Kamis, 25 Desember 2014

Laporan Percobaan Kelembapan Relatif Udara di Tempat Berbeda

LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM

PERCOBAAN II
KELEMBABAN RELATIF UDARA PADA TEMPAT BERBEDA

NAMA                       : FITRI HANDAYANI
NIM                            : H41111901
KELOMPOK            : IV A
HARI/TANGGAL    : SABTU/17 MARET 2012
ASISTEN                   : GABY MAULIDA NURDIN
                                      AHMAD ASHAR ABBAS

 







LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar  Belakang

                Kelembapan udara adalah kadar uap air yang ada di udara. Dimana kelembapan udara merupakan bagain dari komponen iklim yang memiliki pengaruh terhadap lingkungan. Kelembapan udara disuatu tempat dapat berpengaruh pada semua aktivitas yang kita lakukan (Agusra, 2011).
Kelembaban udara relatif adalah perbandingan antara jumlah uap air yang terkandung dalam udara pada suatu waktu tertentu dengan jumlah uap air maksimal yang dapat ditampung oleh udara tersebut pada tekanan dan temperatur yang sama sedangkan total massa uap air per satuan volume udara disebut sebagai kelembaban absolut (Agusra, 2011).
Irama harian kelembaban sangat bervariasi, terkadang tinggi pada malam hari dan rendah pada siang hari. Irama kelembaban harian ini juga dapat disebabkan karena adanya perbedaan letak tempat horizontal maupun vertikal. Pengaruh kelembaban udara sejalan dengan temperatur dan intensitas sinar matahari mempunyai peranan penting dalam mengatur aktifitas organisme dan dalam membatasi penyebarannya (Umar, 2012).
Untuk mengetahui bagaimana perbedaan kelembaban relatif udara pada tempat/lokasi yang berbeda serta untuk melatih para mahasiswa dalam menggunakan peralatan sederhana dalam mengukur kelembaban relatif udara, maka dilakukanlah percobaan ini.
I.2. Tujuan Percobaan
            Tujuan pada percobaan ini adalah:
1.      Untuk mengetahui perbedaan kelembaban relatif udara pada tempat atau lokasi yang berbeda dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2.      Untuk melatih keterampilan mahasiswa dala membaca dan mengoperasikan peralatan sederhana dalam mengukur kelembaban udara relatif.
I.3. Waktu dan Tempat Percobaan
            Percobaan mengenai Kelembaban Relatif Udara pada tempat yang berbeda dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 17 Maret 2012, pukul 09.00- 14.00 WITA, yang bertempat di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar. Pengambilan sampel dilakukan pada hari Sabtu tanggal 17 Maret 2012, pukul 10.30 bertempat di dalam Laboratorium Botani, Pelataran MIPA, dan di Canopy Biologi, Makassar.









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kelembaban udara adalah tingkat kebasahan udara karena dalam udara air selalu terkandung dalam bentuk uap air. Kandungan uap air dalam udara hangat lebih banyak daripada kandungan uap air dalam udara dingin. Kalau udara banyak mengandung uap air didinginkan maka suhunya turun dan udara tidak dapat menahan lagi uap air sebanyak itu. Uap air berubah menjadi titik-titik air. Udara yan mengandung uap air sebanyak yang dapat dikandungnya disebut udara jenuh (Kusnadi, 2010).
Kelembapan Relatif / Nisbi yaitu perbandingan jumlah uap air di udara dengan yang terkandung di udara pada suhu yang sama. Kelembaban nisbi membandingkan antara kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau apda kapasitas udara untuk menampung uap air. Misalnya pada suhu 270C, udara tiap-tiap 1 m3 maksimal dapat memuat 25 gram uap air pada suhu yang sama ada 20 gram uap air,maka lembab udara pada waktu itu sama (Agusra, 2011).
Kelembaban nisbi pada suatu tempat tergantung pada suhu yang menentukan kapasitas udara untuk menampung uap air serta kandungan uap air aktual di tempat tersebut. Kandungan uap air yang aktual ini ditentukan oleh ketersediaan air tempat tersebut serta energi untuk menguapkannya. Jika daerah tersebut basah dan panas seperti daerah-daerah di kalimantan, maka penguap akan tinggi yang berakibat pada kelembaban mutlak serta kelembaban nisbi yang tinngi. Sedangkan daerah pegunungan di Indonesia umumnya mempunyai kelembaban nisbi yang tinggi karena suhunya rendah sehingga kapasitas udara untuk menampung uap air relatif kecil (Handoko, 1986).
Kelembaban nisbi merupakan perbandingan antara kelembaban aktual dengan kapasitas udara untuk menampung uap air. Bila kelembaban aktual dinyatakan dengan tekanan uap aktual, maka kapasitas udara untuk menampung uap air tersebut merupakan tekanan uap jenuh. Sehingga kelembaban nisbi (RH) dapat ditulis dengan persen ( Sutrisno, 1986 ).
Kelembaban udara dalam ruang tertutup dapat diatur sesuai dengan keinginan. Pengaturan kelembaban udara ini didasarkan atas prinsip kesetaraan potensi air antara udara dengan bahan padat tertentu. Jika suatu ruang tertutup dimasukkan larutan, maka air dari larutan larutan air tersebut akan menguap sampai terjadi keseimbangan antara potensi air dengan potensi air larutan. Potensi air udara ber hubungan dengan kelembaban relatif udara tersebut (Lakitan, 2002)
Kelembaban relatif akan diukur dengan menghembus udara pada dua buah termometer, salah satu diantaranya dibungkus dengan kain basah (bola basah) dan lainnya kering (bola kering). Pendekatan gravimetric merupakan pengukuran langsung oleh sebab itu merupakan yang paling akurat. Untuk kelembaban udara dijadikan patokan untuk kalibrasi instrument-instrument pengukuran kelembaban air lainnya. Estimasi kasar (tapi praktis) untuk kelembaban relative berdasarkan data kerapatan uap air dan suhu udara dapat dilkukan dengan menggunakan penyajian hubunga antra suhu udra, kerapatan uap air, suhu bola basah, dan kelembaban (Syehan, 1990).
Kelembaban adalah faktor ekologis yang penting mempengaruhi aktifitas organisme dan membatasi penyebarannya dengan keragaman harian, serta keragaman tegak dan mendatar. Kandungan uap air itu sendiri atau bersama-sama dengan suhu merupakan faktor yang sangat penting yang mempengaruhi ekologi mahluk-mahluk hidup daratan. Untuk mahluk-mahluk hidup darat, kandungan uap air harus dianggap sebagai kelembaban dalam astmosfir, air tanah untuk tanaman dan air minum untuk hewan-hewan. Banyak hewan-hewan darat seperti moluska, amfibia, isopoda, nematoda, sejumlah serangga dan antropoda lainnya di temukan hanya pada habitat-habitat atmosfernya jenuh dengan uap air (Michael, 1994).
            Temperatur dan kelembaban umumnya penting dalam lingkungan daratan dan demikian eratnya berhubungan sehingga diakui sebagai bagian yang paling penting dari iklim. Interaksi antara temperature dengan kelembaban, seperti pada kasus interaksi kebanyakan faktor, tergantung pada nilai nisbi dan juga nilai mutlak setiap faktor. Sehingga temperatur memberikan efek membatasinya lebih hebat lagi terhadap organisme apabila keadaan kelembaban adalah ekstrim, yakni apakah keadaan tadi sangat tinggi atau sangat rendah, daripada keadaan itu adalah sedang-sedang saja. Demikian juga, kelembaban memainkan peranan yang lebih gawat dalam keadaan temperature ekstrim. Dengan kata lain, hal ini adalah aspek laindari asas mengenai faktor interaksi (Odum, 1994).
            Organisme dapat hidup di lingkungan fisik serta dapat mengadakan adaptasi dan mengubah keadaan lingkungan fisik untuk mengurangi efek hambatan terhadap pengaruh temperature, cahaya, air, kelembaban, tekanan udara, dan sebagainya. Keadaan kompensasi demikian yang terutama efektif untuk tingkat komunitas meskipun juga terjadi pada tingkat spesis (Soegiarto, 1990).
            Di alam organisme tidak hanya beradaptasi terhadap lingkungan fisik dalam arti tolenrasi saja, akan tetapi juga memamfaatkan periodesitas alami untuk mengatur kegiatan dan memprogram kehidupannya. Misalnya di daratan iklim sedang, kegiatan organisme disesuaikan dengan panjang hari (Soegiarto, 1990).
            Pada ekosistem, faktor-faktor tidak bekerja sendiri-sendiri akan tetapi bekerja bersama-sama. Temperatur dan kelembaban sangat berpengaruh pada lingkungan darat. Efek pembatas dari temperature bertambah hebat apabila kelembaban dalam keadaan ekstrim, yaitu tinggi maupun rendah interaksi antara temperature dan kelembaban seperti interaksi pada faktor lain yaitu tergantung kepada nilai nisbi dan nilai mutlak dari setiap factor (Soegiarto, 1990).
Tinggi rendahnya kelembaban udara di suatu tempat sangat bergantung pada beberapa faktor yaitu (Umar, 2012):
a.         Suhu
b.        Tekanan udara
c.         Pergerakan angin
d.        Kuantitas dan kualitas penyinaran
e.         Vegetasi
f.         Ketersediaan air di suatu tempat (air, tanah, perairan).
Irama harian kelembaban sangat bervariasi, terkadang tinggi pada malam hari dan rendah pada siang hari dan sebaliknya. Irama harian kelembaban ini juga dapat disebabkan karena perbedaan letak tempat baik secara horizontal maupun vertikal. Pengaruh kelembaban udara sejalan dengan temperatur dan intensitas   udara serta sinar matahari yang mempunyai peranan pemting dalam mengatur aktifitas organisme dan dalam membatasi penyebarannya (Umar, 2012).
Faktor suhu / temperatur dan kelembaban seperti pada kasus interaksi kebanyakan faktor, tergantung pada nilai nisbi dan juga nilai mutlak setiap faktor. Jadi, suhu atau temperatur memberikan efek membatasinya lebih hebat lagi terhadap organisme apabila keadaan kelembaban adalah ekstrim yakni, apakah keadaan tadi sangat tinggi atau sangat rendah, daripada apabila keadaan demikian itu adalah sedang saja (Odum, 1994).
Kelembaban udara dalam ruangan tertutup dapat diatur sesuai dengan keingunan. Pengaturan kelembaban udara ini didasarkankan atas prinsip kesetaraan potensi air antara udara dengan larutan atau dengan bahan padat tertentu. Jika ke dalam suatu ruangan tertutup dimasukkan larutan, maka air dalam larutan tersebut akan menguap sampai terjadi keseimbangan antara potensi air pada udara dengan potensi larutan. Demikian pula halnya jika hidrat Kristal garam-garam tertentu dimasukkan dalam ruang tertutup, maka air dari hidrat Kristal garam akan menguap sampai terjadi keseimbangan potensi air (Lakitan, 1994).
Kelembaban nisbi biasanya diukur dengan menggunakan termometer basah dan kering, baik secara manual maupun dengan alat Sling Psychrometer dan Hygrograf. Apabila pembacaan pada kedua termometer basah dan kering sama, maka kelembaban nisbinya adalah 100%, tetapi apabila pembacaan termometer basah di bawah termometer kering, maka kelembaban nisbinya kurang dari 100%. Nilai sebenarnya dapat dilihat pada tabel, tetapi kalau menggunakan Sling Psychrometer dan hygrometer dapat langsung dibaca pada skala ukurannya (Umar, 2012).




















BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1. Alat
            Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah dua buah thermometer air raksa/alcohol, sling psychrometer, karet gelang, dan hand sprayer.
III.2. Bahan
            Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah kapas dan air.
III.3. Cara Kerja
            Cara kerja pada percobaan ini adalah:
A.    Pengukuran kelembaban udara dengan cara manual
1.      Dua buah termometer skala 1 sampai 100 disiapkan, yang mana salah satu termometer tersebut pada bagian ujung pangkal dibagian mengandung air raksa atau alcohol, kemudian dibalut dengan kapas secukupnya dan diikat dengan karet gelang.
2.      Kapas yang telah diikat tersebut dibasahi secukupnya dengan menyemprotkannya dengan hand sprayer.
3.      Kedua termometer yaitu termometer basah dan termometer kering digantung pada tempat yang dipilih sambil dikipas-kipas selama kurang lebih 3 menit.
4.      Pengamatan dilakukan pada selang waktu kurang lebih 3 menit sebanyak 3 kali pada setiap tempat dipilih yaitu di dalam ruangan, di bawah pohon, dan di tempat terbuka.
5.      Nilai dari hasi pembacaan pada kedua termometer (basah dan kering) dicatat dalam bentuk tabel.
B.     Pengukuran kelembaban udara dengan sling psychrometer
1.      Alat sling psychrometer disiapkan, kemudian termometer kering dan basah ditarik dari kotak skala pada alat tersebut
2.      Pada salah satu ujung termometer terdapat sumbu yang menghubungkan antara kotak atau tempat pembasahan dengan ujug termometer basah. Apabila sumbu tidak tersambung atau terbalut dengan salah satu ujung termometer, sumbu tersebut disambungkan pada ujung termometer basah.
3.      Sumbu tersebut dibasahi dengan air secukupnya, kemudian kotaknya ditutup.
4.      Kemudian, termometer basah dan kering diayunkan dengan cara memutar-mutarnya di udara seperti baling-baling.
5.      Pengamatan atau pembacaan dilakukan setiap 3 menit pengayunan pada termometer basah dan kering sebanyak 3 kali pengamatan dengan interval waktu pengamatan selama kurang lebih 3 menit, kemudian hasil pembacaannya dicatat pada lembar kerja.
6.      Kemudian, hasil pengamatan tersebut dibuatkan tabel hasil pembacaan pada setiap lokasi yang berbeda.
7.      Untuk pembacaan kelembaban relatif udara dapat dilakukan dengan mendempetkan hasil pembacaan termometer basah dan kering pada skala yang terdapat pada sling psychrometer tersebut.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil
IV.1.1. Tabel Pengamatan
Tempat
Termometer Biasa
Sling Psychrometer
Basah
(°C)
Kering
(°C)
KR
(%)
Basah
(°C)
Kering
(°C)
KR
(%)
Dalam
Ruangan
(Lab. Botani)
24
41
20
27
29
83
25
41
28
27
29
83
25
41
28
28
30
87
Rata-Rata
24,67
41
25,33
27,33
29,33
84,33
Di bawah pohon
(CANOPY)
29
30
94
29
30
94
29
30
94
28
32
78
29
31
91
27
31
75
Rata-Rata
29
30,33
93
28
31
82,33
Pelataran MIPA
29
35
68
30,5
36
84
29,5
35
65
29
35
70
31
36
69
28
34
69
Rata-Rata
29,83
35,33
67,33
29,16
35
74,33



IV.2. Pembahasan
            Pada percobaan Kelembaban Relatif Udara di Tempat Berbeda, dilakukan pengkuran kelembaban udara yang dilakukan pada tiga tempat berbeda yaitu dalam ruangan (Laboratorium Botani), di tempat terbuka (pelataran MIPA), dan di bawah pohon (Canopy). Pengukuran dilakukan dengan dua cara yaitu, manual dengan menggunakan termometer dan menggunakan langsung alat pengukur kelembaban udara yaitu, sling psychrometer. Setiap alat erdiri atas thermometer basa dan kering. Pengukuran menggunakan kedua alat ini untuk membandingkan apakah hasil pengukuran kelembaban relatif udara pada tempat yang berbeda sama atau berbeda. Termometer digunakan dengan cara dikipas-kipas dan sling psychrometer dengan cara diputar-putar seperti baling-baling.
            Pada setiap tempat memiliki suhu yang berbeda-beda, suhu dalam ruangan (Laboratorium Botani) yaitu sekitar 30,5°C. Suhu di bawah pohon sekitar 29,5°C, dan pada ruangan terbuka yaitu sekitar 32,2°C. Dapat dilihat, bahwa suhu diruangan terbuka lebih tinggi daripada didalam ruangan dan di bawah pohon.
            Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil kelembaban relative udara yang berbeda-beda pada setiap tempat. Kelembaban relatif udara yang diperoleh pada percobaan di dalam ruangan yaitu di dalam Laboratorium Botani sangat tinggi yaitu 27,33% pada termometer dan 84,33% pada sling psychrometer. Hal ini dimungkinkan karena dalam ruangan tersebut tertutup sehingga terjadi sedikit penguapan, tidak ada pergerakan angin dan dalam ruangan juga terdapat kipas angin, kondisi dalam ruangan relatif tetap sehingga dalam udara terkandung banyak uap air.
Di Bawah Pohon (Canopy), kelembaban relatif udara yang diperoleh pada percobaan di bawah pohon pada pembacaan termometer 91% dan sling psychrometer 75%. Kelembaban pada daerah ini cukup tinggi dikarenakan banyaknya vegetasi pada areal tersebut, kondisi tanah yang becek dan mengandung banyak air, serta penyinaran matahari yang terhalangi oleh pohon.
Di Tempat Terbuka (pelataran MIPA), kelembaban relatif udara yang diperoleh pada percobaan di lapangan terbuka pada termometer 67,33% dan sling psychrometer 74,33%. Nilai yang diperoleh pada pembacaan termometer sangat tinggi baik pada thermometer dry and wet maupun pada sling psychrometer. Ini terjadi disebabkan oleh faktor penyinaran matahari dan cuaca saat pengukuran. Saat pengukuran dilakukan waktu sudah menunjukkan pukul 11.30.
Berdasarkan analisis data, terlihat bahwa kondisi udara pada beberapa titik saat itu lembab atau cukup lembab. Ini terbukti dengan nilai kelembaban udara pada saat itu yang cukup tinggi sekitar 80 % keatas. Suhu ditempat berbeda-beda ini pun memiliki kelembaban yang berebeda-beda, hal ini diakarenakan perbedaan kelembaban udara di suatu tempat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan udara, pergerakan angin, kualitas dan kuantitas penyinaran, vegetasi, dan ketersediaan air pada suatu tempat (air tanah, perairan). Dapat pula dilihat pada tabel terjadi sedikit kesalahan dimana suhu dalam ruangan lebih tinggi dibandingkan suhu diluar ruangan, hal ini dapat disebabkan terjadi kesalahan pada saat pengukuran secara manual yaitu menggunakan thermometer basah dan thermometer kering.

BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
            Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebai berikut:
1.     Kelembaban relative udara di berbagai tempat berbeda-beda, kelembaban realtif udara yang paling tinggi adalah yang di bawah pohon (Canopy)  kemudian kelembaban relative udara di dalam ruangan (Laboratorium Botani) dan yang paling rendah adalah kelembaban udara di ruang terbuka (Pelataran MIPA). Hal ini disebabkan oleh beberapa factor, yaitu kualitas penyinaran matahari, vegetasi, pergerakan angin, suhu, dan ketersediaan air.
2.       Alat yang digunakan dalam percobaan adalah termometer yang digunakan dengan cara digantung sambil dikipas-kipas dan sling psychrometer dengan cara diputar-putar diudara.

V.2 Saran
 Setelah melakukan percobaan ini, saya menyarankan sebaiknya pihak laboratorium mengganti alat-alat laboratorium yang telah rusak seperti neraca OHAUS dan menambah alat-alat yang akan digunakan agar pelaksanaan praktikum lebih efektif dan efisien.



DAFTAR PUSTAKA

Agusra, 2011. Kelembaban. http//www.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 17 Maret 2012, hari Sabtu, pukul 22.00 WITA, Makassar.

Handoko. 1986. Pengamatan Unsur – Unsur Cuaca di Stasiun Klimatologi  Pertanian. Jurusan Geofisika dan Meteorologi  FMIPA-IPB : Bogor.

Kusnadi, Rahmat., 2010. Kelembaban Udara. http//www.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 17 Maret 2012, hari Sabtu, pukul 22.10 WITA, Makassar.

Lakitan, B., 1994. Dasar Klimatologi. PT Ragagrafindo Persada. Jakarta.
Michael, 1994. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang Dan Laboratorium.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Odum, Eugene., 1994. Dasar-Dasar Ekologi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Soegiarto, 1990. Pengantar Ekologi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
Sutrisno. 1986. Fisika Dasar. ITB. Bandung.
Syehan, Ersin., 1990. Dasar-dasar Hidrologi. Gajah Mada Universitas Press. Yogyakarta.

Umar, Ruslan., 2012. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar