BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada saat ini pemerintah sedang
menggalakkan komoditi non-migas, diantaranya untuk sektor pertanian
pengembangan agribisnis yang dapat meningkatkan perolehan devisa negara. Salah
satu dampak dalam peningkatan ekspor komoditi pertanian adalah kebutuhan bibit
yang semakin meningkat pula. Bibit dari suatu varietas unggul yang dihasilkan
pemulia tanaman jumlahnya sangat terbatas, sedangkan bibit tanaman yang
dibutuhkan jumlahnya sangat banyak.
Penyediaan bibit yang berkualitas
baik merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam
pengembangan pertanian di masa mendatang. Pengadaan bibit pada suatu tanaman
yang akan dieksploitasi secara besar-besaran dalam waktu yang cepat akan sulit
dicapai dengan perbanyakan melalui teknik konvensional. Salah satu teknologi
harapan yang banyak dibicarakan dan telah terbukti memberikan keberhasilan
adalah melalui teknik kultur jaringan. Teknologi tersebut telah banyak
digunakan untuk pengadaan bibit terutama pada berbagai tanaman hortikultura.
Melalui kultur jaringan tanaman
dapat diperbanyak setiap waktu sesuai kebutuhan karena faktor perbanyakannya
yang tinggi. Bibit dari varietas unggul yang mampu bersaing di pasaran
internasional yang jumlahnya sangat sedikit dapat segera dikembangkan melalui
kultur jaringan. Pada tanaman perbanyakan melalui kultur jaringan, bila
berhasil dapat lebih menguntungkan karena sifatnya akan sama dengan induknya,
seragam, dalam waktu yang singkat bibit dapat diproduksi dalam jumlah yang
banyak dan bebas dari penyakit.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dirumuskan masalah
dalam makalah ilmiah ini sebagai berikut:
1. Apakah kultur jaringan itu?
2. Faktor-faktor apa sajakah yang
mempengaruhi regenerasi pada kultur jaringan?
3. Bagaimanakah tahapan-tahapan dalam
teknik kultur jaringan pada tanaman?
4. Apakah manfaat dari kultur jaringan?
C.
Tujuan
Penulisan
Tujuan yang ingin
dicapai dalam penulisan makalah ilmiah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian kultur
jaringan.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi regenerasi pada kultur jaringan.
3. Untuk mengetahui tahapan-tahapan
dalam teknik kultur jaringan pada tanaman.
4. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat
dari metode kultur jaringan.
D.
Manfaat
Penulisan
Penulisan yang dilakukan
ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.
Manfaat Teoritis
Adapun manfaat teoritis dari penulisan makalah
ilmiah ini adalah:
a. Untuk
mengembangkan wawasan ilmu dan mendukung teori-teori yang sudah ada yang
berkaitan dengan bidang kependidikan, terutama masalah proses belajar mengajar
di sekolah dan sumber daya manusia.
b. Menambah khasanah bahan pustaka baik di
tingkat program studi, fakultas maupun universitas.
c. Sebagai dasar untuk mangadakan penelitian
lebih lanjut dengan variabel lebih banyak.
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dari penulisan makalah
ilmiah ini adalah:
a. Dosen sebagai motivator yang dapat mendorong
mahasiswa untuk belajar dengan cara yang seefektif mungkin dan membagi waktu
dengan baik agar dapat belajar dengan sebaik-baiknya sehingga mahasiswa dapat
mencapai prestasi yang lebih baik.
b. Hasil penulisan makalah ilmiah ini dapat
menambah wawasan mahasiswa tentang perlunya motivasi belajar yang menunjang
usaha demi tercapainya tujuan belajar dan cita-cita yang mencapai prestasi
belajar yang tinggi.
c. Untuk melatih dan mengembangkan kemampuan dan
keterampilan yang dimiliki penulis dalam membuat karangan ilmiah.
E.
Metede Penulisan
Pada
penulisan karya ilmiah ini penulis menggunakan teknik-teknik penulisan, yaitu metode
kepustakaan seperti mengambil data dari buku-buku dan internet untuk memperkuat
argumen - argumen yang telah dikumpulkan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kultur Jaringan
Kultur jaringan bila
diartikan ke dalam bahasa Jerman disebut Gewebe kultur, dalam bahasa Inggris
disebut tissue culture dan dalam bahasa Belanda disebut weefsel kweek atau weefsel cultuur. Kultur
jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian
dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ yang serba steril,
ditumbuhkan pada media buatan yang steril, dalam botol kultur yang steril dan
dalam kondisi yang aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak
diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap. Kultur jaringan adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk membuat bagian tanaman (akar, tunas,
jaringan tumbuh tanaman) tumbuh menjadi tanaman utuh (sempurna) dikondisi
invitro (didalam gelas).
Kultur jaringan/Kultur
In Vitro/Tissue Culture adalah suatu teknik untuk mengisolasi, sel,
protoplasma, jaringan, dan organ dan menumbuhkan bagian tersebut pada nutrisi
yang mengandung zat pengatur tumbuh tanaman pada kondisi aseptik, sehingga
bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman
sempurna kembali. Hal ini juga dikemukakan oleh Suryowinoto (1991 : 134)
sebagai berikut.
Kultur jaringan dalam bahasa asing
disebut tissue culture. Kultur adalah budidaya, dan jaringan adalah sekelompok
sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. jadi, kultur jaringan berarti
membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai
sifat seperti induknya. Kultur jaringan atau biakan jaringan merupakan teknik
pemeliharaan jaringan atau bagian dari individu secara buatan (artifisial).
Yang dimaksud secara buatan adalah dilakukan di luar individu yang
bersangkutan. Karena itu teknik ini sering kali disebut kultur in vitro.
Dikatakan in vitro (bahasa Latin, = "di dalam kaca") karena jaringan
dibiakkan di dalam tabung inkubasi atau cawan Petri dari kaca atau material
tembus pandang lainnya.
Jadi, kultur jaringan
merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Yaitu teknik
perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata
tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara
aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang
tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi
menjadi tanaman lengkap. “Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah
perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan
media buatan yang dilakukan di tempat steril”. (Sembiring, 2009 : 235).
Teori yang melandasi
teknik kultur jaringan ini adalah teori Totipotensi. Setiap sel tumbuhan
memiliki kemampuan untuk tumbuh menjadi individu baru bila ditempatkan pada
lingkungan yang sesuai. Individu-individu yang dihasilkan akan mempunyai sifat
yang sama persis dengan induknya.
Teori totipotensi ini
pertama kali dikemukakan oleh seorang ahli Fisiologi Jerman, yaitu G.
Haberlandt pada tahun 1898. Teori itu diuji ulang oleh F.C. Steward pada tahun
1969 dengan menggunakan satu sel empulur wortel. Dalam percobaannya, Steward
dapat menumbuhkan satu sel empulur itu menjadi satu individu wortel. Tumbuhnya
satu sel menjadi tanaman yang utuh karena sel maupun jaringan tersebut ditanam
pada suatu media yang dilengkapi dengan berbagai macam makronutrien maupun
mikronutrien yang dibutuhkan oleh tanaman.
Teori totipotensi yang
menyatakan bahwa setiap sel tanaman dapat berkembang menjadi individu baru,
digunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan kultur jaringan. Dalam kultur
jaringan bagian tanaman yang terdiri atas sel-sel dan jaringan dibuat
sedemikian mungkin untuk ditanam di sebuah media yang steril dan lingkungan
yang terkendali. Seperti teori totipotensi tersebut, bagian tanaman yang
ditanam di media tersebut ternyata dapat bertumbuh dan berkembang menjadi
individu baru bila kondisinya sesuai.
Kultur jaringan (tissue
culture), sampai saat ini digunakan sebagai suatu istilah umum yang meliputi
pertumbuhan kultur secara aseptik dalam wadah yang umumnya tembus cahaya.
Sering kali kultur aseptik disebut juga kultur in vitro yang artinya sebenarnya
adalah kultur di dalam gelas. Dalam pelaksanaannya dijumpai beberapa tipe-tipe
kultur yaitu:
1. Kultur
biji (seed culture), kultur yang bahan tanamnya menggunakan biji atau seedling.
2. Kultur
organ (organ culture), merupakan budidaya yang bahan tanamnya menggunakan
organ, seperti: ujung akar, pucuk aksilar, tangkai daun, helaian daun, bunga,
buah muda, inflorescentia, buku batang, akar dan lain-lain.
3. Kultur
kalus (callus culture), merupakan kultur yang menggunakan jaringan (sekumpulan
sel) biasanya berupa jaringan parenkim sebagai bahan eksplannya.
4. Kultur
suspensi sel (suspension culture) adalah kultur yang menggunakan media cair
dengan pengocokan yang terus menerus menggunakan shaker dan menggunakan sel
atau agregat sel sebagai bahan eksplannya, biasanya eksplan yang digunakan
berupa kalus atau jaringan meristem.
5. Kultur
protoplasma, eksplan yang digunakan adalah sel yang telah dilepas bagian
dinding selnya menggunakan bantuan enzim. Protoplas diletakkan pada media padat
dibiarkan agar membelah diri dan membentuk dinding selnya kembali. Kultur
protoplas biasanya untuk keperluan hibridisasi somatik atau fusi sel soma (fusi
2 protoplas baik intraspesifik maupun interspesifik).
6. Kultur
haploid adalah kultur yang berasal dari bagian reproduktif tanaman, yakni:
kepalasari/ anther (kultur anther/kultur mikrospora), tepungsari/ pollen (kutur
pollen), ovule (kultur ovule), sehingga dapat dihasilkan tanaman haploid.
B.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Regenerasi pada Kultur Jaringan
Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi regenerasi pada kultur jaringan yang
dilakukan pada suatu tanaman, yaitu:
1. Bentuk Regenerasi dalam Kultur In Vitro
Bentuk
regenerasi dalam kultur In Vitro pucuk aksilar, pucuk adventif, embrio somatik,
dan pembentukan protocorm like bodies.
2. Eksplan
Eksplan
adalah bagian tanaman yang dipergunakan sebagai bahan awal untuk perbanyakan
tanaman. Faktor eksplan yang penting adalah genotipe/varietas, umur eksplan,
letak pada cabang, dan seks (jantan/betina). Bagian tanaman yang dapat
digunakan sebagi eksplan adalah pucuk muda, batang muda, daun muda, kotiledon,
hipokotil, endosperm, ovari muda, anther, dan embrio.
3. Media Tumbuh
Di
dalam media tumbuh mengandung komposisi garam anorganik, zat pengatur tumbuh,
dan bentuk fisik media. Terdapat 13 komposisi media dalam kultur jaringan,
antara lain: Murashige dan Skoog (MS), Woody Plant Medium (WPM), Knop,
Knudson-C, dan Anderson. Media yang sering digunakan secara luas adalah MS.
4. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman
Faktor yang perlu diperhatikan dalam penggunaan ZPT
adalah konsentrasi, urutan penggunaan dan periode masa induksi dalam kultur
tertentu. Jenis yang sering digunakan adalah
golongan Auksin seperti Indole Aceti Acid(IAA), Napthalene Acetic Acid (NAA),
2,4-D, CPA dan Indole Acetic Acid (IBA). Golongan Sitokinin seperti Kinetin,
Benziladenin (BA), 2I-P, Zeatin, Thidiazuron, dan PBA. Golongan Gibberelin
seperti GA3. Golongan zat penghambat tumbuh seperti Ancymidol, Paclobutrazol,
TIBA, dan CCC.
5. Lingkungan Tumbuh
Lingkungan
tumbuh yang dapat mempengruhi regenerasi tanaman meliputi temperatur, panjang
penyinaran, intensitas penyinaran, kualitas sinar, dan ukuran wadah kultur.
C.
Tahapan-Tahapan dalam Teknik Kultur
Jaringan pada Tanaman
Pelaksanaan teknik ini
memerlukan berbagai prasyarat pendukung kehidupan jaringan yang dibiakkan. Yang
paling esensial adalah wadah dan media tumbuh yang steril. Media adalah tempat
bagi jaringan untuk tumbuh dan mengambil nutrisi yang mendukung kehidupan
jaringan. Media tumbuh menyediakan berbagai bahan yang diperlukan jaringan
untuk hidup dan memperbanyak dirinya. Ada dua penggolongan media tumbuh: media
padat dan media cair. Media padat pada umumnya berupa padatan gel, seperti
agar. Nutrisi dicampurkan pada agar. Media cair adalah nutrisi yang dilarutkan
di air. Media cair dapat bersifat tenang atau dalam kondisi selalu bergerak,
tergantung kebutuhan.
Pekerjaan kultur
jaringan meliputi: persiapan media, isolasi bahan tanam (eksplan), sterilisasi
eksplan, inokulasi eksplan, aklimatisasi dan usaha pemindahan tanaman hasil
kultur jaringan ke lapang. Pelaksana harus bekerja dengan teliti dan serius,
karena setiap tahapan pekerjaan tersebut memerlukan penanganan tersendiri
dengan dasar pengetahuan tersendiri.
Tahapan yang dilakukan
dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah:
1. Pembuatan
media
Media
merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi
media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak.
Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon.
Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain.
Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenis
maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan.
Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca.
Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan
autoklaf.
2. Inisiasi
Inisiasi
adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bagian
tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas.
3. Sterilisasi
Sterilisasi
adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat
yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat yang juga steril.
Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang
disemprotkan merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi kultur jaringan juga
harus steril.
4. Multiplikasi
Multiplikasi
adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada media.
Ini dilakukan untuk menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya
pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami ekplan diletakkan pada
rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar.
5. Pengakaran
Pengakaran
adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang
menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan
baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan
perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun
jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna
putih atau biru (disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri).
6. Aklimatisasi
Aklimatisasi
adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng.
Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan
sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan
hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap
serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan
lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan
bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif.
Pada
umumnya laboratorium kultur jaringan yang bergerak secara komersial tidak
melakukan penelitian tapi mengadopsi teknologi yang telah dihasilkan Institusi
Penelitian. Disamping itu biakan yang ada dibotol yang telah tanggap terhadap
media tumbuh dapat digunakan sebagai sumber bahan tanam bagi perbanyakan
selanjutnya melalui kultur jaringan.
Dari
penjelasan di atas terbukti bahwa kultur jaringan merupakan teknologi potensial
dalam menunjang agroindustri, antara lain untuk perbanyakan tanaman yang akan
dieksploitasi secara luas. Dengan keseragaman pertumbuhan tanaman yang tinggi
di lapang akan mempermudah kegiatan pengolahan sebagai industri hilir.
Disamping itu, dengan bibit yang dihasilkan dapat bebas penyakit maka dalam era
globalisasi dapat memudahkan pertukaran antar negara.
D.
Manfaat Kultur Jaringan
Kultur
jaringan merupakan cara yang paling baik mendapatkan bibit tanaman yang bebas
virus. Hal ini berdasarkan teori bahwa bagian tanaman tumbuh lebih cepat dari
virus yang menyerang bagian jaringan disekitarnya. Dengan kata lain, sel-sel
disekitar titik tumbuh sama sekali belum terinfeksi oleh virus. Dengan demikian
menggunakan teknik kultur jaringan akan bisa diperoleh tanaman baru yang bebas
virus.
Kultur
jaringan juga mempunyai manfaat yang besar dibidang farmasi, karena dari usaha
ini dapat dihasilkan metabolit skunder upaya untuk pembuatan obat-obatan, yaitu
dengan memisahkan unsur-unsur yang terdapat di dalam kalus ataupun protokormus,
misalnya alkoloid, steroid, dan terponoid. Dengan ditemukannya cara mendapatkan
metabolit skunderdari kalus suatu eksplan yang di tumbuhkan dalam medium kultur
jaringan, maka berarti dapat menghemat waktu dan tenaga. Dengan cara biasa,
untuk mendapatkannya harus menunggu lama sampai tanaman cukup umur bahkan
sampai berproduksi hingga bertahun-tahun.
Manfaat
kultur jaringanpun dapat dirasakan pada berbagai bidang, antara lain:
1. Dalam
bidang Hortikultura
Kultur
jaringan sudah diakui sebagai metode baru dalam perbanyakan tanaman. Tanaman
yang pertama berhasil diperbanyak secara besar-besaran melalui kultur jaringan
adalah tanaman anggrek, menyusul berbagai tanaman hias, sayuran, buah-buahan,
pangan dan tanaman hortikultura lainnya. Selain itu juga saat ini telah
dikembangkan tanaman perkebunan dan tanaman kehutanan melalui teknik kultur
jaringan. Terutama untuk tanaman yang secara ekonomi menguntungkan untuk
diperbanyak melalui kultur jaringan, sudah banyak dilakukan secara industrial.
Namun ada beberapa tanaman yang tidak menguntungkan bila dikembangkan dengan
kultur jaringan, misalnya: kecepatan multiplikasinya terlalu rendah, terlalu
banyak langkah untuk mencapai tanaman sempurna atau terlalu tinggi tingkat
penyimpangan genetik.
2. Dalam
bidang agronomi
Seleksi
tanaman merupakan kegiatan agronomi yang telah ada sejak manusia mulai
membudidayakan tanaman. Pada metode konvensional, seleksi tanaman memerlukan
jumlah tanaman yang banyak sekali pada lahan yang luas, dengan pemeliharaan
yang intensif serta waktu yang lama. Dengan berkembangnya kultur jaringan,
ditemukan hasil yang tidak terduga. Dalam kultur yang membentuk sel-sel bebas,
terjadi variasi somaklonal dalam hal morfologi, produksi, pola pertumbuhan dan
resistensi terhadap penyakit. Dengan media seleksi, beberapa lini-lini sel ini
dapat dibedakan dari sel-sel lini yang biasa dalam beberapa petri-dish.
3. Dalam
bidang pemuliaan tananaman
Teknik
kultur jaringan dapat diterapkan dalam bidang pemuliaan tanaman terutama untuk
mempercepat pencapaian tujuan dan membantu jika cara-cara konvensional menemui
rintangan alamiah.
Keuntungan dari kultur jaringan lebih hemat tempat,
hemat waktu, dan tanaman yang diperbanyak dengan kultur jaringan mempunyai
sifat sama atau seragam dengan induknya. Kegunaan utama dari kultur jaringan
adalah untuk mendapatkan tanaman baru dalam jumlah banyak dalam waktu yang
relatif singkat, yang mempunyai sifat fisiologi dan morfologi sama persis
dengan induknya.
Ditinjau
dari sudut agribisnis, produksi bibit melalui kultur jaringan bibit yang
dihasilkan dapat bebas penyakit dan memberikan beberapa keuntungan seperti
memperlancar masuknya bibit ke negara-negara pengimpor, meningkatkan hasil dan
mencegah penyebaran penyakit ke sentra-sentra produksi baru. Disamping itu
teknik kultur jaringan dapat memberikan jaminan yang lebih tinggi pada saat
permintaan akan bibit meningkat. Perbanyakan tanaman secara klonal yang telah
dicoba diperbanyak melalui kultur jaringan antara lain pada tanaman jahe
(Zingiber officinale), touki (Angelica acutiloba), kapolaga (Eletaria
cardamomum), Mentha sp., Geranium (Pelargonium graveolens dan P. tomentosum),
panili (Vanilla planifolia), abaka (Musa textilis), nilam (Pogostemon cablin),
rami (Boechmeria nivea), lada (Piper nigrum), pyrethrum (Chrysanthemum
cinerarifolium), gerbera (Gerbera jamesonii), seruni (Chrysanthemum
morifolium), pulasari (Alyxia stellata), pule pandak (Rauwolfia serpentina),
temu putri (Curcuma petiolata), purwoceng (Pimpinella pruatjan), inggu (Ruta
angustifolia), daun dewa (Gynura procumbens), beberapa tanaman pisang (Musa
sp.) dan jati (Tectona grandis).
Dasar
lain yang jadi pegangan adalah kenyataannya sel-sel meristematik didaerah
sekitar titik tumbuh punya potensi untuk berkembang menjadi tanaman baru yang
lengkap dengan akar, batang dan daun secara normal. Dalam kultur jaringan,
sepotong kecil bagian ujung tanaman jeruk yang ditumbuhkan dalam media agar
yang diperkaya dengan vitamin-vitamin, hormon tumbuh, supaya dapat berkembang
menjadi tanaman baru. Selanjutnya bibit yang telah jadi bisa ditanam secara
wajar di lapangan. Dan bila bibit tanaman ini dibudidayakan secara normal tetap
akan membawa daya tahan yang diturunkan kepada generasi-generasi berikutnya.
Mula-mula
perbanyakan secara kultur jaringan diprakarsai oleh James F. Shepherd, seorang
mahaguu bidang patologi denegara bagian Kansas, USA. Dengan cara ini aia
berhasil mendapatkan bibit kentang yang resisten terhadap phytophtora
infestans..Perbanyakan tanaman melalui teknik kultur jaringan memeiliki
beberapa keuntungan, yaitu diperolehnya bibit yang seragam dalam jumlah besar.
Teknik ini sangat bermanfaat untuk tanaman-tanaman yang diperbanyak secara
vegatatif. Adapun tanaman yang telah berhasil diperbanyak antara lain tanaman
misalnya, anggrek dan mawar, tanaman obat misalnya, purwoceng dan bidara upas,
tanaman berkayu misalnya, jati dan cendana, serta tanaman buah-buahan misalnya,
pisang dan manggis.
Teknik
kultur jaringan sampai saat ini memang belum biasa dilaksanakan oleh para
petani, baru beberapa kalangan pengusaha swasta saja yang sudah mencoba
melaksanakannya, karena pelaksanaan teknik kultur jaringan tanaman memerlukan
keterampilan khusus dan harus dilatar belakangi dengan ilmu pengetahuan dasar tentang
fisiologi tumbuhan, anatomi tumbuhan, biologi, kimia dan pertanian. Dengan
demikian jelas akan amat sulit untuk diterima oleh kalangan petani biasa. Di
samping itu, pelaksanaan teknik kultur jaringan mutlak memerlukan laboratorium
khusus, walaupun dapat di usahakan secara sederhana (dalam ruang yang
terbatas), namun tetap memerlukan peralatan yang memadai. Kemungkinan lain
petani akan merasa enggan bekerja secara aseptik.
Pekerjaan
kultur jaringan meliputi: persiapan media, isolasi bahan tanam (eksplan),
sterilisasi eksplan, inokulasi eksplan, aklimatisasi dan usaha pemindahan
tanaman hasil kultur jaringan ke lapang. Pelaksana harus bekerja dengan teliti
dan serius, karena setiap tahapan pekerjaan tersebut memerlukan penanganan
tersendiri dengan dasar pengetahuan tersendiri. Karena semua pekerjaan harus
dilaksanakan secara hati-hati dan cermat serta memerlukan kesabaran yang
tinggi. Biaya untuk mewujudkan perbanyakan tanaman secara in vitro ini juga
sangat mahal, kecuali kita meramu medium sendiri. Bila kita terpaksa harus
membeli medium yang sudah jadi (dalam kemasan) jelas akan sangat mahal, sebab
medium yang sudah jadi masih harus di impor dari luar negeri. Apalagi kita
harus membeli saran untuk perlakuan isolasi dan fusi protoplas, tentu biayanya akan
bertambah besar. Enzim-enzim yang digunakan dalam kultur jaringan juga masih
dibeli dari luar negeri seperti Jepang.
Secara
rinci, kekurangan teknik kultur jaringan pada tanaman adalah:
1.
Bibit hasil kultur
jaringan sangat rentan terhadap hama penyakit dan udara luar,
2.
Bagi orang tertentu,
cara kultur jaringan dinilai mahal dan sulit,
3.
Membutuhkan modal
investasi awal yang tinggi untuk bangunan (laboratorium khusus), peralatan dan
perlengkapan,
4.
Diperlukan persiapan
SDM yang handal untuk mengerjakan perbanyakan kultur jaringan agar dapat memperoleh
hasil yg memuaskan,
5.
Produk kultur jaringan
pada akarnya kurang kokoh.
Lepas semua dari
kendala-kendala tersebut diatas, kita harus mengakui bahwa teknik kultur
jaringan sangat bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan, terutama untuk
pengembangan bioteknologi.
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil dari makalah ilmiah yang disusun ini, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.
Kultur jaringan adalah
suatu teknik untuk mengisolasi, sel, protoplasma, jaringan, dan organ dan
menumbuhkan bagian tersebut pada nutrisi yang mengandung zat pengatur tumbuh
tanaman pada kondisi aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat
memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman sempurna kembali.
2.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi regenerasi pada kultur jaringan adalah bentuk regenerasi dalam kultur in vitro, eksplan, media
tumbuh, zat pengatur tumbuh tanaman, dan lingkungan tumbuh.
3.
Tahapan kultur jaringan
meliputi persiapan media, isolasi bahan tanam (eksplan), sterilisasi eksplan,
inokulasi eksplan, aklimatisasi dan usaha pemindahan tanaman hasil kultur
jaringan ke lapangan. Pelaksana harus bekerja dengan teliti dan serius, karena
setiap tahapan pekerjaan tersebut memerlukan penanganan tersendiri dengan dasar
pengetahuan tersendiri.
4.
Manfaat dari teknik
kultur jaringan tanaman ini diharapkan juga memperoleh tanaman baru dalam
jumlah yang banyak dalam waktu yang relative singkat, yang bersifat unggul,
mempunyai sifat yang sama atau seragam dengan induknya. Keuntungan lain dari kultur
jaringan lebih hemat tempat dan waktu.
B.
Saran
Sehubungan dengan kesimpulan karangan
ilmiah di atas, maka diajukan saran-saran kepada:
1. Mahasiswa
diharapkan dapat menerapkan teknik perkembangbiakan dengan kultur jaringan pada
tanaman agar dapat memperoleh manfaat dari teknik tersebut.
2. Siswa, hendaknya menyadari manfaat-manfaat
dari teknik kultur jaringan apabila menerapkannya untuk memperoleh tanaman yang
sama memiliki sifat dengan induknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar