LAPORAN PRAKTIK
LAPANG
OSEANOLOGI
PENDAHULUAN
KARAKTERISTIK PANTAI LOSARI

OLEH
KELOMPOK V
ARAFAH NUR FADILLAH
FITRA IMAM PRATAMA
SULAEMAN
FITRI HANDAYANI
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pantai Losari adalah salah satu ikon parawisata sekaligus simbol
dari kota makassar, ditempat menjadi sumber mata pencaharian dari banyak kalangan,
dari yang mencari keuntungan dari berdagang hingga para musisi jalanan menjadi
ciri khas dari pusat keramaian tersebut. Tempat ini juga sering dijadikan
sebagain tempat berlangsungnya event-event berskala nasional maupun mancanegara
oleh karena itu suasana yang indah dan bersih harus selalu terjaga ditempat
ini.

Gambar 1. Keindahan Pantai Losari
Kecantikan Pantai Losari , bibir pantai yang memanjang dari selatan
di sekitar Pelelangan Ikan, hingga di Tumbak Kayu Bangkoa, sepanjang
Jl.Penghibur, meskipun pengerjaan revitalisasinya belum rampung secara
keseluruhan ; namun kecantikannya sudah sangat nampak ; baik bila dipandang
dari daratan, maupun bila dilihat dari arah laut.
Bila kelak Pantai Losari sudah selesai direvitalisasi seratus
persen, maka dapat dipastikan Pantai Losari yang cantik itu akan menjadi pesona
Kota Makassar sepanjang zaman. Di masa yang akan datang, dapat diyakini pantai
terindah di Sulawesi ini akan membuat para wisatawan mancanegara tergila-gila
untuk mengunjunginya.
Data yang diperoleh dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Makassar menunjukkan, bahwa Pantai Losari pada sepanjang tahun 2006 sampai
akhir tahun 2011 yang lalu, telah dikunjungi oleh wisatawan domestik sebanyak
10.668.719 orang. Sedang wisatawan mancanegara yang telah berkunjung ke Pantai
Losari, tercatat sebanyak 145.157 orang. Dan tentu saja ke depan, Pantai Losari
akan lebih banyak dikunjungi wisatawan, baik wisatawan domestik maupun
wisatawan mancanegara.
Pantai Losari di masa lalu, punya sejarah yang tak bisa terlupakan
oleh warga Kota Makassar dan sekitarnya, bahkan akan selalu dikenang oleh
wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara yang ketika itu datang berkunjung
ke Pantai Losari.
Oleh karena itu, untuk
mengetahui aspek-aspek geologi, fisika, kimia, dan biologi penyusun Pantai Losari maka dilakukanlah pengamatan ini.
B.
Tujuan Pengamatan
Tujuan
dilakukannya percobaan ini adalah :
1.
Untuk mengetahui
morfologi pantai/ pulau, mengenai jenis sedimen penyusun pantai/dasar perairan,
topografi serta kondisi fisik lain.
2.
Untuk mengetahui
aspek fisik air laut seperti tipe pasang surut, tinggi gelombang, kecepatan
arus serta aspek fisik lain.
3.
Untuk mengetahui
aspek kimia air laut seperti salinitas.
4.
Untuk mengamati
biota yang terdapat di perairan tersebut.
C. Waktu dan Tempat Pengamatan
Pengamatan ini dilakukan pada
hari Sabtu, tanggal 9 Juni 2012, pukul 07:00-10:00 WITA, bertempat di Anjungan
Pantai Losari, Makassar, Sulawesi Selatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Faktor yang mempengaruhi suhu
permukaan laut adalah letak ketinggian dari permukaan laut (Altituted),
intensitas cahaya matahari yang diterima, musim, cuaca, kedalaman air,
sirkulasi udara, dan penutupan awan (Hutabarat dan Evans, 1986). Suhu pada
daerah tropis relatif stabil karena cahaya matahari lebih banyak mengenai
daerah ekuator daripada daerah kutub. Hal ini dikarenakan cahaya matahari yang
merambat melalui atmosfer banyak kehilangan panas sebelum cahaya tersebut
mencapai kutub. Suhu di lautan kemungkinan berkisar antara -1.87°C (titik beku
air laut) di daerah kutub sampai maksimum sekitar 42°C di daerah perairan
dangkal.
A.
Suhu
Suhu menurun secara teratur sesuai dengan kedalaman. Semakin
dalam suhu akan semakin rendah atau dingin. Hal ini diakibatkan karena
kurangnya intensitas matahari yang masuk kedalam perairan. Pada kedalaman
melebihi 1000 meter suhu air relatif konstan dan berkisar antara 2°C – 4°C.
Suhu mengalami perubahan secara perlahan-lahan dari daerah pantai menuju laut
lepas. Umumnya suhu di pantai lebih tinggi dari daerah laut karena daratan
lebih mudah menyerap panas matahari sedangkan laut tidak mudah mengubah suhu bila
suhu lingkungan tidak berubah. Di daerah lepas pantai suhunya rendah dan
stabil.
B.
Salinitas
Salinitas adalah tingkat keasinan
atau kadar garam terlarut dalam air. Kandungan garam pada sebagian besar
danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini
dikategorikan sebagai “air tawar”. Kandungan garam sebenarnya pada air ini,
secara definisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan
sebagai “air payau” atau menjadi saline bila konsentrasinya 3
sampai 5%. Lebih dari 5%, ia disebut “brine“.
Sainitas air laut juga mempengaruhi berbagai aspek
diantaranya untuk penentuan sedimen dan kandungan mineral dan sebagai indikator
arah dan kecepatan arus.
C.
Densitas
Densitas merupakan salah satu
parameter terpenting dalam mempelajari dinamika laut. Perbedaan densitas yang
kecil secara horisontal (misalnya akibat perbedaan pemanasan di permukaan)
dapat menghasilkan arus laut yang sangat kuat. Begitu pula sebaliknya.
Densitas bertambah dengan bertambahnya salinitas dan berkurangnya
temperatur, kecuali pada temperatur di bawah densitas maksimum. Densitas air
laut terletak pada kisaran 1025 kg m-3 sedangkan
pada air tawar 1000 kg m-3. Densitas
rata-rata air laut adalah σt = 25.
peningkatan densitas air laut juga mempengaruhi stabilitas massa air dan
sirkulasinya.
D.
Cahaya
Pada dasarnya, air tidak memiliki
warna. Air hanya menyerap cahaya yang kemudian me”refleksi”kannya. Ada dua
proses optik utama pada air laut, dan zat terlarut atau tersuspensi dalam air
laut, saat berinteraksi dengan cahaya yang masuk dari Matahari. Dua proses ini
adalah penyerapan (absorption) dan hamburan (scattering).
Di atmosfer, alasan utama bahwa
langit berwarna biru adalah disebabkan oleh hamburan cahaya. Di laut, cara
utama air berinteraksi adalah dengan penyerapan cahaya, air menyerap cahaya
merah, dan pada tingkat lebih rendah, air juga menyerap cahaya kuning dan
hijau, menyebabkan warnanya bisa berubah ubah tergantung kedalaman dan
tempatnya. “Warna biru merupakan warna yang paling tidak diserap oleh
air, sehingga air nampak berwarna biru”. Singkatnya, semakin dalam kedalaman
laut, semakin ia berwarna kebiruan. Berikut adalah diagram yang menunjukkan
kedalaman cahaya yang akan menembus di air laut beserta warna yang
mengandungnya.
BAB
III
CARA
KERJA
A.
Pengamatan Aspek Geologi
Cara Kerja pada pengamatan di
lapangan yang dilakukan di Pantai Losari mengenai aspek geologi adalah sebagai
berikut:
1.
Mengamati benuk
morfologi pantai, kemudian membuat catatan mengenai tipe sedimen penyusun
pantai/dasar perairan, topografi serta kondisi fisik lain yang teramati.
B.
Pengamatan Aspek Fisika
Cara Kerja pada pengamatan di lapangan yang dilakukan di
Pantai Losari mengenai aspek fisika adalah sebagai berikut:
1.
Mengamati aspek
fisik air laut seperti tipe pasang surut, tinggi gelombang, kecepatan arus
(bila memungkinkan) serta aspek fisik lain pada daerah Pantai Losari.
C.
Pengamatan Aspek Kimia
Cara Kerja pada pengamatan di lapangan yang dilakukan di
Pantai Losari mengenai aspek kimia adalah sebagai berikut:
1.
Mengamati aspek
kimia seperti mengamati salinitas, dan mengukur salinitas air laut tersebut.
D.
Pengamatan Aspek Biologi
Cara Kerja pada pengamatan di lapangan yang dilakukan di
Pantai Losari mengenai aspek biologi adalah sebagai berikut:
1.
Mengamati aspek
biologi, seperti biota-biota yang terdapat di daerah perairan sekitar baik pada
pesisir pantai ataupun lingkungan laut. Kemudian mengidentifikasi organisme
yang ditemukan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Pengamatan Aspek Geologi
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, dari aspek
geologi wilayah pantai Losari dipengaruhi
oleh hidrodinamika pantai/laut yang terdiri dari beberapa unsur, seperti angin,
ombak/gelombang, arus bawah laut, arus pasang surut, pasang surut, abrasi,
akrasi, dan sedimentasi.
Sehubungan dengan hal tersebut, dapat diketahui tipe sedimentasi di sekitar pantai
Losari relatif tidak stabil, karena pergerakan sedimen di perairan Losari bergerak
dari Utara ke Selatan atau
dari Selatan ke Utara. Hal ini disebabkan karena adanya pergerakan arus
pasang-surut yang didominasi dari arah Utara ke Selatan dan sebaliknya dari
Selatan ke Utara. Sumber sedimen yang terdapat di Pantai Losari berasal dari
Sungai Jeneberang, pecahan karang, dan saluran pembuangan yang berasal dari
gedung-gedung di sekitar Pantai Losari.
B.
Pengamatan Aspek Fisika
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa tipe pasang
surut di Pantai Losari bersifat campuran dimana dalam sehari semalam akan
terjadi satu kali pasang dan satu kali surut.
Gelombang laut relatif tenang kurang dari 1 meter, namun
terdapat juga arus-arus kuat. Tinggi gelombang pada kawasan ini mencapai 50 cm
pada pagi hingga siang hari, hal ini diperkirakan ditimbulkan oleh angin yang
berhembus.
Arus di suatu perairan terutama disebabkan oleh angin dan
pasang surut. Besarnya kontribusi masing-masing factor terhadap kekuatan dan
arah arus yang ditimbulkannya tergantung pada tipe perairan (pantai atau laut
lepas) dan keadaan geografisnya. Ditinjau dari kondisi geografisnya, arus di
perairan dipengaruhi oleh pasang surut dan angin. Akan tetapi dekat pantai dan
muara sungai arus pasang surut mendominasi.
C.
Pengamatan Aspek Kimia
1.
pH (keasaman) air laut
pH menunjukkan kadar asam
atau basa dalam suatu larutan melalui aktifitasion hidrogen. Nilai pH pada
perairan laut cenderung bersifat basa yaitu berkisar antara 7 sampai 9.
Sedangkan pH air limbah buangan rumah tangga dan industri bersifat asam karena
mengandung asam-asam organik dan asam-asam mineral, sehingga dapat menyebabkan
nilai pH menjadi rendah.
Pada pengamatan aspek
kimia yaitu pH ini, digunakan alat pengukur pH yaitu pH meter. Berdasarkan
hasil pengukuran diperoleh pH air laut adalah 9,6 (basa), dan untuk melakukan
perbandingan dengan air mineral maka diukur pula pH air mineral yaitu sebesar 8,4 (basa).


Gambar 2: pH meter Gambar 3: Pengukuran pH
Dari data tersebut,
diketahui bahwa pH air laut Pantai Losari masih dalam keadaan stabil yaitu
belum terlalu mengalami pencemaran dari air limbah industri dan rumah tangga
yang ada disekitarnya sehingga air laut ini masih dalam keadaan yang mendukung
kehidupan biota laut.
2.
Salinitas (kadar garam)
air laut
Salinitas
adalah kadar garam terlarut dalam air. Satuan salinitas adalah per mil (‰),
yaitu jumlah berat total (gr) material padat seperti NaCl yang terkandung dalam
1000 gram air laut. Salinitas
menentukan sifat structural dan fungsional organisme.
Pada pengamatan kali ini, tidak sempat dilakukan
pengamatan mengenai kadar garam (salinitas) air laut Pantai Losari. Hal ini
disebabkan karena keterbatasan alat yang digunakan untuk mengukur salinitas air
laut seperti salinometer san KIT. Oleh karena itu, digunakan informasi dari beberapa
sumber referensi mengenai salinitas air laut Pantai Losari. Berdasarkan referensi
diperoleh salinitas air laut Pantai Losari yaitu sebesar 25-29 ppt. Dengan
kadar salinitas tersebut, dapat mendukung kehidupan organisme, mengontrol
pertumbuhan, reproduksi, dan distribusi organisme. Besar
kecilnya salinitas yang terjadi sangat menentukan sifat organisme akuatik yang
ada terutama plankton yang mempunyai sifat peka terhadap perubahan.
Salinitas
suatu perairan dipengaruhi oleh adanya aliran air laut, curah hujan, evaporasi
dan pasang surut. Pasang
surut sebagai salah satu kekuatan angin yang dapat mempengaruhi salinitas, maka
tempat yang pasang surutnya besar, pasang naik akan mendorong air laut lebih
dulu ke hulu estuaria sebagai akibatnya pada daerah yang salinitasnya
berubah-ubah sesuai dengan keadaan pasang surutnya.
3.
Oksigen Terlarut
(Dissolve Oxygen, DO)
Oksigen terlarut adalah banyaknya oksigen yang dikandung di dalam air laut.
Konsentrasi oksigen dalam air laut bisa dijadikan sebagai tanda tingkat
pengotoran limbah yang ada. Semakin besar konsentrasi oksigen maka semakin
kecil tingkat pengotoran.
Pada pengamatan kali ini, tidak pula dilakukan pengukuran oksigen terlarut
(DO) akibat keterbatasan alat yang disediakan. Berdasarkan sumber referensi,
hasil pengukuran terhadap kandungan oksigen terlarut pada perairan Pantai
Losari diperoleh nilai berkisar antara 3,6-5,1 mg/L dengan rata-rata 4,7 mg/L.
Hal ini menunjukkan kandungan oksigen terlarut yang masih berada pada nilai
yang diharapkan baku mutu air laut.
Nilai rata-rata DO memberikan gambaran bahwa perairan pantai Losari secara
umum belum memperlihatkan terjadinya pencemaran bahan organik yang mudah
terurai.
D.
Pengamatan Aspek Biologi
Berdasarkan hasil
pengamatan yang dilakukan, diperoleh beberapa kelompok organisme laut penting
yang hidup di sekitar Pantai Losari, misalnya organisme bergerak bebas di air
laut (nekton), organisme menempel (neuston), dan organisme yang hidup melayang
dalam air (plankton).
Jenis nekton yang
ditemukan adalah nekton pisces seperti ikan kerapu, dan berbagai ikan-ikan
kecil yang bergerak bebas di permukaan air laut.


Gambar
4: Ikan Kerapu Gambar
5: Kepiting Bakau
Klasifikasi Ikan Kerapu Klasifikasi Kepiting
Bakau
Kingdom:
Animalia Kingdom:
Animalia
Ordo:
Percomorphi Filum:
Atrhropoda
Famili
: Serranidae Kelas:
Crustaceae
Genus
: Ephinephelus Ordo:
Decapoda
Spesies
: Epinephelus fuscoguttatus Famili:
Portunidae
Genus:
Scylla
Spesies:
Scylla sp.
Selain itu, terdapat pula
organisme nekton lainnya seperti kepiting. Organisme ini menjadi objek
tangkapan selain ikan oleh para nelayan yang berada di pulau-pulau kecil
sekitar Pantai Losari.
Di sekitar Pantai Losari
ini terdapat Keramba Jaring Angkut (KJA) yang berisi ikan-ikan seperti ikan
kerapu. Ikan ini bisa hidup pada perairan pantai Losari karena mampu
beradaptasi dengan lingkungan pantai ini (merupakan organisme toleran).
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengamatan yang dilakukan di Pantai Losari, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1.
Dari aspek geologi, jenis sedimentasi di Pantai Losari
relatif tidak stabil karena pergerakan sedimen
di perairan Losari bergerak dari Utara ke Selatan atau dari Selatan ke Utara, dengan
sumber sedimen dari Sungai Jeneberang,
pecahan karang, dan saluran pembuangan yang berasal dari gedung-gedung di
sekitar Pantai Losari.
2.
Dari
aspek fisika, tipe pasang surut di perairan Pantai Losari adalah bersifat
campuran yaitu dalam sehari semalam akan terjadi satu kali pasang dan satu kali
surut dengan tinggi gelombang pada kawasan ini mencapai 50 cm pada pagi hingga
siang hari, hal ini diperkirakan ditimbulkan oleh angin yang berhembus.
3.
Dari
aspek kimia, berdasarkan hasil pengukuran diperoleh pH air laut Pantai
Losari adalah 9,6 (basa) sehingga masih dalam keadaan stabil yaitu belum
terlalu mengalami pencemaran dari air limbah industri dan rumah tangga yang ada
disekitarnya sehingga air laut ini masih dalam keadaan yang mendukung kehidupan
biota laut.
4.
Dari
aspek biologi, terdapat beberapa biota laut yang hidup disekitar pantai Losari
misalnya dari kelompok nekton (ikan kerapu dan ikan-ikan kecil), kepitig, dan
organisme dari kelompok neuston yang sangat berperan dalam ekosistem di
perairan Pantai Losari.
B.
Saran
Saran yang dapat diberikan oleh kelompok V untuk kemajuan
kedepannya yaitu seperti penyediaan alat-alat yang lebih memfasilitasi
berlangsungnya kuliah lapangan yang lebih efektif dan efisien, serta pemilihan
tempat untuk kuliah lapangan agar lebih baik lagi kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. Penuntun Praktikum
Oseanografi Kimia. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Bengen, D.G. 2001. Ekosistem dan Sumber
Daya Alam Pesisir dan Laut. Pusat Kajian Sumber Daya Alam Pesisir dan Lautan.
IPB.Bogor.
Effendie, 2003. Telaah Kualitas Air.
Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta.
Huet, H.B.N. 1970. Water Quality
Criteria for Fish Life Bioiogical Problem In Water Pollution. PHS. Publ. No.
999-WP-25. 160-167PP. Diambil dari http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1308133141.pdf
Pada 5 April 2011
Nybakken, J. W.1992. Biologi Laut
sebagai Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia. Jakarta.
Odum, E.P. 1971. Fundamentals of
Ecology. Third edition. W.B. Saunders Company Philadelphia. Toronto Florida.
Romimohtarto dan Sri Juwana. 2001.
Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut. Djambatan. Jakarta.
Wardoyo, S.T.H. 1978. Kriteria Kualitas
Air Untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan. Dalam:Prosiding Seminar Pengendalian
Pencemaran Air. (eds Dirjen Pengendalian Dep. PU.), Hal 293-300. Diambil dari http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1308133141.pdf
Pada 5 April 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar