Kamis, 25 Desember 2014

Laporan Percobaan Pengaruh Polusi Domestik Terhadap Kualitas Air

LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM

PERCOBAAN IV
PENGARUH POLUSI DOMESTIK TERHADAP KUALITAS AIR

NAMA                       : FITRI HANDAYANI
NIM                            : H41111901
KELOMPOK            : IV A
HARI/TANGGAL    : SABTU / 24 MARET 2012
ASISTEN                   : GABY MAULIDA NURDIN
                                      AHMAD ASHAR ABBAS

 








LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar  Belakang

            Keinginan manusia yang selalu ingin meningkatkan kesejahteraannya memaksa manusia untuk mendirikan pabrik-pabrik yang dapat mengolah hasil alam menjadi bahan pangan dan sandang. Pesatnya kemajuan teknologi dan industrialisasi berpengaruh terhadap kualitas lingkungan. Munculnya pabrik-pabrik yang menghasilkan asap dan limbah buangan dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan merupakan satu dari beberapa faktor yang dapat memengaruhi kualitas lingkungan. Pencemaran lingkungan (environmental pollution) adalah masuknya bahan-bahan ke dalam lingkungan yang dapat mengganggu kehidupan makhluk hidup di dalamnya. Zat yang dapat mencemari lingkungan dan dapat mengganggu kelangsungan hidup makhluk hidup disebut dengan polutan. Polutan ini dapat berupa zat kimia, debu, suara, radiasi, atau panas yang masuk ke dalam lingkungan (Sulistyorini, 2009).
            Polusi domestik atau polusi akibat aktivitas rumah tangga yang dapat berupa sampah, sisa makanan, sabun, deterjen dan bahan tinja, dimana bahan ini mudah diuraikan oleh mikroba air dengan menggunakan oksigen terlarut dalam air. Derajat pencemaran suatu perairan dapat diketahui dengan beracam-macam cara, misalnya berdasarkan : kejernihan air, kandungan O2 terlarut, kebutuhan O­2 oleh mikroba (BOD = Biological Oxygen Demand) dan proses kimiawi lainnya dalam bahan organik di dalam air (Umar, 2012).
            Salah satu cara yang paling sederhana untuk mengetahui kestabilan relatif air adalah dengan menggunakan zat indicator yaitu Bromtimol Biru/Methylen Blue yang akan berwarna biru selama masih ada O2 terlarut dalam air dan akan berubah warnanya apabila O2 terlarut dalam air habis menjadi kuning kejernihan atau jernih (Umar, 2012).
Oleh karena itu, untuk mendeteksi dan menentukan kualitas air dan tingkat pencemaran pada berbagai sumber air dengan menggunakan methylen blue serta melatih ketrampilan mahasiswa menggunakan peralatan yang berhubungan dengan pencemaran lingkungan, maka percobaan ini dilakukan.
I.2. Tujuan Percobaan
            Tujuan pada percobaan ini adalah:
1.      Untuk mengetahui pengaruh kualitas air pada berbagai sumber yang berbeda, dengan menggunakan methylen blue.
2.      Untuk memperkenalkan dan melatih keterampilan mahasiswa dalam menggunakan peralatan yang berhubungan dengan pencemaran lingkungan.
I.3. Waktu dan Tempat Percobaan
            Percobaan mengenai Pengaruh Polusi Domestik terhadap Kualitas Air dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 24 Maret 2012, pukul 09.00- 14.00 WITA, yang bertempat di Laboratorium Ilmu Lingkungan dan Kelautan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar, dan dilakukan pengamatan selama 12 hari.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alami dapat menurunkan kualitas lingkungan sampai tingkat tertentu. Lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya. Penyebabnya antara lain adalah adanya polutan yang mengakibatkan pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan atau polusi terjadi di suatu tempat, ketika di sana terdapat suatu perubahan yang tidak diinginkan. Perubahan-perubahan tersebut meliputi perubahan udara, daratan, dan air secara fisik maupun kimia. Penyebab pencemaran adalah kegiatan manusia terutama di bidang industri, yang menghasilkan limbah atau hasil buangan sisa produksi Limbah adalah suatu benda atau zat yang mengandung substansi yang berbahaya bagi makhluk hidup, baik manusia, hewan, tumbuhan, maupun mikroorganisme. Selain aktivitas industri, limbah juga dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, bengkel-bengkel, laboratorium, dan penggunaan pupuk yang berlebihan di bidang pertanian. Apabila limbah-limbah tersebut dibuang begitu saja ke lingkungan tanpa didahului proses pengolahan atau dibuang pada tempat-tempat yang tidak seharusnya, maka akan timbul pencemaran (Widayati, 2009).
Limbah dan zat-zat lain penyebab  pencemaran secara umum disebut sebagai polutan atau zat pencemar. Polutan atau faktor penyebab polusi bisa berupa makhluk hidup, zat, senyawa, dan energi. Sehingga polutan tersebut dapat kita kelompokkan menjadi polutan biologi, polutan fisika, dan polutan kimia. Polutan biologi adalah polutan yang berupa makhluk hidup terutama kelompok mikroorganisme, seperti bakteri dan virus yang sering terdapat pada kotoran, sisa-sisa makanan, dan jasad organisme yang lain. Polutan fisika atau polutan energi adalah polutan yang disebabkan oleh faktor-faktor fisik seperti panas, dingin, dan radiasi. Sedangkan polutan kimia adalah polutan yang mengandung zat atau senyawa kimia, misalnya limbah yang banyak mengandung logam merkuri (Hg), gas CO2, gas CFC, debu logam berat, asbes, pestisida, gas CO, gas H2S, partikel SO2, NO2, dan batubara (Widayati, 2009).
Berdasarkan lingkungan yang tercemar, pencemaran lingkungan dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu (Sulistyorini, 2009):
1.      Pencemaran Tanah
Kegiatan manusia, seperti perusakan hutan dan pertanian lading berpindah memengaruhi kualitas tanah. Terkontaminasinya tanah oleh zat kimia dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran air tanah. Jika tidak segera dihentikan, hal ini akan menimbulkan kerusakan tanah, bahkan dapat menimbulkan bencana bagi kehidupan manusia. Pencemaran tanah merupakan pencemaran yang disebabkan oleh masuknya polutan yang berupa zat cair atau zat padat ke dalam tanah. Bahan cair yang berupa limbah rumah tangga, pertanian, dan industri ini akan meresap masuk ke dalam tanah. Bahan-bahan ini akan membunuh mikroorganisme di dalam tanah. Jika makhluk hidup tersebut merupakan bakteri pengurai, penyediaan humus akan berkurang dan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang mati tidak akan terurai lagi menjadi unsure hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Keadaan ini membuat petani harus memberikan pupuk buatan yang begitu mahal untuk kesuburan tanamannya, padahal dengan memberikan pupuk tersebut, unsur hara dalam tanah juga akan ikut terbunuh lagi.
2.      Pencemaran Udara
Asap kendaraan bermotor mengandung bermacam gas yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Gas-gas tersebut adalah karbon monoksida (CO), nitogen oksida (NO), hidrokarbon (HO), sulfur oksida (SO), dan lain-lain. Pernahkah kalian membayangkan bahwa gas buangan dari lemari es, AC, dan parfum yang sering disebut gas Chlorofluorocarbon (CFC) merupakan gas yang sangat berbahaya karena dapat merusak lapisan ozon yang berada di lapisan atas atmosfer bumi? Keadaan di atas menunjukkan adanya pencemaran udara yang terjadi di sekitar kita.
Pencemaran udara adalah masuknya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke udara oleh kegiatan manusia atau proses alam sehingga terjadi penurunan kualitas udara sampai tingkat tertentu yang menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Pencemaran udara ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan, harta benda, ekosistem, dan iklim. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh pencemaran lingkungan adalah bronkitis dan emphysema. Adanya hujan asam yang bersifat korosif dapat menyebabkan kerugian harta benda karena berkaratnya benda-benda dari besi yang kontak dengannya. Hujan asam menyebabkan perubahan pH air dan tanah. Keadaan ini berpengaruh pada keseimbangan ekosistem. Gas-gas rumah kaca (CO2, CFCs, dan N2O) dapat menyerap radiasi inframerah dan menghangatkan udara di permukaan.  Peningkatan temperatur di bumi menyebabkan gunung-gunung es mencair yang mengakibatkan perubahan iklim global. Selain itu, CFCs juga dapat menyebabkan kerusakan lapisan ozon. Kebocoran ozon sangat berbahaya bagi kehidupan manusia karena dari lubang ozon tersebut, sinar ultraviolet dapat masuk menembus ke bumi. Radiasi sinar UV ini dapat menyebabkan kerusakan materi genetik DNA dan kanker.
3.      Pencemaran Suara
Pencemaran suara dapat ditimbulkan oleh adanya suara bising yang disebabkan oleh suara mesin pabrik, mesin penggilingan padi, mesin las, pesawat, kendaraan bermotor yang berlalu-lalang, dan suara kereta api sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep 48/MENLH/11/1996 tentang baku tingkat kebisingan menyebutkan bahwa kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
4.      Pencemaran Air
Air selalu diperlukan oleh setiap makhluk hidup, apalagi manusia. Air dimanfaatkan oleh manusia untuk minum, memasak, mandi, mencuci, dan lain-lain. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya untuk memperoleh air yang sehat dan aman dikonsumsi. Coba bayangkan bagaimana jika air yang kalian gunakan untuk minum dan memasak tercemar limbah? Seiring dengan perkembangan iptek, terjadi pula peningkatan terhadap aktivitas manusia. Namun, sering kali aktivitas manusia tersebut juga menyebabkan penurunan terhadap kualitas air. Jika penurunan ini tidak dikendalikan, akan terjadi pencemaran air. Pencemaran air adalah masuknya polutan ke dalam air atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai pada tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya (PP RI No. 82 tahun 2001). Polutan dapat berupa zat cair atau padat yang berasal dari limbah rumah tangga, industri, pertanian, dan sebagainya.
Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 115 Tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air (Masqudi, 2008).
Parameter pencemaran air yaitu; masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup, oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Air dikatakan tercemar apabila kualitasnya turun sampai ke tingkat yang membahayakan sehingga air tidak bisa digunakan sesuai peruntukannya.Ada beberapa parameter untuk mengetahui kualitas air, diantaranya (Izzudin, 2004) :
1.      Parameter Kimia
a.       DO (Dissolved Oxygen)
Yang dimaksud dengan DO adalah oksigen terlarut yang terkandung di dalam air, berasal dari udara dan hasil proses fotosintesis tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh semua mahluk yang hidup di air seperti ikan, udang, kerang dan hewan lainnya termasuk mikroorganisme seperti bakteri.Agar ikan dapat hidup, air harus mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/ liter atau 5 ppm (part per million). Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan akan mati, tetapi bakteri yang kebutuhan oksigen terlarutnya lebih rendah dari 5 ppm akan berkembang.
b.      BOD (Biological Oxygen Demand),
BOD adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses mikrobiologis yang benar -benar terjadi dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan dan untuk mendesain sistem pengolahan secara biologis. Dengan tes BOD  kita akan mengetahui kebutuhan oksigen biokima yang menunjukkan jumlah oksigen yang digunakan dalam reaksi oksidasi oleh bakteri. Sehingga makin banyak bahan organik dalam air, makin besar B.O.D nya sedangkan D.O akan makin rendah. Air yang bersih adalah yang B.O.D nya kurang dari 1 mg/l atau 1ppm, jika B.O.D nya di atas 4 ppm, air dikatakan tercemar.
c.       COD (Chemical Oxygent Demand)
COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi K2,Cr2,O7 digunakan sebagai sumber oksigen. Pengujian COD pada air limbah memiliki beberapa keunggulan dibandingkan pengujian BOD yaitu : Sanggup menguji air limbah industri yang beracun yang tidak dapat diuji dengan BOD karena bakteri akan mati dan waktu pengujian yang lebih singkat, kurang lebih hanya 3 jam.

d.      TSS (Total suspended Solid)
TSS adalah jumlah berat dalam mg/liter kering lumpur yang ada dalamlimbah setelah mengalami penyaringan dengan membran berukuran 0,45 mikron. Air alam mengandung zat padat terlarut yang berasal dari mineral dan garam-garam yang terlarut ketika air mengalir di bawah atau di permukaan tanah. Apabila air dicemari oleh limbah yang berasal dari industri, pertambangan dan pertanian, kandungan zat padat tersebut akan meningkat. Jumlah zat padat terlarut ini dapat digunakan sebagai indikator terjadinya pencemaran air.Selain jumlah, jenis zat pencemar juga menentukan tingkat pencemaran dan juga berguna untuk penentuan efisiensi unit pengolahan air. Jenis zat pencemar itu dibagi atas besar atau tidaknya kandungan organik atau non organik yang dapat mencemari air.
e.       pH air
pH adalah derajat keasaman suatu zat. pH normal adalah 6-8. Tujuan metode pengujian ini untuk memperoleh drajat keasaman (pH) dalam air dan air limbah dengan  menggunakan alat pH meter.
f.       Total organik karbon (TOC),
Total Carbon (TC), Inorganic Carbon (IC), TOC adalah jumlah karbon yang terikat dalam suatu senyawa organik dan sering digunakan sebagai indikator tidak spesifik dari kualitas air atau  kebersihan peralatan pabrik. Total Carbon (TC) - semua karbon dalam sample, Total Inorganic Carbon (TIC) - sering disebut sebagai karbon anorganik (IC), karbonat, bikarbonat, dan terlarut karbon dioksida (CO2); suatu material yang berasal dari sumber non-hidup. Dalam menganalisa TOC, TC, dan IC kita bisa menggunakan TOC analyzer.
g.      Parameter Logam
Spektroskopi penyerapan atom adalah teknik untuk menentukan konsentrasi elemen logam tertentu dalam sampel. Teknik ini dapat digunakan untuk menganalisa konsentrasi lebih dari 70 jenis logam yang berbeda dalam suatu larutan.  beberapa logam yang berbahaya diantaranya : Hg (merkuri) , Ar (arsen), Cd (kadmium), Pb (timbal).
2.      Parameter Fisika
Perubahan yang ditimbulkan parameter fisika dalam air limbah yaitu: padatan, kekeruhan, bau, temperatur, daya hantar listrik dan warna. Padatan terdiri dari bahan padat organik maupun anorganik yang larut, mengendap maupun suspensi. Akibat lain dari padatan ini menimbulkan tumbuhnya tanaman air tertentu dan dapat menjadi racun bagi makhluk lain.Pengukuran daya hantar listrik ini untuk melihat keseimbangan kimiawi dalam air dan pengaruhnya terhadap kehidupan biota.Warna timbul akibat suatu bahan terlarut atau tersuspensi dalam air, di samping adanya bahan pewarna tertentu yang kemungkinan mengandung logam berat. Bau disebabkan karena adanya campuran dari nitrogen, fospor, protein, sulfur, amoniak, dan zat organik lain.Temperatur air limbah akan mempengaruhi kecepatan reaksi hidrogen sulfida, carbon disulfida kimia serta tata kehidupan dalam air. Perubahan suhu memperlihatkan aktivitas kimiawi biologis pada benda padat dan gas dalam air.Pencemaran yang mulai mengakibatkan iritasi (gangguan) ringan pada panca indra dan tubuh serta telah menimbulkan kerusakan pada ekosisteml ain. Misalnya gas buangan kendaraan bermotor yan gmenyebabkan mata pedih.
3.      Parameter Biologi
Parameter biologi meliputi ada atau tidaknya pencemaran secara biologi berupa mikroorganisme, misalnya, bakteri coli, virus, bentos, dan plankton.jenis- jenis mikroorganisme di air yang tercemar seperti: Escherichia coli, Entamoeba coli, dan Salmonella thyposa.
Pada umumnya air yang tercemar mempunyai kandungan O2 sangat rendah, ini disebabkan oleh oksigen terlarut dalam air diserap oleh mikroorganisme untuk mendegradasi bahan buangan organik sehingga mengikuti reaksi oksidasi biasa atau menjadi bahan yang mudah menguap. Reaksi umum dari proses penguraian bahan organik dalam air yang membutuhkan oksigen sbb (Umar, 2012) :
a.       Oksidasi Bahan Organik :
(CH2O)n + nO2   →  nCO2 + nH2O + nNH3   panas
                         Enzim
b.      Sintesis Sel
(CH2O)n + NH3 + nO2  →  komponen sel + nCO2 + nH2O → Energi
          Enzim
c.       Oksidasi sel
Komponen sel + O2  →  nCO2 + nH2O + nNH3 → Energi
    Enzim
Langkah pencegahan pada prinsipnya mengurangi pencemar dari sumbernya untuk mencegah dampak lingkungan yang lebih berat. Di lingkungan yang terdekat, misalnya dengan mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan, menggunakan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle).  Di bidang industri misalnya dengan mengurangi jumlah air yang dipakai, mengurangi jumlah limbah, dan mengurangi keberadaan zat kimia PBT (Persistent, Bioaccumulative, and Toxic), dan berangsur-angsur menggantinya dengan Green Chemistry (Ayu, 2011).


















BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1. Alat
            Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah botol sampel, pipet tetes, gunting, dan spidol tahan air.
III.2. Bahan
            Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan methylen blue 0,1%, air berbagai macam sumber, yaitu air danau, air kolam, air sungai, air PAM, air sumur, air laut tengah malam, air laut pagi, dan air selokan, plastik, karet gelang, dan kertas label.
III.3. Cara Kerja
            Cara kerja pada percobaan ini adalah:
1.      Disiapkan 8 botol sampel kemudian masing-masing botol diberi label A,B,C,D,E,F,G,H.
2.      Kemudian masing-masing botol sampel diisi dengan urutan sebagai berikut :
      - Botol A diisi dengan air selokan,
      - Botol B diisi dengan air kolam,
      - Botol C diisi dengan air sungai,
      - Botol D diisi dengan air PAM,
      - Botol E diisi dengan air sumur,
      - Botol F diisi dengan air danau,
- Botol G diisi dengan laut malam
- Botol H diisi dengan air laut pagi.
Pengisian harus sampai penuh dan dilakukan secara hati-hati, jangan sampai air terkocok dan mengandung gelembung air.
3.      Sebelum ditutup, kedalam setiap botol sampel A,B,C,D,E,F,G, dan H terlebih dahulu ditambahkan dengan larutan methylen blue sebanyak 0,5 ml atau secukupnya, dengan menggunakan pipet tetes, pipet tetes tersebut harus tenggelam kedalam air agar tidak ada gelembung udara yang masuk.
4.      Kedelapan botol sampel tersebut ditutup dengan hati-hati, dan diusahakan tidak terdapat gelembung udara di dalam botol.
5.      Kemudian, botol-botol sampel disimpan dalam incubator atau tempat gelap dan diamati perubahan warnanya setiap 24 jam. Pengamatan dilakukan sampai hampir semua sampel berubah warna (12 hari).
6.      Laporan hasil pengamatan dibuat dan kestabilan relatif air pada masing-masing sampel ditentukan.









BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
IV.1.1 Tabel Pengamatan
Tabel Perubahan Warna Pada kedelapan botol sampel selama 12 hari pengamatan
Hari
Air laut malam
Air laut pagi
Air selokan
Air PDAM
Air sumur
Air kolam
Air sungai
Air danau
1
-
-
-
-
-
-
-
-
2
-
-
+
-
-
-
-
-
3
-
-
+
-
-
-
-
-
4
-
-
+
-
-
-
+
+
5
-
-
+
-
-
-
+
+
6
-
+
++
-
-
-
+
+
7
+
+
++
-
-
-
+
++
8
+
+
++
-
-
-
++
++
9
+
++
+++
+
-
-
++
++
10
++
++
+++
+
-
+
++
+++
11
+++
++
+++
+
-
+
+++
+++
12
+++
++
+++
+
-
+
+++
+++


Keterangan:
-                               =  Biru
+                =  Jernih kebiruan
++              =  Jernih
+++           =  Jernih sekali
IV.2 Pembahasan
Percobaan kali ini mengenai Pengaruh Polusi Domestik terhadap Kualitas Air yang dilakukan untuk mengetahui kualitas air dari beberapa sumber yang berbeda yaitu air sungai, air danau, air laut malam, air laut pagi, air selokan, air sumur, air kolam, dan air PDAM dengan menggunakan methylen blue. Methylen blue pada percobaan ini berfungsi sebagai indikator untuk menguji tingkat pencemaran air. Selain itu, dibutuhkan botol sebagai wadah untuk menyimpan sampel air yang telah ditetesi methylen blue.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 12 hari, diperoleh data bahwa air laut malam mengalami banyak perubahan yaitu hari pertama tetap biru, hari selanjutnya agak kebiruan tapi hari terakhir sudah jernih keruh yang artinya air tersebut tercemar karena banyaknya mikroorganisme di dalamnya sehingga dapat menguraikan warna biru pada air. Untuk air laut pagi, pada hari ke 1-5 berwarna biru kemudian pada hari selanjutnya warnahnya semakin jernih sampai pada hari ke 12, hal ini karena dalam air laut pagi biasanya sangat tercemar dan banyak mikroorganisme yang terkandung di dalam air tersebut.
Air selokan yang telah diberi larutan metilen biru, ternyata mengalami perubahan selama 12 hari. Pada hari pertama warna masih biru, tapi beberapa hari kemudian warna berubah menjadi mulai dari biru muda sampai jernih sekali . Dari hasil yang diperoleh diketahui air selokan merupakan air yang tercemar.
Air PDAM  hari pertama sampai hari ke- 8 berwarna biru dan ke-9 samapi hari ke-12 berubah menjadi jernih kebiruan. Hal ini karena hanya sedikit mikroorganisme yang ada di dalam air tersebut. Akan tetapi air PAM itu seharusnya hanya sedikit perubahannya Karena air tersebut sudah dalam proses penyaringan sehingga bisa di konsumsi. Pengamatan terhadap air sumur pengamatan selama 12 hari, tidak memberikan perubahan warna. Hal ini disebabkan karena air tersebut tidak terlalu tercemar.
Pengamatan terhadap air kolam hari pertama sampai ke-9 warnanya biru dan pada hari ke-10 sampai ke-12 warnanya menjadi jernih kebiruan. Hal tersebut bisa terjadi karena kesalahan dalam percobaan air kolam seharusnnya banyak mengalami perubahan karena air tersebut memiliki BOD yang relatif tinggi.
            Air danau, hari pertama sampai ke-3 berwarna biru, kemudian hari ke-4 sampai ke-6 menjadi jernih kebiruan. Hari ke-7 sampai hari ke-9 perubahan warna menjadi jernih dan pada hari ke-10 sampai ke-12 air menjadi jernih sekali yang artinya air tersebut tercemar karena banyaknya mikroorganisme di dalamnya sehingga dapat menguraikan warna biru pada air.
Pada sumber air, yaitu air sungai yang telah diberi larutan methylen blue, mengalami perubahan selama 12 hari pengamatan. Pada hari ke1-3, warna air masih biru dan pada hari ke 4-7 warna air berubah agak jernih kebiruan, kemudian pada hari ke- 8 sampai ke-10 dan pada hari terakhir  warna jernih sekali. Air sungai mengalami perubahan warna dari biru menjadi bening keruh, hal ini disebabkan oleh bahan organik yang ada dalam percobaan tersebut diuraikan oleh mikroba air, sehingga oksigen yang ada dalam air sungai akan habis.
Berdasarkan hasil pegamatan, air sumur merupakan air yang tingkat pencemarannya rendah jika dibandingkan dengan jenis air yang lainnya. Ini disebabkan karena mikroorganisme yang ada di dalam air tersebut tidak sebanyak jika dibandingkan dengan jenis air lainnya. Namun, oksigen yang dibutuhkan tetap banyak dan tingkat kestabilannya rendah, sehingga tingkat BOD dari air sumur tersebut tinggi.
Pada percobaan ini dilakukan penambahan methylen blue pada sumber-sumber air ini yang digunakan sebagai indikator untuk mengetahui kestabilan relatif air dimana akan berwarna biru selama masih ada O2 terlarut dalam air dan akan berubah warnanya apabila O2 terlarut dalam air dan akan berubah warnanya apabila O2 dalam air habis.








BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Kesimpulan yag dapat ditarik dari percobaan ini adalah:
1.       Dari berbagai sumber air, air yang memiliki tingkat pencemaran yang tinggi adalah air selokan sedangkan yang memiliki tingkat pencemaran yang rendah adalah air sumur.
2.       Untuk mengetahui kestabilan relatif air digunakan metylen blue yang berfungsi sebagai indikator dimana akan berwarna biru selama masih ada O2 terlarut dalam air dan akan berubah warnanya apabila O2 terlarut dalam air dan akan berubah warna menjadi jernih apabila O2 dalam air habis.
V.2 Saran
Saran yang dapat saya berikan yaitu, sebaiknya alat-alat yang digunakan dalam proses praktikum dilengkapi lagi agar praktikum berjalan dengan lancar.









DAFTAR PUSTAKA

Izzuddin, F., 2004. Pengetahuan Lingkungan. Kawan Pustaka. Jakarta.
Masqudi, A., 2008. Kualitas Air Sebagai Indikator Pengelolaan DAS. http://blog.its.ac.id. Diakses pada tanggal 24 Maret 2012, hari Sabtu, pukul 17.00 WITA, Makassar.
Ayu, Ririn Dwi., 2011. Ekologi Umum. http//ririn.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 24 Maret 2012, hari Sabtu, pukul 17.10 WITA, Makassar.

Sulistyorini, Ari., 2009. Biologi. Balai Pustaka.  Jaukarta.
Widayati, Sri., 2009. Biologi Jilid I. Pustaka Insan Madani. Jakarta.
Umar, Ruslan., 2012. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin. Makassar.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar