LAPORAN
PRAKTIKUM
EKOLOGI
UMUM
PERCOBAAN
II
KELEMBABAN
RELATIF UDARA PADA TEMPAT BERBEDA
NAMA : FITRI HANDAYANI
NIM : H41111901
KELOMPOK : IV A
HARI/TANGGAL : SABTU/17 MARET 2012
ASISTEN : GABY MAULIDA NURDIN
AHMAD ASHAR ABBAS
LABORATORIUM
ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Kelembapan
udara adalah kadar uap air yang ada di udara. Dimana kelembapan udara merupakan
bagain dari komponen iklim yang memiliki pengaruh terhadap lingkungan.
Kelembapan udara disuatu tempat dapat berpengaruh pada semua aktivitas yang
kita lakukan (Agusra, 2011).
Kelembaban udara relatif
adalah perbandingan antara jumlah uap air yang terkandung dalam udara pada
suatu waktu tertentu dengan jumlah uap air maksimal yang dapat ditampung oleh
udara tersebut pada tekanan dan temperatur yang sama sedangkan total massa uap
air per satuan volume udara disebut sebagai kelembaban absolut (Agusra, 2011).
Irama harian kelembaban sangat bervariasi, terkadang tinggi
pada malam hari dan rendah pada siang hari. Irama kelembaban harian ini juga
dapat disebabkan karena adanya perbedaan letak tempat horizontal maupun
vertikal. Pengaruh kelembaban udara sejalan dengan temperatur dan intensitas sinar
matahari mempunyai peranan penting dalam mengatur aktifitas organisme dan dalam
membatasi penyebarannya (Umar, 2012).
Untuk mengetahui bagaimana perbedaan kelembaban relatif
udara pada tempat/lokasi yang berbeda serta untuk melatih para mahasiswa dalam menggunakan
peralatan sederhana dalam mengukur kelembaban relatif udara, maka dilakukanlah
percobaan ini.
I.2. Tujuan
Percobaan
Tujuan
pada percobaan ini adalah:
1. Untuk
mengetahui perbedaan kelembaban relatif udara pada tempat atau lokasi yang
berbeda dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2. Untuk
melatih keterampilan mahasiswa dala membaca dan mengoperasikan peralatan
sederhana dalam mengukur kelembaban udara relatif.
I.3.
Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan mengenai Kelembaban
Relatif Udara pada tempat yang berbeda dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 17
Maret 2012, pukul 09.00- 14.00 WITA, yang bertempat di Laboratorium Botani,
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Hasanuddin, Makassar. Pengambilan sampel dilakukan pada hari Sabtu tanggal 17
Maret 2012, pukul 10.30 bertempat di dalam Laboratorium Botani, Pelataran MIPA,
dan di Canopy Biologi, Makassar.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Kelembaban udara adalah tingkat
kebasahan udara karena dalam udara air selalu terkandung dalam bentuk uap air.
Kandungan uap air dalam udara hangat lebih banyak daripada kandungan uap air
dalam udara dingin. Kalau udara banyak mengandung uap air didinginkan maka
suhunya turun dan udara tidak dapat menahan lagi uap air sebanyak itu. Uap air
berubah menjadi titik-titik air. Udara yan mengandung uap air sebanyak yang
dapat dikandungnya disebut udara jenuh
(Kusnadi, 2010).
Kelembapan Relatif / Nisbi yaitu perbandingan jumlah uap air
di udara dengan yang terkandung di udara pada suhu yang sama. Kelembaban nisbi membandingkan
antara kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau apda
kapasitas udara untuk menampung uap air. Misalnya pada suhu 270C,
udara tiap-tiap 1 m3 maksimal dapat memuat 25 gram uap air pada suhu
yang sama ada 20 gram uap air,maka lembab udara pada waktu itu sama (Agusra,
2011).
Kelembaban nisbi pada suatu tempat tergantung pada suhu yang
menentukan kapasitas udara untuk menampung uap air serta kandungan uap air
aktual di tempat tersebut. Kandungan uap air yang aktual ini ditentukan oleh
ketersediaan air tempat tersebut serta energi untuk menguapkannya. Jika daerah
tersebut basah dan panas seperti daerah-daerah di kalimantan, maka penguap akan
tinggi yang berakibat pada kelembaban mutlak serta kelembaban nisbi yang
tinngi. Sedangkan daerah pegunungan di Indonesia umumnya mempunyai kelembaban
nisbi yang tinggi karena suhunya rendah sehingga kapasitas udara untuk
menampung uap air relatif kecil (Handoko, 1986).
Kelembaban nisbi merupakan perbandingan antara kelembaban
aktual dengan kapasitas udara untuk menampung uap air. Bila kelembaban aktual
dinyatakan dengan tekanan uap aktual, maka kapasitas udara untuk menampung uap
air tersebut merupakan tekanan uap jenuh. Sehingga kelembaban nisbi (RH) dapat
ditulis dengan persen ( Sutrisno, 1986 ).
Kelembaban udara dalam ruang tertutup dapat diatur sesuai
dengan keinginan. Pengaturan kelembaban udara ini didasarkan atas prinsip
kesetaraan potensi air antara udara dengan bahan padat tertentu. Jika suatu
ruang tertutup dimasukkan larutan, maka air dari larutan larutan air tersebut
akan menguap sampai terjadi keseimbangan antara potensi air dengan potensi air
larutan. Potensi air udara ber hubungan dengan kelembaban relatif udara
tersebut (Lakitan, 2002)
Kelembaban relatif akan diukur dengan menghembus udara pada
dua buah termometer, salah satu diantaranya dibungkus dengan kain basah (bola
basah) dan lainnya kering (bola kering). Pendekatan gravimetric merupakan
pengukuran langsung oleh sebab itu merupakan yang paling akurat. Untuk
kelembaban udara dijadikan patokan untuk kalibrasi instrument-instrument pengukuran
kelembaban air lainnya. Estimasi kasar (tapi praktis) untuk kelembaban relative
berdasarkan data kerapatan uap air dan suhu udara dapat dilkukan dengan
menggunakan penyajian hubunga antra suhu udra, kerapatan uap air, suhu bola
basah, dan kelembaban (Syehan, 1990).
Kelembaban adalah faktor ekologis yang penting mempengaruhi
aktifitas organisme dan membatasi penyebarannya dengan keragaman harian, serta
keragaman tegak dan mendatar. Kandungan uap air itu sendiri atau bersama-sama
dengan suhu merupakan faktor yang sangat penting yang mempengaruhi ekologi
mahluk-mahluk hidup daratan. Untuk mahluk-mahluk hidup darat, kandungan uap air
harus dianggap sebagai kelembaban dalam astmosfir, air tanah untuk tanaman dan
air minum untuk hewan-hewan. Banyak hewan-hewan darat seperti moluska, amfibia,
isopoda, nematoda, sejumlah serangga dan antropoda lainnya di temukan hanya
pada habitat-habitat atmosfernya jenuh dengan uap air (Michael, 1994).
Temperatur dan kelembaban umumnya
penting dalam lingkungan daratan dan demikian eratnya berhubungan sehingga
diakui sebagai bagian yang paling penting dari iklim. Interaksi antara
temperature dengan kelembaban, seperti pada kasus interaksi kebanyakan faktor,
tergantung pada nilai nisbi dan juga nilai mutlak setiap faktor. Sehingga
temperatur memberikan efek membatasinya lebih hebat lagi terhadap organisme
apabila keadaan kelembaban adalah ekstrim, yakni apakah keadaan tadi sangat
tinggi atau sangat rendah, daripada keadaan itu adalah sedang-sedang saja.
Demikian juga, kelembaban memainkan peranan yang lebih gawat dalam keadaan
temperature ekstrim. Dengan kata lain, hal ini adalah aspek laindari asas
mengenai faktor interaksi (Odum, 1994).
Organisme dapat hidup di lingkungan
fisik serta dapat mengadakan adaptasi dan mengubah keadaan lingkungan fisik
untuk mengurangi efek hambatan terhadap pengaruh temperature, cahaya, air, kelembaban,
tekanan udara, dan sebagainya. Keadaan kompensasi demikian yang terutama
efektif untuk tingkat komunitas meskipun juga terjadi pada tingkat spesis
(Soegiarto, 1990).
Di alam organisme tidak hanya
beradaptasi terhadap lingkungan fisik dalam arti tolenrasi saja, akan tetapi
juga memamfaatkan periodesitas alami untuk mengatur kegiatan dan memprogram
kehidupannya. Misalnya di daratan iklim sedang, kegiatan organisme disesuaikan
dengan panjang hari (Soegiarto, 1990).
Pada ekosistem, faktor-faktor tidak
bekerja sendiri-sendiri akan tetapi bekerja bersama-sama. Temperatur dan
kelembaban sangat berpengaruh pada lingkungan darat. Efek pembatas dari
temperature bertambah hebat apabila kelembaban dalam keadaan ekstrim, yaitu
tinggi maupun rendah interaksi antara temperature dan kelembaban seperti
interaksi pada faktor lain yaitu tergantung kepada nilai nisbi dan nilai mutlak
dari setiap factor (Soegiarto, 1990).
Tinggi rendahnya kelembaban udara di suatu tempat sangat
bergantung pada beberapa faktor yaitu (Umar, 2012):
a.
Suhu
b.
Tekanan
udara
c.
Pergerakan
angin
d.
Kuantitas
dan kualitas penyinaran
e.
Vegetasi
f.
Ketersediaan
air di suatu tempat (air, tanah, perairan).
Irama harian kelembaban sangat
bervariasi, terkadang tinggi pada malam hari dan rendah pada siang hari dan
sebaliknya. Irama harian kelembaban ini juga dapat disebabkan karena perbedaan
letak tempat baik secara horizontal maupun vertikal. Pengaruh kelembaban udara
sejalan dengan temperatur dan intensitas
udara serta sinar matahari yang mempunyai peranan pemting dalam mengatur
aktifitas organisme dan dalam membatasi penyebarannya (Umar, 2012).
Faktor suhu / temperatur dan kelembaban seperti pada kasus
interaksi kebanyakan faktor, tergantung pada nilai nisbi dan juga nilai mutlak
setiap faktor. Jadi, suhu atau temperatur memberikan efek membatasinya lebih
hebat lagi terhadap organisme apabila keadaan kelembaban adalah ekstrim yakni,
apakah keadaan tadi sangat tinggi atau sangat rendah, daripada apabila keadaan
demikian itu adalah sedang saja (Odum, 1994).
Kelembaban udara dalam ruangan tertutup dapat diatur sesuai
dengan keingunan. Pengaturan kelembaban udara ini didasarkankan atas prinsip
kesetaraan potensi air antara udara dengan larutan atau dengan bahan padat
tertentu. Jika ke dalam suatu ruangan tertutup dimasukkan larutan, maka air dalam
larutan tersebut akan menguap sampai terjadi keseimbangan antara potensi air
pada udara dengan potensi larutan. Demikian pula halnya jika hidrat Kristal
garam-garam tertentu dimasukkan dalam ruang tertutup, maka air dari hidrat
Kristal garam akan menguap sampai terjadi keseimbangan potensi air (Lakitan, 1994).
Kelembaban nisbi
biasanya diukur dengan menggunakan termometer basah dan kering, baik secara
manual maupun dengan alat Sling Psychrometer dan Hygrograf. Apabila pembacaan
pada kedua termometer basah dan kering sama, maka kelembaban nisbinya adalah
100%, tetapi apabila pembacaan termometer basah di bawah termometer kering,
maka kelembaban nisbinya kurang dari 100%. Nilai sebenarnya dapat dilihat pada
tabel, tetapi kalau menggunakan Sling Psychrometer dan hygrometer dapat
langsung dibaca pada skala ukurannya (Umar, 2012).
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
III.1.
Alat
Alat-alat yang digunakan pada
percobaan ini adalah dua buah thermometer air raksa/alcohol, sling
psychrometer, karet gelang, dan hand sprayer.
III.2.
Bahan
Bahan-bahan
yang digunakan pada percobaan ini adalah kapas dan air.
III.3. Cara Kerja
Cara
kerja pada percobaan ini adalah:
A. Pengukuran
kelembaban udara dengan cara manual
1. Dua
buah termometer skala 1 sampai 100 disiapkan, yang mana salah satu termometer tersebut
pada bagian ujung pangkal dibagian mengandung air raksa atau alcohol, kemudian
dibalut dengan kapas secukupnya dan diikat dengan karet gelang.
2. Kapas
yang telah diikat tersebut dibasahi secukupnya dengan menyemprotkannya dengan
hand sprayer.
3. Kedua
termometer yaitu termometer basah dan termometer kering digantung pada tempat
yang dipilih sambil dikipas-kipas selama kurang lebih 3 menit.
4. Pengamatan
dilakukan pada selang waktu kurang lebih 3 menit sebanyak 3 kali pada setiap
tempat dipilih yaitu di dalam ruangan, di bawah pohon, dan di tempat terbuka.
5. Nilai
dari hasi pembacaan pada kedua termometer (basah dan kering) dicatat dalam
bentuk tabel.
B. Pengukuran
kelembaban udara dengan sling psychrometer
1. Alat
sling psychrometer disiapkan, kemudian termometer kering dan basah ditarik dari
kotak skala pada alat tersebut
2. Pada
salah satu ujung termometer terdapat sumbu yang menghubungkan antara kotak atau
tempat pembasahan dengan ujug termometer basah. Apabila sumbu tidak tersambung
atau terbalut dengan salah satu ujung termometer, sumbu tersebut disambungkan
pada ujung termometer basah.
3. Sumbu
tersebut dibasahi dengan air secukupnya, kemudian kotaknya ditutup.
4. Kemudian,
termometer basah dan kering diayunkan dengan cara memutar-mutarnya di udara
seperti baling-baling.
5. Pengamatan
atau pembacaan dilakukan setiap 3 menit pengayunan pada termometer basah dan
kering sebanyak 3 kali pengamatan dengan interval waktu pengamatan selama
kurang lebih 3 menit, kemudian hasil pembacaannya dicatat pada lembar kerja.
6. Kemudian,
hasil pengamatan tersebut dibuatkan tabel hasil pembacaan pada setiap lokasi
yang berbeda.
7. Untuk
pembacaan kelembaban relatif udara dapat dilakukan dengan mendempetkan hasil
pembacaan termometer basah dan kering pada skala yang terdapat pada sling
psychrometer tersebut.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil
IV.1.1. Tabel
Pengamatan
Tempat
|
Termometer Biasa
|
Sling Psychrometer
|
||||
Basah
(°C)
|
Kering
(°C)
|
KR
(%)
|
Basah
(°C)
|
Kering
(°C)
|
KR
(%)
|
|
Dalam
Ruangan
(Lab. Botani)
|
24
|
41
|
20
|
27
|
29
|
83
|
25
|
41
|
28
|
27
|
29
|
83
|
|
25
|
41
|
28
|
28
|
30
|
87
|
|
Rata-Rata
|
24,67
|
41
|
25,33
|
27,33
|
29,33
|
84,33
|
Di bawah pohon
(CANOPY)
|
29
|
30
|
94
|
29
|
30
|
94
|
29
|
30
|
94
|
28
|
32
|
78
|
|
29
|
31
|
91
|
27
|
31
|
75
|
|
Rata-Rata
|
29
|
30,33
|
93
|
28
|
31
|
82,33
|
Pelataran MIPA
|
29
|
35
|
68
|
30,5
|
36
|
84
|
29,5
|
35
|
65
|
29
|
35
|
70
|
|
31
|
36
|
69
|
28
|
34
|
69
|
|
Rata-Rata
|
29,83
|
35,33
|
67,33
|
29,16
|
35
|
74,33
|
IV.2. Pembahasan
Pada
percobaan Kelembaban Relatif Udara di Tempat Berbeda, dilakukan pengkuran kelembaban
udara yang dilakukan pada tiga tempat berbeda yaitu dalam ruangan (Laboratorium
Botani), di tempat terbuka (pelataran MIPA), dan di bawah pohon (Canopy).
Pengukuran dilakukan dengan dua cara yaitu, manual dengan menggunakan termometer
dan menggunakan langsung alat pengukur kelembaban udara yaitu, sling
psychrometer. Setiap alat erdiri atas thermometer basa dan kering. Pengukuran
menggunakan kedua alat ini untuk membandingkan apakah hasil pengukuran
kelembaban relatif udara pada tempat yang berbeda sama atau berbeda. Termometer
digunakan dengan cara dikipas-kipas dan sling psychrometer dengan cara
diputar-putar seperti baling-baling.
Pada
setiap tempat memiliki suhu yang berbeda-beda, suhu dalam ruangan (Laboratorium
Botani) yaitu sekitar 30,5°C. Suhu di bawah pohon sekitar 29,5°C, dan pada
ruangan terbuka yaitu sekitar 32,2°C. Dapat dilihat, bahwa suhu diruangan
terbuka lebih tinggi daripada didalam ruangan dan di bawah pohon.
Dari
percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil kelembaban relative udara yang berbeda-beda
pada setiap tempat. Kelembaban
relatif udara yang diperoleh pada percobaan di dalam ruangan yaitu di dalam
Laboratorium Botani sangat tinggi yaitu 27,33% pada termometer dan 84,33% pada
sling psychrometer. Hal ini dimungkinkan karena dalam ruangan tersebut tertutup
sehingga terjadi sedikit penguapan, tidak ada pergerakan angin dan dalam
ruangan juga terdapat kipas angin, kondisi dalam ruangan relatif tetap sehingga
dalam udara terkandung banyak uap air.
Di
Bawah Pohon (Canopy), kelembaban relatif udara yang diperoleh pada percobaan di
bawah pohon pada pembacaan termometer 91% dan sling psychrometer 75%.
Kelembaban pada daerah ini cukup tinggi dikarenakan banyaknya vegetasi pada
areal tersebut, kondisi tanah yang becek dan mengandung banyak air, serta
penyinaran matahari yang terhalangi oleh pohon.
Di
Tempat Terbuka (pelataran MIPA), kelembaban relatif udara yang diperoleh pada
percobaan di lapangan terbuka pada termometer 67,33% dan sling psychrometer
74,33%. Nilai yang diperoleh pada pembacaan termometer sangat tinggi baik pada
thermometer dry and wet maupun pada sling psychrometer. Ini terjadi disebabkan
oleh faktor penyinaran matahari dan cuaca saat pengukuran. Saat pengukuran
dilakukan waktu sudah menunjukkan pukul 11.30.
Berdasarkan analisis data, terlihat
bahwa kondisi udara pada beberapa titik saat itu lembab atau cukup lembab. Ini
terbukti dengan nilai kelembaban udara pada saat itu yang cukup tinggi sekitar
80 % keatas. Suhu ditempat berbeda-beda ini pun memiliki kelembaban yang
berebeda-beda, hal ini diakarenakan perbedaan kelembaban udara di suatu tempat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan udara, pergerakan angin,
kualitas dan kuantitas penyinaran, vegetasi, dan ketersediaan air pada suatu
tempat (air tanah, perairan). Dapat pula dilihat pada tabel terjadi sedikit
kesalahan dimana suhu dalam ruangan lebih tinggi dibandingkan suhu diluar
ruangan, hal ini dapat disebabkan terjadi kesalahan pada saat pengukuran secara
manual yaitu menggunakan thermometer basah dan thermometer kering.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebai berikut:
1. Kelembaban relative udara di
berbagai tempat berbeda-beda, kelembaban realtif udara yang paling tinggi
adalah yang di bawah pohon (Canopy) kemudian kelembaban relative udara di dalam
ruangan (Laboratorium Botani) dan yang paling rendah adalah kelembaban udara di
ruang terbuka (Pelataran MIPA). Hal ini disebabkan oleh beberapa factor, yaitu kualitas
penyinaran matahari, vegetasi, pergerakan angin, suhu, dan ketersediaan air.
2. Alat yang digunakan dalam percobaan
adalah termometer yang digunakan dengan cara digantung sambil dikipas-kipas dan
sling psychrometer dengan cara diputar-putar diudara.
V.2 Saran
Setelah melakukan percobaan ini, saya
menyarankan sebaiknya pihak laboratorium mengganti alat-alat laboratorium yang
telah rusak seperti neraca OHAUS dan menambah alat-alat yang akan digunakan
agar pelaksanaan praktikum lebih efektif dan efisien.
DAFTAR
PUSTAKA
Agusra, 2011. Kelembaban. http//www.blogspot.com/. Diakses
pada tanggal 17 Maret 2012, hari Sabtu, pukul 22.00 WITA, Makassar.
Handoko. 1986. Pengamatan Unsur –
Unsur Cuaca di Stasiun Klimatologi Pertanian. Jurusan Geofisika dan
Meteorologi FMIPA-IPB : Bogor.
Kusnadi,
Rahmat., 2010. Kelembaban Udara. http//www.blogspot.com/. Diakses
pada tanggal 17 Maret 2012, hari Sabtu, pukul 22.10 WITA, Makassar.
Lakitan,
B., 1994. Dasar Klimatologi. PT
Ragagrafindo Persada. Jakarta.
Michael,
1994. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan
Ladang Dan Laboratorium.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Odum, Eugene., 1994. Dasar-Dasar Ekologi. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Soegiarto,
1990. Pengantar Ekologi. PT Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Sutrisno.
1986. Fisika Dasar. ITB. Bandung.
Syehan, Ersin., 1990. Dasar-dasar Hidrologi. Gajah Mada
Universitas Press. Yogyakarta.
Umar,
Ruslan., 2012. Penuntun Praktikum Ekologi
Umum. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar