BAB
I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pengertian vegetasi adalah tanaman hidup yang menutupi
suatu wilayah, lebih luas dari flora yang merujuk pada komposisi spesies.
Vegetasi lebih mendekati ke komunitas tanaman namun seringkali untuk skala yang
lebih luas. Hutan bakau, tanaman di gurun, rumput di pinggir jalan, ladang
gandum adalah contoh vegetasi (Natasha, 2010).
Vegetasi
memegang peran penting dalam biosfir. Pertama, karena berperan mengatur aliran
sejumlah siklus biokimia seperti air, karbon dan nitrogen yang berperan penting
sebagai penyeimbang energi secara lokal dan global. Kedua, vegetasi
mempengaruhi karakteristik tanah seperti volume, kandungan kimia dan struktur
yang menentukan karakteristik tumbuhan termasuk produktifitas dan strukturnya.
Ketiga, vegetasi adalah sumber hidup sejumlah habitat hewan liar. Keempat dan
merupakan fungsi terpenting bahkan untuk vegetasi alga sekali pun adalah
menjalankan fungsi sebagai penyedia oksigen (Natasha, 2010).
Analisa
vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur)
vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan komponen habitat terpenting
bagi kehidupan oleh karenanya kondisi masyarakat tumbuhan di dalam hutan baik
komposisi jenis tumbuhan, dominansi spesies, kerapatan nmaupun keadaan
penutupan tajuknya perlu diukur. Selain itu dalam suatu ekologi hutan satuan
yang akan diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit
(Natasha, 2010).
Dalam
ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu
vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan
tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat
seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap
harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada. (Syafei, 1990).
Oleh
karena itu, untuk mengetahui teknik-teknik metode sampling dan rumus-rumus
sederhana dalam analisis populasi untuk mengetahui kepadatan, frekuensi, dan
dominansi dari organsime penyusun suatu vegetasi, aka percobaan ini dilakukan.
I.2. Tujuan Percobaan
Tujuan
pada percobaan ini adalah:
1. Untuk
mengetahui kepadatan, frekuensi, dan dominansi dari organisme penyusun dalam
suatu komunitas dengan menggunakan metode petak acak berganda, metode line
transek, metode belt transek, dan metode loop
2. Untuk
memperkenalkan dan melatih keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teknik-teknik
sampling organisme dan rumus-rumus sederhana dsalam analisis populasi.
I.3. Waktu dan
Tempat Percobaan
Percobaan mengenai Metode Sampling
dan Analsis Vegetasi dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 15 April 2012, pukul 09.00-13.00
WITA, yang bertempat di Area Canopy, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Vegetasi
merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang
hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama
tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun
vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu
sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Andre, 2009).
Vegetasi,
tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai
keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan
vegetasi di tempat lain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi
hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan
keadaan habitatnya (Andre, 2009).
Analisis
vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi
secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur
vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk
keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi
untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut.
Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur
dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Andre, 2009).
Dalam
kegiatan-kegiatan penelitian di bidang ekologi hutan seperti halnya pada
bidang-bidang ilmu lainnya yang beersangkut paut dengan sumber daya alam
dikenal dua jenis/tipe pengukuran untuk mendapatkan informasi/data yang
diinginkan. Kedua jenis pengukuran tersebut adalah pengukuran yang bersifat
merusak (destruktive measure) dan pengukuran yang tidak merusak (non
destructive measure). Untuk keperluan penelitian agar hasil datanya dapat
dianggap sah (valid) secara statistika, penggunaan kedua jenis pengukuran
tersebut mutlak harus menggunakan satuan contoh (sampling unit), apabila bagi
seorang peneliti yang mengambil objek hutan dengan cakupan areal yang
luas.Dengan sampling seorang peneliti/surveyor dapat memperoleh informasi/data
yang diinginkan lebih cepat dan lebih teliti dengan biaya dan tenaga lebih
sedikit bila dibandingkan dengan inventarisasi penuh (metode sensus) pada anggota
suatu populasi (Latifah, 2009).
Jika
berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari komponen penyusun
vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus dalam
pengukuran vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya
terdiri dari (Andre, 2009) :
1.
Belukar (Shrub)
Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup
besar, dan memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.
2.
Epifit (Epiphyte)
Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan
lain (biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau
hemi-parasit.
3.
Paku-pakuan (Fern)
Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya
memiliki rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar
tangkai daun.
4.
Pemanjat (Climber)
Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang
tidak berdiri sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti
kayu atau belukar.
5.
Palma (Palm)
Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu,
lurus dan biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih
panjang dari 1 meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun.
6.
Terna (Herb)
Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak
menyerupai rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga
yang menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut
yang kadang-kadang keras.
7.
Pohon (Tree)
Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi
dan memiliki satu batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari
20 cm. Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya,
yaitu :
a.
Semai (Seedling) : Permudaan
mulai dari kecambah sampai anakan kurang dari 1.5 m.
b.
Pancang (Sapling) : Permudaan
dengan tinggi 1.5 m sampai anakan berdiameter kurang dari 10 cm.
c.
Tiang (Poles) : Pohon muda
berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm.
Dalam
ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu
vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan
tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat
seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap
harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada. (Syafei, 1990).
Metodologi-metodologi
yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian,
yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan
tetapi dalam makalah ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan
metode garis dan metode intersepsi titik (metode tanpa plot) (Syafei, 1990).
Metode
garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa garis. Penggunaan
metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada kompleksitas hutan
tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis yang digunakan
akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya panjang garis yang digunakan sekitar
50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak belukar, garis yang digunakan cukup
5 m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi yang lebih sederhana, maka
garis yang digunakan cukup 1 m (Syafei, 1990).
Pada
metode garis ini, sistem analisis melalui variabel-variabel kerapatan,
kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai
penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan
dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis.
Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu
tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis
yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990).
Sedangkan
metode intersepsi titik merupakan suatu metode analisis vegetasi dengan
menggunakan cuplikan berupa titik. Pada metode ini tumbuhan yang dapat
dianalisis hanya satu tumbuhan yang benar-benar terletak pada titik-titik yang
disebar atau yang diproyeksikan mengenai titik-titik tersebut. Dalam menggunakan
metode ini variabel-variabel yang digunakan adalah kerapatan, dominansi, dan
frekuensi (Rohman, dkk., 2001).
Kelimpahan
setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu
persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian
merupakan pengukuran yang relatife. Dari nilai relative ini, akan diperoleh
sebuah nilai yang merupak INP. Nilai ini digunakan sebagai dasar pemberian nama
suatu vegetasi yang diamati.Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi
adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1990).
Ada
beberapa satuan pengukuran yang digunakan dalam menerangakan suatu populasi
ataupun komunitas seperti frekuensi, kepadatan, luas penutupan, dan biomassa. Kepadatan
merupakan jumlah individu per unit area atau unit volume. Dalam suatu tempat tidak semuanya
merupakan tempat yang layak bagi suatu spesies hewan. Mungkin dari tempat itu
hanya sebagian saja yang merupakan habitat yang layak bagi hewan tersebut. Kepadatan
mutlak atau kepadatan ekologi merupakan kepadatan yang mendiami bagian tertentu
(Soegianto, 1994).
Dalam
sampling fauna, menentukan kepadatan mutlak itu seringkali tidak mungkin
dilakukan. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan membuat indeks kepadatan
yang umum digunakan untuk keperluan pembandingan. Indeks itu hanya dinyatakan
seabagai jumlah individu per unit habitat atau jumlah inidividu per unit usaha,
bukan lagi jumlah individu per unit luas (Soegianto, 1994).
Dalam
sampling tumbuhan, permasalahan yang sering kita hadapi adalah dalam menentukan
suatu individu tanaman. Tumbuhan yang terbentuk pohon atau herba. Untuk tanaman
yang hidup di dalam kelompok atau bereproduksi secara vegetatif dengan akar di
dalam tanah, cara yang umum digunakan adalah menganggap individu-inidividu
tersebut terputus-putus. Sedangkan untuk tanaman yang tumbuh dalam bentuk
rumpun, maka setiap rumpun dianggap sebagi satu individu. Untuk kondisi seperti
ini, jenis pengukuran yang paling cocok adalah dengan mengukur luas penutupan (Soegianto,
1994).
Dalam ekologi, frekuensi dipergunakan
untuk menyatakan proporsi antara jumlah sampel yang berisi suatu spesies
tertentu dengan jumlah total sampel. Frekunsi relatif suatu spesies adalah
frekuensi dari suatu spesies dibagi dengan jumlah frekuensi dari semua spesies
yang terdapat dalam suatu komunitas (Soegianto, 1994).
Biomassa merupakan berat dari suatu
individu suatu populasi dam sering dinyatakan per unit luas atau volume. Luas
penutupan adalah proporsi antar luas tempat yang ditutup oleh suatu spesies
tumbuhan dengan luas total habitat. Dalam mengukur luas penutupan ini dapat
dilakukan dengan cara mengukur luas penutupan tajuk atau luas penutupan batang
(Soegianto, 1994).
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
III.1. Alat
Alat-alat
yang digunakan pada percobaan ini adalah meteran, 20 buah patok, gelas air
mineral, plot ukuran 30 cm x 30 cm dan alat tulis-menulis.
III.2.
Bahan
Bahan
yang digunakan pada percobaan ini adalah areal yang akan diamati, dan tali
rafia.
III.3.
Cara Kerja
Cara
kerja pada percobaan ini adalah :
A. Pengambilan
Sampling dengan Metode Plot Acak Berganda :
1. Dipilih
areal komunitas yang akan diamati, kemudian setiap kelompok memilih tempat yang
berbeda sebagai titik awal pengamatan.
2. Ditentukan
ukuran plot yang akan digunakan yaitu 30 cm x 30 cm.
3. Kemudian
Plot disebar pada area pengamatan secara acak dan setiap pengambilan satu kali sampling
dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali replikat.
4. Dihitung
semua jumlah organisme dan jenisnya pada plot tersebut.
5. Kemudian,
data yang diperoleh dicatat per petak, untuk selanjutnya dilakukan perhitungan
untuk kerapatan, frekuensi, dan dominansi masing masing spesies yang didapatkan.
B. Pengambilan
Sampling dengan Metode Line Transek :
1. Dipilih
areal komunitas yang akan diamati, kemudian setiap kelompok memilih tempat yang
berbeda sebagai titik awal pengamatan.
2. Ditentukan
2 titik sebagai pusat garis transek, tandai titik dengan patok.
3. Dibentangkan
tali sepanjang garis transek yaitu 50 m dan lebar 1 cm.
4. Kemudian,
dihitung semua jumlah organisme dan jenisnya yang berada di dalam garis yang
telah dibuat tadi.
5. Untuk
metode ini dilakukan pengambilan satu kali sampling dengan 3 kali replikat.
6. Data
yang diperoleh dicatat, untuk selanjutnya dilakukan perhitungan untuk
kerapatan, frekuensi, dan dominansi masing masing spesies yang didapatkan.
C. Pengambilan
Sampling dengan Metode Belt Transek :
1. Dipilih
areal komunitas yang akan diamati, kemudian setiap kelompok memilih tempat yang
berbeda sebagai titik awal pengamatan.
2. Dibuat
jalur yang akan diamati, dengan panjang 50 m dan lebar 5 m, dan pada transek
ini dibuat petak dengan ukuran 5 m x 5 m.
3. Diberi
nomor pada setiap petak yaitu 1-10.
4. Kemudian,
dihitung semua jumlah organisme dan jenisnya yang berada di dalam petak yang
bernomor ganjil yaitu 1,3,5,7,9 yang telah dibuat tadi.
5. Untuk
metode ini dilakukan pengambilan satu kali sampling dengan satu kali replikat.
6. Data
yang diperoleh dicatat, untuk selanjutnya dilakukan perhitungan untuk
kerapatan, frekuensi, dan dominansi masing masing spesies yang didapatkan.
D. Pengambilan
Sampling dengan Metode Loop :
1. Dipilih
areal komunitas yang akan diamati, kemudian setiap kelompok memilih tempat yang
berbeda sebagai titik awal pengamatan.
2. Dibuat
jalur yang akan diamati, dengan panjang 33,3 meter.
3. Pada
jalur yang dibuat, setiap 1 meter, dibuat tiga titik dengan panjang 33,3 cm
sepanjang jalur. Sehingga, terdapat 100 titik pada jalur ini.
4. Kemudian,
digunakan loop (mulut aqua gelas) untuk menghitung jenis organisme dengan
metode ini dengan cara, loop diletakkan pada setiap titik yang telah dibuat
kemudian dihitung jumlah setiap organisme dan jenisnya yang berada di dalam
loop tersebut.
5. Untuk
metode ini dilakukan pengambilan satu kali sampling dengan 3 kali replikat.
6. Data
yang diperoleh dicatat, untuk selanjutnya dilakukan perhitungan untuk
kerapatan, frekuensi, dan dominansi masing masing spesies yang didapatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar