BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar
Belakang
Tidak mungkin bagi kita untuk
menghitung setiap individu yang terdapat di alam suatu populasi ataupun di
dalam suatu komunitas. Dalam mempelajari populasi ataupun komunitas, biasanya
dilakukan dengan cara mengambil sampel (contoh) atau sebagian kecil individu
dari populasi atau komunitas tersebut, barulah dapat ditarik suatu kesimpulan
tentang populasi atau tentang komunitas yang sedang dipelajari. Dalam penarikan
contoh (sampling) harus menggunakan metode sampling yang tepat, sebab bila
tidak hasil yang akan diperoleh akan bias (Heddy, 1986).
Metode Capture-Recapture
(tangkap-tandai-lepas-tangkap kembali-lepas) merupakan metode yang sudah
populer digunakan untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang
bergerak cepat seperti ikan, burung, atau mamalia kecil. Metode
Capture-Recapture yang biasa digunakan adalah metode Lincoln-Peterson. Individu
yang ditangkap diberi tanda kemudian dilepaskan kembali dalam periode waktu
yang pendek (1 hari). Setelah jangka waktu tertentu dilakukan penangkapan yang
kedua yang kemudian diidentifikasi (Umar, 2012).
Metode Capture-Recapture seringkali sulit digunakan untuk menduga ukuran
populasi alami. Hal ini disebabkan karena asumsi-asumsi dalam metode
Capture-Recapture sulit dilaksanakan di lapangan. Untuk itu dilakukan metode
Removal Sampling yang tidak melepaskan kembali hewan yang telah
disampling. Contoh metode Removal Sampling adalah Metode Zippin yang dilakukan
dengan cara penangkapan pertama tidak dilepaskan kembali, kemudian dalam jangka
waktu tertentu dilakukan kembali penangkapan kedua dan juga hewan tidak
dilepaskan kembali. Sehingga dengan menggunakan persamaan Zippin dapat diduga
populasi hewan dalam suatu areal (Umar, 2012).
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1.
Untuk menduga atau mengetahui populasi
dari suatu areal dengan menggunakan metode Lincoln-Peterson dan metode Zippin.
2.
Untuk melatih keterampilan mahasiswa
dalam menerapkan teknik-teknik sampling organisme dan rumus-rumus sederhana
dalam dalam analisis populasi.
I.3 Waktu dan Tempat
Percobaan Metode Sampling Biotik untuk menduga Populasi Hewan bergerak di dilakukan
pada hari Sabtu, tanggal 7 April 2012 pukul 10.00-14.30 WITA bertempat di
Laboratrorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar, dan pengambilan sampel
dilakukan selama 2 hari yaitu hari Jum’at tanggal 6 April 2012 dan Sabtu 7
April 2012 pukul 06.00 WITA bertempat di dekat lapangan sepak bola Universitas
Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Capture Mark Release Recapture (CMMR) yaitu
menandai, melepaskan dan menangkap kembali sampel sebagai metode pengamatan
populasi. Merupakan metode yang umumnya dipakai untuk menghitung perkiraan
besarnya populasi. Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Hal yang pertama dilakukan adalah dengan menentukan tempat yang akan dilakukan
estimasi, lalu menghitung dan mengidentifikasinya, dan hasil dapat dibuat dalam
sistem daftar. Suatu populasi dapat pula ditafsirkan sebagai suatu kolompok
makhuk yang sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang
khusus. Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan.
Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan cara penghitungan menyeluruh yaitu
cara yang paling langsung untuk mengerti berapakah makhluk yang di pertanyakan
di sutau daerah adalah menghitung makhluk tersebut semuanya dan metode cuplikan
yaitu dengan menghitung proporsi kecil populasi pada rumus Paterson. Untuk
metode sampling biotik hewan bergerak biasanya digunakan metode
capture-recapture. Merupakan metode yang sederhna untuk menduga ukuran populasi
dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat seperti ikan, burung dan mamalia
kecil. Metode CMMR ini dilakukan dengan mengambil dan melepaskan sejumlah
kancing yang dianggap sebagai besarnya populasi yang ada menggunakan kancing
hitam dan putih yang danggap sebagai populasi yang tersebar di alam (Resosoedarmo,
1990).
Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok
hewan dapat dinyatakan dalam dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau
persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan
pupolasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk
membandingkan suatu komunitas dengan komnitas lainnya parameter ini tidak begitu
tepat. Untuk itu biasa digunakan kepadatan relatif. Kepadatan relatif dapat
dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua
jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relatif biasanya dinyatakan
dalam bentuk persentase (Soegianto, 1994).
Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok
makhluk yang sama jenis (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar
informasi genetik) yang mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai
karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik
sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu (Soegianto,
1994).
Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu,
biasanya mengikuti dua pola. Beberapa populasi mempertahankan ukuran poulasi mempertahankan
ukuran populasi, yang relatif konstan sedangkan pupolasi lain berfluktasi cukup
besar. Perbedaan lingkungan yang pokok adalah suatu eksperimen yang dirangsang
untuk meningkatkan populasi grouse itu. Penyelidikan tentang dinamika populasi,
pada hakikatnya dengan keseimbangan antara kelahiran dan kematian dalam
populasi dalam upaya untuk memahami pada tersebut di alam (Heddy, 1986).
Tingkat pertumbuhan populasi yaitu sebagai hasil
akhir dari kelahiran dan kematian, juga mempengaruhi struktur umur dan populasi
Suatu populasi dapat juga ditafsirkan sabagai suatu kelompok yang sama. Suatu
populasi dapat pula ditafsirkan sebagai suatu kolompok makhuk yang sama
spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Populasi
dapat dibagi menjadi deme, atau populasi setempat, kelompok-kelompok yang dapat
saling membuahi, satuan kolektif terkecil populasi hewan atau tumbuhan.
Populasi memiliki beberapa karakteristik berupa pengukuran statistik yang tidak
dapat diterapkan pada individu anggota populasi. Karakteristik dasar populasi
adalah besar populasi atau kerapatan (Tarumingkeng, 1994).
Bila jumlah unsur populasi itu terlalu banyak, padahal kita
ingin menghemat biaya dan waktu, kita harus puas dengan sampel. Karakteristik
sampel disebut statistik. Kita sebetulnya tidak tertarik pada statistik.
Kita ingin menduga secara cermat parameter dart statistik. Metode pendugaan
inilah yang dikenal sebagai teori sampling. Ini berarti sampel harus
mencerminkan semua unsur dalam populasi secara proporsional. Sampel seperti itu
dikatakan sampel tak bias (unibased sample) atau sampel yang
representatif. Sebaliknya sampel bias adalah sampel yang tidak memberikan
kesempatan yang sama pada semua unsur populasi untuk dipilih. Memang, sampel
mungkin menunjukkan karakteristik yang menyimpang dari karakteristik populasi.
Penyimpangan dari karakteristik populasi disebut galat sampling (sampling
error). Jadi, galat sampling adalah perbedaan antara hasil yang diperoleh
dari sampel dengan hasil yang didapat dari sensus (Soegianto, 1994).
Sampel tak bias adalah sampel yang ditarik berdasarkan
probabilitas (probability sampling). Dalam sampel probabilitas,
setiap unsur populasi mempunyai nilai kemungkinan tertentu untuk dipilih.
Karena sampel ini mengasumsikan kerandoman (randomness), maka sampel
probabilitas lazim juga disebut sebagai sampel random. Bila kita mengambil
sampel tertentu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, kita memperoleh
sampel pertimbangan (judgemental sampling), disebut juga sample non-probabilitas.
Untuk kedua jenis sampling ini, ada beberapa alternatif teknik penelitian
sampel. Teknik penarikan sampel sering disebut rencana sampling atau rancangan
sampling (sampling design) (Heddy, 1986).
Model Peterson menangkap sejumlah individu dari sujumlah
populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap itu diberi tanda
kemudian dilepaskan kembali dalam beberapa waktu yang singkat. Setelah itu
dilakukan pengambilan ( Penangkapan Ke 2 terhadap sejulah individu dari
populasi yang sama. Dari penangkapan kedua inilah diidentifikasi indifidu yang
bertanda yang berasal dari penangkapan pertama dan individu yang tidak bertanda
dari hasil penangkapan ke dua. Metode schanebel ini dapat digunakan untuk
mengurangi ke tidak validan dalam metode Patersen. Metode ini membutuhkan
asumsi yang sama dengan metode Peterson yang ditambahkan dengan asumsi bahwa
ukuran populasi harus konstan dari suatu periode sampling dengan periode
berikutnya. Pada metode ini penangkapan penandaan dan pelepasan hewan dilakukan
lebih dari 2 kali. Untuk setiap periode sampling semua hewan yang belum
bertanda diberi tanda dan dilepaskan kembali (Tarumingkeng, 1994).
Ada beberapa satuan pengukuran yang
digunakan dalam menerangkan suatu populasi ataupun komunitas seperti frekuensi,
kepadatan, luas penutupan, dan biomassa. Kepadatan merupakan jumlah individu per unit area atau unit volume.
Dalam suatu tempat tidak semuanya merupakan tempat yang layak bagi suatu
spesies hewan. Mungkin dari tempat itu hanya sebagian saja yang merupakan
habitat yang layak bagi hewan tersebut. Elemen/unsur adalah setiap satuan
populasi. Kalau dalam populasi terdapat 30 laporan keuangan, maka setiap
laporan keuangan tersebut adalah unsur atau elemen penelitian. Artinya dalam
populasi tersebut terdapat 30 elemen penelitian. Jika populasinya adalah pabrik
sepatu, dan jumlah pabrik sepatu 500, maka dalam populasi tersebut terdapat 500
elemen penelitian. Kepadatan mutlak atau kepadatan ekologi merupakan kepadatan
yang mendiami bagian tertentu (Soegianto, 1994).
Dalam sampling fauna, menentukan kepadatan mutlak itu
seringkali tidak mungkin dilakukan. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan
membuat indeks kepadatan yang umum digunakan untuk keperluan perbandingan. Indeks
itu hanya dinyatakan sebagai jumlah individu per unit habitat atau jumlah
inidividu per unit usaha, bukan lagi jumlah individu per unit luas (Soegianto, 1994).
Dalam sampling tumbuhan, permasalahan yang sering kita hadapi adalah dalam menentukan
suatu individu tanaman. Tumbuhan yang terbentuk pohon atau herba. Untuk tanaman
yang hidup di dalam kelompok atau bereproduksi secara vegetatif dengan akar di
dalam tanah, cara yang umum digunakan adalah menganggap individu-inidividu
tersebut terputus-putus. Sedangkan untuk tanaman yang tumbuh dalam bentuk
rumpun, maka setiap rumpun dianggap sebagai satu individu. Untuk kondisi
seperti ini, jenis pengukuran yang paling cocok adalah dengan mengukur luas
penutupan (Soegianto, 1994).
Distribusi rumpun dapat meningkatkan kompetisi untuk
mendapatkan hara, makanan, ruang, atau cahaya, tetapi pengaruh merusak ini
sreingkali dikompetisi dengan yang menguntungkan. Misalnya pohon-pohon yanng
tumbuh bersama-sama dalam kelompok misalnya tanaman pagar, pada daratan yang
luas kompetisinya untuk mendapatkan hara dan cahaya jika dibandingkan dengan
apabila pohon-pohon tersebut tumbuh terpisah tetapi lebih tahan terhadap
serangan angin yang kencang (Heddy, 1986).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat yang digunakan adalah botol sampel, perangkap hewan, alat tulis menulis.
III.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah tinta cina, serangga, areal yang
akan diamati.
III.3 Cara Kerja
Cara kerja pada percobaan ini adalah :
A. Cara pengambilan Sampel :
a. Metode
Lincoln-Peterson.
1. Ditentukan suatu areal yang akan diamati, kemudian dilakukan
penangkapan hewan pada lokasi tersebut.
2. Dilakukan penangkapan hewan dengan menggunakan perangkap hewan misalnya untuk serangga
dilakukan dengan menggunakan sweeping net.
3. Dilakukan penangkapan dua kali dan hasil tangkapan dikumpulkan,
kemudian pada setiap individu, sampel diberi tanda pada bagian tertentu
ditubuhnya, selanjutnya dilepaskan kembali dihabitatnya (dicatat jumlahnya =
M).
4. Dilakukan
penangkapan kedua setelah satu hari, jumlah ulang penangkapan sesuai dengan
jumlah ulangan pada penangkapan periode pertama. Dikumpulkan semua hewan yang
tertangkap (dicatat jumlahnya = n).
b. Metode
Zippin.
1. Ditentukan suatu areal yang akan diamati, kemudian dilakukan
penangkapan hewan pada lokasi tersebut.
2. Dilakukan penangkapan hewan dengan menggunakan perangkap hewan misalnya untuk serangga
dilakukan dengan menggunakan sweeping net.
3. Dilakukan penangkapan dua kali dan hasil tangkapan dikumpulkan, kemudian
hewan tidak ditandai dan tidak dilepaskan kembali dihabitatnya (dicatat
jumlahnya = N).
B. Cara kerja dilaboratorium :
1. Diperiksa/dihitung jumlah hewan bertanda yang ditangkap dalam penangkapan
kedua (catat jumlahnya = R).
2. Dilakukanlah perhitungan pendugaan populasi dengan menggunakan
metode Lincoln-Peterson dan metode Zippin.
DAFTAR PUSTAKA
Heddy,
Suwasono, 1986, Pengantar Ekologi, CV Rajawali, Jakarta.
Resosoedarmo, Soedjiran, 1990, Pengantar
Ekologi, PT Remaja Rosdakarya, Jakarta.
Soegianto, Agoes, 1994, Ekologi
Kuantitatif, Penerbit Usaha Nasional, Surabaya.
Tarumingkeng, R. C. , 1994, Dinamika
Populasi Kajian Ekologi Kuantitatif, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Umar, M. Ruslan, 2012, Ekologi
Umum Dalam Praktikum, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar