 1 + 3,3 log n
=
1 + 3,3 log 20
=
5.29 ≈ 5
- Interval Panjang
Interval X =
=
= 0,088
- Interval Berat
Interval Y =
=
= 0,04
- Tabel Ditribusi Frekuensi Panjang biji flamboyan Delonix regia
Kelas
|
Interval
|
Frekuensi
|
A
|
1,70 – 1,78
|
1
|
B
|
1,79 – 1,87
|
5
|
C
|
1,88– 1,96
|
4
|
D
|
1,97 – 2,05
|
2
|
E
|
2,06 – 2,14
|
8
|
Jumlah
|
20
|
- Tabel Distribusi
Frekuensi Berat Biji flamboyan
Delonix regia
Kelas
|
Interval
|
Frekuensi
|
A
|
0,3 – 0,340
|
8
|
B
|
O,341 – 0,381
|
4
|
C
|
0,381 – 0, 421
|
3
|
D
|
0,421 – 0,461
|
1
|
E
|
0,461– 0,50
|
2
|
Jumlah
|
20
|
- Analisis Korelasi
√ {n ∑ Xi2 – (∑ Xi)2}{n
∑ Yi2 – {∑ Yi)2}
√ { 20 (78.6) – (39.57)2}{ 20 (3,0) – (7.7)2}
√ {(1572– 1566)} { (60.15 –58.83)}
√ (6.609)
(1.317)
√
8.705
= 0,06
- Uji t (t test)
= 0,06√ 20-2
√ 1- (0,06)2
= 0.34
l.
Diagram Histogram
(Poligon) dari panjang biji flamboyan Delonix
regia
m. Diagram
Histogram (Poligon) Dari Berat biji flamboyan Delonix regia
IV.2 Pembahasan
Pada percobaan kali ini, dengan
judul Korelasi antara Panjang dan Berat yang bertujuan untuk melihat hubungan
korelasi antara panjang dan berat dari sampel yang diukur. Telah kita ketahui,
bahwa pertumbuhan adalah peningkatan ukuran suatu organisme sebagai akibat dari
pertambahan sel, pembelahan sel, volume, ukuran, dan banyaknya matriks
intraselulrnya. Akibat dari pertumbuhan ini adalah terjadiny pertambahan
panjang, lebar, diameter, dan dengan secara pasti akan diikuti pertambahan
berat organisme.
Berdasarkan hasil percobaan yang
dilakukan maka hasil yang diperoleh adalah pada biji durian Durio Zibenthinus mempunyai nilai
simpangan baku untuk panjang adalah 0,19 sedangkan nilai simpangan baku untuk
berat adalah 2,07. Dari hasil tersebut dapat kita lihat bahwa simpangan baku
untuk berat lebih besar dibandingkan
nilai simpangan baku untuk panjang, hal ini menunjukkan pada biji durian Durio zibenthinus beratnya lebih bervariasi
dibandingkan dengan panjangnya. Dapat pula dilihat pada grafik histogram panjang
bahwa panjang biji durian Durio zibenthinus kurang bervariasi,
frekuensinya banyak terdapat pada kelas B dengan interval 3,88 – 4,06 dengan frekuensi 9 dan pada kelas C dengan
interval 3,07 – 4,25 dan frekuensi 6. Sedangkan pada histogram berat
biji durian Durio zibenthinus, lebih
brvariasi yang ditandai dengan jumlah frekuensi setiap kelas hampir merata.
Hasil analisis korelasi biji durian Durio zibenthinus adalah 0,67 dan hasil
analisis nilai t hitung yang diperoleh adalah 3,82 yang berarti bahwa nilai t
hitung lebih besar nilai t tabel yang mempunyai nilai 2,878. Hal ini
menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Hi diterima sehinggaa pada biji durian Durio zibenthinus terdapat korelasi
antara pertambahan panjang dengan pertambahan berat biji. Sehingga, korelasi tersebut
bersifat positif dan signifikan
yang berarti pertambahan panjang biji diikuti oleh pertambahan berat atau
dengan kata lain, berat biji dipengaruhi oleh ukuran panjangnya.
Pada
biji flamboyan Delonix regia diperoleh untuk
simpangan baku panjang adalah 0,017 sedangkan nilai simpangan baku untuk berat adalah 0,035. Dapat kita lihat bahwa nilai simpangan baku untuk berat lebih besar dari nilai simpangan baku untuk panjang, yang berarti bahwa pada biji flamboyan
Delonix regia, berat biji lebih
bervariasi dibandingkan panjangnya. Dapat pula
dilihat pada grafik histogram panjang
bahwa panjang biji flamboyan Delonix
regia kurang bervariasi, frekuensinya banyak terdapat pada kelas B dengan
interval 2,06-2,14 dengan frekuensi 8.
Sedangkan pada histogram berat flamboyan Delonix
regia, lebih brvariasi yang ditandai dengan jumlah frekuensinya setiap
kelas tidak berbeda jauh.
Hasil
analisis korelasi ( r ) biji flamboyan Delonix regia adalah 0,06 dan nilai uji t hitung yang diperoleh pada biji flamboyan adalah 0.34 yang berarti nilai t hitung lebih kecil dari nilai t pada tabel yaitu 2,878. Hal ini menunjukkan
bahwa Hi ditolak dan Ho diterima sehinggaa pada biji flamboyan Delonix regia tidak terdapat korelasi
antara pertambahan panjang dengan pertambahan berat biji. Sehingga, korelasi bersifat negative dan tidak signifikan yang berarti pertambahan panjang biji tidak
diikuti oleh pertambahan berat atau dengan kata lain,
berat
biji tidak dipengaruhi oleh ukuran panjangnya.
Hal ini terjadi karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya misalnya
saja kesalahan pada manusia yang melakukan perhitungan (Human Error), kesalahan
pada kalibrasi alat, ataupun faktor internal dari biji tersebut (misalnya
faktor gen, hormon, dan nutrisi).
Variasi antara panjang dan berat pada
biji-biji durian Durio zibenthinus
dan biji flamboyan Delonix regia
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kepadatan sel, struktur dari biji
tersebut, kerapuhan, dan adanya masa dormansi atau masa istirahat pada
tumbuhan. Apabila suatu biji, sel-selnya padat tentu diameter dari sel tersebut
besar dan akan menambah berat dari biji tersebut. Begitupun dengan struktur
dari biji, apabila strukturnya baik akan mempengaruhi pertumbuhan biji
tersebut. Suatu sel apabila selnya terlalu rapuh tentu akan mempengaruhi
pertambahan ukuran dari sel tersebut. Dan dengan adanya masa dormansi atau masa
istirahat pun akan berpengaruh terhadap panjang dan berat suatu sel.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah :
1.
Pertambahan panjang
dan berat biji durian Delonix regia ternyata mempunyai korelasi atau hubungan yang bersifat positif
artinya terdapat hubungan antara pertambahan panjang dan berat bij. Sedangkan pada biji flamboyan Delonix regia ternyata mempunyai korelasi atau hubungan yang bersifat
negatif artinya
tidak terdapat hubungan antara pertambahan panjang dan berat biji. Apabila dikaitkan dengan teori,
pertumbuhan adalah proses pertambahan volume, ukuran yang mengakibatkan
terjadinya pertambahan berat, teori tersebut tidak mutlak benar karena ada
beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu,
materi yang terkandung di dalamnya, kepadatan sel, struktur sel, kerapuhan, dan
adanya masa dormasi pada sel.
2. Untuk
mengetahui korelasi antara panjang dan berat, alat-alat yang digunakan untuk
mengukur pertambaahan panjang adalah jangka sorong, sedangkan untuk mengukur
pertambahan berat adalah neraca OHAUS.
V.2 Saran
Sebaiknya pada percobaan yang sama
selanjutnya jenis biji yang digunakan lebih banyak agar diperoleh hasil yang
lebih bervariasi,
serta alat-alat yang digunakan lebih dilengkapi agar praktikum berjalan
dengan lancar.
DAFTAR
PUSTAKA
Ayu, Ririn Dwi., 2011. Hubungan Korelasi antar Panjang dan Berat.
http//www.blogspot.com/. Diakses pada
tanggal 17 Maret 2012, hari Sabtu, pukul 21.20 WITA, Makassar.
Hadi,
S., 2008. Pertumbuhan dan Perkembangan. http//www.indokristi.com/,
diakses pada tanggal 17 Maret 2012, hari Sabtu, pukul 21.30 WITA, Makassar.
Hamid,
Fauziah., 2012. Perkembangan. http//www.wordpress.com/.
Diakses pada tanggal 17 Maret 2012, hari Sabtu, pukul 21.00 WITA, Makassar.
Pratiwi,
R.A, dkk., 2007. Biologi Pertumbuhan dan
Perkembangan. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Sandy,
2011. Macam-Macam Alat Ukur. http//www.blogspotgudang.com/,
diakses pada tanggal 17 Maret 2012, hari Sabtu, pukul 21.40 WITA, Makassar.
Santoso,
A., 2007. Kolerasi. http//www.wikipedia.com/.
Diakses pada tanggal tanggal 17 Maret 2012, hari Sabtu, pukul 21.10 WITA,
Makassar.
Subardi,
2009. Biologi Jilid III. CV Usaha
Makmur. Jakarta.
Umar, Ruslan., 2012. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar