Jumat, 02 Januari 2015

Laporan Metode Sampling dan Analisis Vegetasi

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar  Belakang

            Pengertian vegetasi adalah tanaman hidup yang menutupi suatu wilayah, lebih luas dari flora yang merujuk pada komposisi spesies. Vegetasi lebih mendekati ke komunitas tanaman namun seringkali untuk skala yang lebih luas. Hutan bakau, tanaman di gurun, rumput di pinggir jalan, ladang gandum adalah contoh vegetasi (Natasha, 2010).
Vegetasi memegang peran penting dalam biosfir. Pertama, karena berperan mengatur aliran sejumlah siklus biokimia seperti air, karbon dan nitrogen yang berperan penting sebagai penyeimbang energi secara lokal dan global. Kedua, vegetasi mempengaruhi karakteristik tanah seperti volume, kandungan kimia dan struktur yang menentukan karakteristik tumbuhan termasuk produktifitas dan strukturnya. Ketiga, vegetasi adalah sumber hidup sejumlah habitat hewan liar. Keempat dan merupakan fungsi terpenting bahkan untuk vegetasi alga sekali pun adalah menjalankan fungsi sebagai penyedia oksigen (Natasha, 2010).
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan komponen habitat terpenting bagi kehidupan oleh karenanya kondisi masyarakat tumbuhan di dalam hutan baik komposisi jenis tumbuhan, dominansi spesies, kerapatan nmaupun keadaan penutupan tajuknya perlu diukur. Selain itu dalam suatu ekologi hutan satuan yang akan diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit (Natasha, 2010).
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada. (Syafei, 1990).
Oleh karena itu, untuk mengetahui teknik-teknik metode sampling dan rumus-rumus sederhana dalam analisis populasi untuk mengetahui kepadatan, frekuensi, dan dominansi dari organsime penyusun suatu vegetasi, aka percobaan ini dilakukan.
I.2. Tujuan Percobaan
            Tujuan pada percobaan ini adalah:
1.      Untuk mengetahui kepadatan, frekuensi, dan dominansi dari organisme penyusun dalam suatu komunitas dengan menggunakan metode petak acak berganda, metode line transek, metode belt transek, dan metode loop
2.      Untuk memperkenalkan dan melatih keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teknik-teknik sampling organisme dan rumus-rumus sederhana dsalam analisis populasi.

I.3. Waktu dan Tempat Percobaan
            Percobaan mengenai Metode Sampling dan Analsis Vegetasi dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 15 April 2012, pukul 09.00-13.00 WITA, yang bertempat di Area Canopy, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Andre, 2009).
Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat lain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya (Andre, 2009).
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Andre, 2009).
Dalam kegiatan-kegiatan penelitian di bidang ekologi hutan seperti halnya pada bidang-bidang ilmu lainnya yang beersangkut paut dengan sumber daya alam dikenal dua jenis/tipe pengukuran untuk mendapatkan informasi/data yang diinginkan. Kedua jenis pengukuran tersebut adalah pengukuran yang bersifat merusak (destruktive measure) dan pengukuran yang tidak merusak (non destructive measure). Untuk keperluan penelitian agar hasil datanya dapat dianggap sah (valid) secara statistika, penggunaan kedua jenis pengukuran tersebut mutlak harus menggunakan satuan contoh (sampling unit), apabila bagi seorang peneliti yang mengambil objek hutan dengan cakupan areal yang luas.Dengan sampling seorang peneliti/surveyor dapat memperoleh informasi/data yang diinginkan lebih cepat dan lebih teliti dengan biaya dan tenaga lebih sedikit bila dibandingkan dengan inventarisasi penuh (metode sensus) pada anggota suatu populasi (Latifah, 2009).
Jika berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari komponen penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus dalam pengukuran vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari (Andre, 2009) :
1.      Belukar (Shrub)
Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.
2.      Epifit (Epiphyte)
Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain (biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemi-parasit.
3.      Paku-pakuan (Fern)
Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai daun.
4.      Pemanjat (Climber)
Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau belukar.
5.      Palma (Palm)
Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari 1 meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun.
6.      Terna (Herb)
Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut yang kadang-kadang keras.
7.      Pohon (Tree)
Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm. Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya, yaitu :
a.       Semai (Seedling) : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang dari 1.5 m.
b.      Pancang (Sapling) : Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan berdiameter kurang dari 10 cm.
c.       Tiang (Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm.
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada. (Syafei, 1990).
Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam makalah ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode garis dan metode intersepsi titik (metode tanpa plot) (Syafei, 1990).
Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis yang digunakan akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya panjang garis yang digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak belukar, garis yang digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi yang lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m (Syafei, 1990).
Pada metode garis ini, sistem analisis melalui variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990).
Sedangkan metode intersepsi titik merupakan suatu metode analisis vegetasi dengan menggunakan cuplikan berupa titik. Pada metode ini tumbuhan yang dapat dianalisis hanya satu tumbuhan yang benar-benar terletak pada titik-titik yang disebar atau yang diproyeksikan mengenai titik-titik tersebut. Dalam menggunakan metode ini variabel-variabel yang digunakan adalah kerapatan, dominansi, dan frekuensi (Rohman, dkk., 2001).
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran yang relatife. Dari nilai relative ini, akan diperoleh sebuah nilai yang merupak INP. Nilai ini digunakan sebagai dasar pemberian nama suatu vegetasi yang diamati.Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1990).
Ada beberapa satuan pengukuran yang digunakan dalam menerangakan suatu populasi ataupun komunitas seperti frekuensi, kepadatan, luas penutupan, dan biomassa. Kepadatan merupakan jumlah individu per unit area atau unit volume. Dalam suatu tempat tidak semuanya merupakan tempat yang layak bagi suatu spesies hewan. Mungkin dari tempat itu hanya sebagian saja yang merupakan habitat yang layak bagi hewan tersebut. Kepadatan mutlak atau kepadatan ekologi merupakan kepadatan yang mendiami bagian tertentu (Soegianto, 1994).
            Dalam sampling fauna, menentukan kepadatan mutlak itu seringkali tidak mungkin dilakukan. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan membuat indeks kepadatan yang umum digunakan untuk keperluan pembandingan. Indeks itu hanya dinyatakan seabagai jumlah individu per unit habitat atau jumlah inidividu per unit usaha, bukan lagi jumlah individu per unit luas (Soegianto, 1994).
            Dalam sampling tumbuhan, permasalahan yang sering kita hadapi adalah dalam menentukan suatu individu tanaman. Tumbuhan yang terbentuk pohon atau herba. Untuk tanaman yang hidup di dalam kelompok atau bereproduksi secara vegetatif dengan akar di dalam tanah, cara yang umum digunakan adalah menganggap individu-inidividu tersebut terputus-putus. Sedangkan untuk tanaman yang tumbuh dalam bentuk rumpun, maka setiap rumpun dianggap sebagi satu individu. Untuk kondisi seperti ini, jenis pengukuran yang paling cocok adalah dengan mengukur luas penutupan (Soegianto, 1994).
Dalam ekologi, frekuensi dipergunakan untuk menyatakan proporsi antara jumlah sampel yang berisi suatu spesies tertentu dengan jumlah total sampel. Frekunsi relatif suatu spesies adalah frekuensi dari suatu spesies dibagi dengan jumlah frekuensi dari semua spesies yang terdapat dalam suatu komunitas (Soegianto, 1994).
Biomassa merupakan berat dari suatu individu suatu populasi dam sering dinyatakan per unit luas atau volume. Luas penutupan adalah proporsi antar luas tempat yang ditutup oleh suatu spesies tumbuhan dengan luas total habitat. Dalam mengukur luas penutupan ini dapat dilakukan dengan cara mengukur luas penutupan tajuk atau luas penutupan batang (Soegianto, 1994).

BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah meteran, 20 buah patok, gelas air mineral, plot ukuran 30 cm x 30 cm dan alat tulis-menulis.
III.2. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah areal yang akan diamati, dan tali rafia.
III.3. Cara Kerja
Cara kerja pada percobaan ini adalah :
A.    Pengambilan Sampling dengan Metode Plot Acak Berganda :
1.      Dipilih areal komunitas yang akan diamati, kemudian setiap kelompok memilih tempat yang berbeda sebagai titik awal pengamatan.
2.      Ditentukan ukuran plot yang akan digunakan yaitu 30 cm x 30 cm.
3.      Kemudian Plot disebar pada area pengamatan secara acak dan setiap pengambilan satu kali sampling dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali replikat.
4.      Dihitung semua jumlah organisme dan jenisnya pada plot tersebut.
5.      Kemudian, data yang diperoleh dicatat per petak, untuk selanjutnya dilakukan perhitungan untuk kerapatan, frekuensi, dan dominansi masing masing spesies yang didapatkan.
B.     Pengambilan Sampling dengan Metode Line Transek :
1.      Dipilih areal komunitas yang akan diamati, kemudian setiap kelompok memilih tempat yang berbeda sebagai titik awal pengamatan.
2.      Ditentukan 2 titik sebagai pusat garis transek, tandai titik dengan patok.
3.      Dibentangkan tali sepanjang garis transek yaitu 50 m dan lebar 1 cm.
4.      Kemudian, dihitung semua jumlah organisme dan jenisnya yang berada di dalam garis yang telah dibuat tadi.
5.      Untuk metode ini dilakukan pengambilan satu kali sampling dengan 3 kali replikat.
6.      Data yang diperoleh dicatat, untuk selanjutnya dilakukan perhitungan untuk kerapatan, frekuensi, dan dominansi masing masing spesies yang didapatkan.
C.     Pengambilan Sampling dengan Metode Belt Transek :
1.      Dipilih areal komunitas yang akan diamati, kemudian setiap kelompok memilih tempat yang berbeda sebagai titik awal pengamatan.
2.      Dibuat jalur yang akan diamati, dengan panjang 50 m dan lebar 5 m, dan pada transek ini dibuat petak dengan ukuran 5 m x 5 m.
3.      Diberi nomor pada setiap petak yaitu 1-10.
4.      Kemudian, dihitung semua jumlah organisme dan jenisnya yang berada di dalam petak yang bernomor ganjil yaitu 1,3,5,7,9 yang telah dibuat tadi.
5.      Untuk metode ini dilakukan pengambilan satu kali sampling dengan satu kali replikat.
6.      Data yang diperoleh dicatat, untuk selanjutnya dilakukan perhitungan untuk kerapatan, frekuensi, dan dominansi masing masing spesies yang didapatkan.
D.    Pengambilan Sampling dengan Metode Loop :
1.      Dipilih areal komunitas yang akan diamati, kemudian setiap kelompok memilih tempat yang berbeda sebagai titik awal pengamatan.
2.      Dibuat jalur yang akan diamati, dengan panjang 33,3 meter.
3.      Pada jalur yang dibuat, setiap 1 meter, dibuat tiga titik dengan panjang 33,3 cm sepanjang jalur. Sehingga, terdapat 100 titik pada jalur ini.
4.      Kemudian, digunakan loop (mulut aqua gelas) untuk menghitung jenis organisme dengan metode ini dengan cara, loop diletakkan pada setiap titik yang telah dibuat kemudian dihitung jumlah setiap organisme dan jenisnya yang berada di dalam loop tersebut.
5.      Untuk metode ini dilakukan pengambilan satu kali sampling dengan 3 kali replikat.
6.      Data yang diperoleh dicatat, untuk selanjutnya dilakukan perhitungan untuk kerapatan, frekuensi, dan dominansi masing masing spesies yang didapatkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar