BAB
I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Suatu populasi memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh individu-individu
yang membangun populasi tesebut. Kekhasan dasar suatu populasi yang menarik
bagi seorang ekolog adalah ukuran dan rapatannya. Jumlah individu dalam
populasi mencirikan ukurannya dan jumlah individu populasi dalam suatu daerah
atau satuan volume adalah rapatannya. Kelahiran (Natalitas), kematian
(mortalitas), yang masuk (imigrasi), dan yang keluar (emigrasi) dari anggota
mempengaruhi ukuran dan rapatan populasi. Kekhasan lain dari populasi yang
penting dari segi ekologi adalah keragaman morfologi dalam suatu populasi alam
sebaan umur, komposisi genetik dan penyebaran individu dalam populasi (Odum, 1993).
Penyebaran
populasi merupakan pergerakan individu ke dalam atau keluar dari populasi.
Penyebaran populasi berperan penting dalam penyebaran secara geografi dari
tumbuhan, hewan atau manusia ke suatu daerah dimana mereka belum menempatinya.
Penyebaran populasi dapat disebabkan karena dorongan mencari makanan,
menghindarkan diri dari predator, pengaruh iklim, terbawa air atau angin,
kebiasaan kawin dan faktor fisik lainnya (Umar, 2012).
Oleh
karena itu, untuk mengetahui pola penyebaran individu dalam populasi dengan
menggunakan indeks morosita dan melatih keterampilan mahasiswa dalam menerapkan
teknik-teknik sampling organisme dan rumus-rumus sederhana dalam menghitung
pola penyebaran indvidu dalam populasi, maka percbaan ini dilakukan.
I.2. Tujuan Percobaan
Tujuan
pada percobaan ini adalah:
1. Untuk
mengetahui pola penyebaran individu dalam populasi dengan menggunakan Indeks
Morisita.
2. Untuk
melatih keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teknik-teknik sampling
organisme dan rumus-rumus sederhana dalam menghitung pola penyebaran individu
dalam populasi.
I.3. Waktu dan Tempat
Percobaan
Percobaan mengenai Pola Penyebaran
Individu dalam Populasi ini dilaksanakan
pada hari Sabtu tanggal 21 April 2012, pukul 09.00-14.00 WITA, yang bertempat
di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar. Dan pengambilan sampel
dilakukan di Area Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Dalam tubuh kita terdapat
berbagai macam sistem organ. Seluruh sistem itu saling berinteraksi
melaksanakan suatu fungsi dalam tubuh makhluk hidup. Makhluk hidup yang terdiri
atas berbagai sistem organ disebut satu individu. Setiap manusia termasuk
individu. Demikian pula tiap-tiap ekor semut dalam sekelompok semut atau
tiap-tiap ekor domba dalam kawanannya dan tiap pohon teh dalam sebuah
perkebunan (Subardi, 2009).
Kita dikelilingi berbagai
jenis makhluk hidup yang bermacam-macam, misalnya ayam, mangga, pepaya,
kambing, dan lain-lain. Populasi merupakan tingkatan organisasi yang terdiri
atas sekelompok individu sejenis yang menempati ruang dan waktu yang sama.
Apabila berbicara mengenai populasi, kita harus menyebutkan jenis individu yang
dibicarakan dalam batas waktu dan tempat tertentu. Misalnya populasi pohon bakau
di hutan mangrove pada tahun 1990. Kita tidak dapat mengatakan bahwa pohon
bakau yang hidup di hutan mangrove dan di pesisir pantai selatan adalah satu
populasi, karena tempatnya berbeda (Subardi, 2009).
Populasi adalah sekelompok individu spesies yang sama
yang menempati suatu ruang, dan secara kolektif mempunyai sifat yang khas
sebagai suatu kelompok. Sifat kolektif tersebut antara lain adalah kepadatan
populasi, natalitas, mortalitas, dan distribusi umur. Populasi pada umumnya ada
dalam keseimbangan yang dinamis, yang dipengaruhi oleh interaksi berbagai
faktor. Faktor keseimbangan yang mendorong perkembangan populasi antara lain
laju reproduksi, penyebaran, mekanisme pertahanan diri, dan kemampuan bertahan
pada kondisi sulit. Faktor pendorong tersebut berinteraksi pula dengan faktor
penghambat yang antara lain adalah keterbatasan sumber, habitat yang kurang
cocok, kondisi cuaca, persaingan, predator, parasit, dan penyakit. Adapun pola
interaksi spesies antarpopulasi dapat berbentuk interaksi netral, interaksi
negatif, maupun interaksi positif. Berbagai bentuk interaksi tersebut masih
belum semuanya ditemukan oleh manusia, sedangkan gangguan yang terjadi terhadap
interaksi tersebut akan berpengaruh kepada ekosistem secara keseluruhannya
(Taufik, 2009).
Setiap populasi apabila
telah mencapai tingkat kepadatan, kerapatan tertentu, dan dengan keterbatasan
daya dukung lingkungan, akan cenderung mengalami penyebaran. Di tempat yang
baru populasi akan menempati, beradaptasi, dan membentuk keseimbang yang baru kembali.
Dalam melakukan penyebaran, populasi cenderung membentuk kelompok-kelompok dari
ukuran tertentu. Beberapa tipe penyebarannya adalah seragam, acak, dan acak
berkelompok. Berkaitan dengan keterbatasan daya dukung lingkungan, khususnya
ketersediaan sumber daya makanan, ruang, dan lain-lain. Setiap individu
mempunyai kecenderungan untuk mempertahankan daerah wilayahnya (teritorial), dengan
cara terus berada pada wilayahnya masing-masing atau mengisolasikan diri. Pada
hewan tingkat tinggi, isolasi umumnya dilakukan dengan membatasi daerah tempat
kehidupannya dengan daerah pengembaraan (home range) (Sofa, 2008).
Berdasarkan
sifatnya, populasi dapat digolongkan menjadi populasi yang homogen dan
heterogen (Taufik,
2009):
a. Populasi homogen adalah sumber data yang unsur-unsur atau
elemennya memiliki sifat yang mendekati sama sehingga tidak perlu ditetapkan
jumlahnya secara kuantitatif.
b. Populasi heterogen adalah sumber data yang unsur-unsurnya memiliki
sifat yang berbeda (bervariasi) sehingga perlu penetapan batas-batasnya secara
kuantitatif.
Distribusi individu dalam populasi,
sering kali disebut sebagai dispersi atau pola penjarakan (pola penyebaran)
secara umum dapat di bedakan atas 3 pola utama yaitu (Prayogi, 2011):
1. Acak (Random)
Pada pola
sebaran ini peluang suatu individu untuk menempati sesuatu situs dalam area
yang di tempati adalah sama, yang memberikan indikasi bahwa kondisi lingkungan
bersifat seragam. Keacakan berarti pula bahwa kehadiran individu lainnya. Dalam
sebaran statistik, sebaran acak ini ditunjukkan oleh varians (s2) yang sama
dengan rata-rata (x).
2. Teratur (Seragam, unity):
Pola
sebaran ini terjadi apabila diantara individu-individu dalam populasi terjadi
persaingan yang keras atau ada antagonisme positif oleh adanya teritori terjadi
penjarakan yang kurang lebih merata. Pola sebaran teratur ini relatif jarang
terdapat di alam. Lewat pendekatan statistik, pola sebaran teratur ini di
tunjukkan oleh varians (s2) yang lebih kecil dari rata-rata (x).
3. Mengelompok (Teragregasi, Clumped)
Merupakan
pola sebaran yang relatif paling umum terdapat di alam pengelompokan itu
sendiri dapat terjadi oleh karena perkembangbiakan, adanya atraksi sosial dan
lain-lain. Lewat pendekatan statistik, pola sebaran menelompok ini varians (s2)
yang lebih besar dari rata-rata (x).
Dari ketiga kategori ini, rumpun/berkelompok adalah pola
yang paling sering diamati di lam dan merupakan gambaran pertama dari
kemenangan dalam keadaan yang disukai lingkungan. Pada tumbuhan penggerombolan
disebabkan oleh reproduksi vegetatif, susunan benih lokal dan fenomena lain.
Dimana benih-benih cenderung tersusun dalam kelompok. Pada hewan-hewan tingkat
tinggi, agregasi dapat disebabkan oleh pengelompokan sosial. Penyebaran seragam
sering terjadi di alam baik diantara hewan-hewan tingkat rendah dimana adanya
seekor hewan tidak memberikan pengaruh terhadap adanya hewan lain dengan jenis
yang sama. Pada tumbuhan, penyebaran acak seperti ini adalah umum dimana
penyebaran benih disebabkan angin (Michael, 1994).
Pola
penyebaran seragam jarang terdapat pada populasi alami. Yang mendekati keadaan
demikian adalah apabila terjadi penjarangan akibat kompetisi antara individu
yang relatif ketat. Pola penyebaran acak terjadi apabila kondisi lingkungan
bersifat seragam dan tidak adanya kecenderungan individu untuk bersegresi. Pada
umumnya penyebaran acak dari hewan relatif jarang dijumpai di alam.
Kelompok-kelompok ini terjadi akibat respon individu terhadap kondisi-kondisi
local, perubahan cuaca harian atau musiman, proses dari perkembangan seperti
atraksi seksual untuk membentuk pasangan kawin ataupun kelompok induk-anak,
serta atraksi social yang merupakan agregasi aktif dan individu membentuk suatu
organisasi atau koloni tertentu, seperti pada berbagai serangga atau hewan
vertebrata tertentu (Heddy, 1986)
Suatu populasi
memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh individu-individu yang membangun
populasi tesebut. Kekhasan dasar suatu populasi yang menarik bagi seorang
ekolog adalah ukuran dan rapatannya. Jumlah individu dalam populasi mencirikan
ukurannya dan jumlah individu populasi dalam suatu daerah atau satuan volume
adalah rapatannya. Kelahiran (Natalitas), kematian (mortalitas), yang masuk
(imigrasi), dan yang keluar (emigrasi) dari anggota mempengaruhi ukuran dan
rapatan populasi. Kekhasan lain dari populasi yang penting dari segi ekologi
adalah keragaman morfologi dalam suatu populasi alam sebaan umur, komposisi
genetik dan penyebaran individu dalam populasi (Odum, 1993).
Parameter Utama Populasi adalah
(Prayogi, 2011):
1. Natalitas
Merupakan
kemampuan populasi untuk bertambah atau ntukmeningkatkan jumlahnya, melalui
produsi individu baru yang dilahirkan atau ditetaskan dari teliu melalui
aktifitas perkembangan. Laju natalitas: jumlah individu baru per individu atau
per betina per satuan waktu. Ada dua aspek yang berkaitan dengan natalitas ini
antara lain :
a. Fertilitas, tingkat kinerja
perkembangbiakan yang direalisasikan dalm populasi, dan tinggi rendahnya aspek
ini diukur dari jumlah telur yang di ovovivarkan atau jumlah anak yang
dilahirkan.
b. Fekunditas, tingkat kinerja
potensial populasi itu untuk menghasilkan individu baru.
2. Mortalitas
Menunjukkan
kematian individu dalam populasi. Juga dapat dibedakan dalam dua jenis yakni:
a. mortalitas ekologik = mortalitas
yang direalisasikan yakni,matinya individu dibawah kondisi lingkungan tertentu.
b. mortalitas minimum(teoritis), yakni
matinya individu dalam kondisi lingkungan yang ideal, optimum dan mati semata-
mata karena usia tua.
3. Emigrasi, imigrasi dan migrasi
Ketiga
istilah diatas bersangkut paut dengan perpindahan.
a. Emigrasi : perpindahan keluar dari
area suatu populasi.
b. Imigrasi : perpindahan masuk ke
dalam suatu area populasi dan mengakibatkan meningkatkan kerapatan
c. Migrasi : menyangkut perpindahan
(gerakan) periodik berangkat dan kembali dari populasi.
Dalam mengkaji pertumbuhan populasi, beberapa
hal yang perlu diperhatikan
adalah dalam
lingkaran hidup dari organisme terdapat fase lahir, pertumbuhan, dewasa,
tua dan kemudian
mati. Dalam ekologi Boden Heimer (1938) membagi umur hewan
dalam tiga periode,
yaitu fase preduktif, dimana hewan mengalami pertumbuhan yang
cepat tetapi belum
mampu berproduksi, fase reproduksi, dimana hewan mampu
bereproduksi, fase
post reproduksi, dimana hewan tidak mampu lagi bereproduksi yaitu
pada umur tua.
Dengan demikian
struktur umur/ratio umur dalam suatu populasi dapat
menunjukkan suatu
populasi apakah sedang mengalami pertumbuhan yang cepat, stabil,
atau sedang
mengalami penurunan (Setiadi, 1989).
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
III.1. Alat
Alat-alat
yang digunakan pada percobaan ini adalah meteran, patok, plot ukuran 30 cm x 30
cm dan alat tulis-menulis.
III.2.
Bahan
Bahan
yang digunakan pada percobaan ini adalah areal yang akan diamati, dan tali
rafia.
III.3.
Cara Kerja
Cara
kerja pada percobaan ini adalah :
A. Pengambilan
Sampling dengan Metode Plot Acak Berganda :
1. Dipilih
areal komunitas yang akan diamati, kemudian setiap kelompok memilih tempat yang
berbeda sebagai titik awal pengamatan.
2. Ditentukan
ukuran plot yang akan digunakan yaitu 30 cm x 30 cm.
3. Kemudian
Plot disebar pada area pengamatan secara acak dan setiap pengambilan satu kali
sampling dilakukan pengulangan sebanyak 10 kali replikat.
4. Dihitung
semua jumlah individu jenis (khusus hewan) pada petak sampel tersebut.
5. Kemudian,
data yang diperoleh dicatat per petak, untuk selanjutnya dilakukan perhitungan dengan
menggunakan Indeks Morisita.
B. Pengambilan
Sampling dengan Metode Plot Sistematik Berganda :
1. Dipilih
areal komunitas yang akan diamati, kemudian setiap kelompok memilih tempat yang
berbeda sebagai titik awal pengamatan.
2. Ditentukan
ukuran plot yang akan digunakan yaitu 30 cm x 30 cm.
3. Kemudian
Plot disebar pada area pengamatan secara sistematis (teratur) dan setiap
pengambilan satu kali sampling dilakukan pengulangan sebanyak 10 kali replikat.
4. Dihitung
semua jumlah individu jenis (khusus hewan) pada petak sampel tersebut.
5. Kemudian,
data yang diperoleh dicatat per petak, untuk selanjutnya dilakukan perhitungan
perhitungan pola penyebaran populasi dengan menggunakan Indeks Morisita.
DAFTAR
PUSTAKA
Heddy, S.,
1986. Pengantar Ekologi. CV Rajawali. Jakarta.
Michael,
P. E., 1994. Metode
Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Universitas
Indonesia.
Jakarta.
Odum, Eugene., 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Prayogi, 2011. Dinamika Populasi. http://wordpress.com/.
Diakses Diakses pada tanggal 21 April 2012, hari Sabtu, pukul 15.20 WITA,
Makassar.
Setiadi,
D., 1989. Dasar-dasar Ekologi. Pusat
Antar Ilmu Hayat. IPB. Bogor.
Sofa, Pakde., 2008. Sejarah dan Ruang Lingkup
Ekologi dan Ekosistem.
http://massofa.wordpress.com/. Diakses Diakses pada tanggal 21 April 2012, hari
Sabtu, pukul 15.10 WITA, Makassar.
Subardi, 2009. Biologi Jilid I. CV Usaha Makmur. Jakarta.
Taufik, 2009. Komunitas, Populasi, dan Spesies. http://www.pustaka.ut.ac.id/. Diakses
pada tanggal 21 April 2012, hari Sabtu, pukul 15.25 WITA, Makassar.
Umar, Ruslan.,
2012. Penuntun Praktikum Ekologi Umum.
Universitas Hasanuddin. Makassar.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
IV.1.1 Tabel Hasil
Pengamatan dengan Metode Plot Acak
No.
|
Jenis
Hewan
|
|
||||||||||||||
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
F
|
G
|
H
|
I
|
J
|
K
|
L
|
M
|
N
|
O
|
||
1
|
13
|
1
|
1
|
1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
16
|
2
|
|
|
|
32
|
4
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
36
|
3
|
|
|
-
|
-
|
-
|
1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
4
|
|
|
|
43
|
-
|
|
1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
44
|
5
|
|
-
|
2
|
-
|
5
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
|
|
9
|
6
|
|
-
|
-
|
1
|
1
|
|
|
|
1
|
1
|
|
|
|
|
|
4
|
7
|
|
|
1
|
|
-
|
|
|
|
|
|
1
|
|
|
|
|
2
|
8
|
|
|
-
|
2
|
-
|
|
|
|
|
|
|
1
|
1
|
1
|
|
5
|
9
|
|
|
1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
10
|
|
|
|
11
|
1
|
|
|
1
|
|
|
|
|
|
|
1
|
14
|
|
13
|
1
|
5
|
90
|
11
|
1
|
1
|
3
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
132
|
Keterangan :
A = F = K
=
B = G
= L =
C = H
= M =
D = I
= N =
E = J
= O =
IV.1.2
Tabel Hasil Pengamatan dengan Metode Plot Sistematis
No.
|
Jenis
Hewan
|
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
1
|
-
|
7
|
2
|
-
|
-
|
9
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2
|
2
|
4
|
-
|
1
|
-
|
7
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
4
|
1
|
2
|
1
|
1
|
-
|
5
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
5
|
-
|
-
|
2
|
-
|
-
|
2
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
6
|
5
|
1
|
1
|
-
|
-
|
7
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
7
|
-
|
2
|
3
|
1
|
-
|
6
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
8
|
-
|
5
|
-
|
1
|
-
|
6
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
9
|
1
|
5
|
2
|
-
|
-
|
8
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
10
|
1
|
2
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Suatu populasi memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh individu-individu
yang membangun populasi tesebut. Kekhasan dasar suatu populasi yang menarik
bagi seorang ekolog adalah ukuran dan rapatannya. Jumlah individu dalam
populasi mencirikan ukurannya dan jumlah individu populasi dalam suatu daerah
atau satuan volume adalah rapatannya. Kelahiran (Natalitas), kematian
(mortalitas), yang masuk (imigrasi), dan yang keluar (emigrasi) dari anggota
mempengaruhi ukuran dan rapatan populasi. Kekhasan lain dari populasi yang
penting dari segi ekologi adalah keragaman morfologi dalam suatu populasi alam
sebaan umur, komposisi genetik dan penyebaran individu dalam populasi (Odum, 1993).
Penyebaran
populasi merupakan pergerakan individu ke dalam atau keluar dari populasi.
Penyebaran populasi berperan penting dalam penyebaran secara geografi dari
tumbuhan, hewan atau manusia ke suatu daerah dimana mereka belum menempatinya.
Penyebaran populasi dapat disebabkan karena dorongan mencari makanan,
menghindarkan diri dari predator, pengaruh iklim, terbawa air atau angin,
kebiasaan kawin dan faktor fisik lainnya (Umar, 2012).
Oleh
karena itu, untuk mengetahui pola penyebaran individu dalam populasi dengan
menggunakan indeks morosita dan melatih keterampilan mahasiswa dalam menerapkan
teknik-teknik sampling organisme dan rumus-rumus sederhana dalam menghitung
pola penyebaran indvidu dalam populasi, maka percbaan ini dilakukan.
I.2. Tujuan Percobaan
Tujuan
pada percobaan ini adalah:
1. Untuk
mengetahui pola penyebaran individu dalam populasi dengan menggunakan Indeks
Morisita.
2. Untuk
melatih keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teknik-teknik sampling
organisme dan rumus-rumus sederhana dalam menghitung pola penyebaran individu
dalam populasi.
I.3. Waktu dan Tempat
Percobaan
Percobaan mengenai Pola Penyebaran
Individu dalam Populasi ini dilaksanakan
pada hari Sabtu tanggal 21 April 2012, pukul 09.00-14.00 WITA, yang bertempat
di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar. Dan pengambilan sampel
dilakukan di Area Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Dalam tubuh kita terdapat
berbagai macam sistem organ. Seluruh sistem itu saling berinteraksi
melaksanakan suatu fungsi dalam tubuh makhluk hidup. Makhluk hidup yang terdiri
atas berbagai sistem organ disebut satu individu. Setiap manusia termasuk
individu. Demikian pula tiap-tiap ekor semut dalam sekelompok semut atau
tiap-tiap ekor domba dalam kawanannya dan tiap pohon teh dalam sebuah
perkebunan (Subardi, 2009).
Kita dikelilingi berbagai
jenis makhluk hidup yang bermacam-macam, misalnya ayam, mangga, pepaya,
kambing, dan lain-lain. Populasi merupakan tingkatan organisasi yang terdiri
atas sekelompok individu sejenis yang menempati ruang dan waktu yang sama.
Apabila berbicara mengenai populasi, kita harus menyebutkan jenis individu yang
dibicarakan dalam batas waktu dan tempat tertentu. Misalnya populasi pohon bakau
di hutan mangrove pada tahun 1990. Kita tidak dapat mengatakan bahwa pohon
bakau yang hidup di hutan mangrove dan di pesisir pantai selatan adalah satu
populasi, karena tempatnya berbeda (Subardi, 2009).
Populasi adalah sekelompok individu spesies yang sama
yang menempati suatu ruang, dan secara kolektif mempunyai sifat yang khas
sebagai suatu kelompok. Sifat kolektif tersebut antara lain adalah kepadatan
populasi, natalitas, mortalitas, dan distribusi umur. Populasi pada umumnya ada
dalam keseimbangan yang dinamis, yang dipengaruhi oleh interaksi berbagai
faktor. Faktor keseimbangan yang mendorong perkembangan populasi antara lain
laju reproduksi, penyebaran, mekanisme pertahanan diri, dan kemampuan bertahan
pada kondisi sulit. Faktor pendorong tersebut berinteraksi pula dengan faktor
penghambat yang antara lain adalah keterbatasan sumber, habitat yang kurang
cocok, kondisi cuaca, persaingan, predator, parasit, dan penyakit. Adapun pola
interaksi spesies antarpopulasi dapat berbentuk interaksi netral, interaksi
negatif, maupun interaksi positif. Berbagai bentuk interaksi tersebut masih
belum semuanya ditemukan oleh manusia, sedangkan gangguan yang terjadi terhadap
interaksi tersebut akan berpengaruh kepada ekosistem secara keseluruhannya
(Taufik, 2009).
Setiap populasi apabila
telah mencapai tingkat kepadatan, kerapatan tertentu, dan dengan keterbatasan
daya dukung lingkungan, akan cenderung mengalami penyebaran. Di tempat yang
baru populasi akan menempati, beradaptasi, dan membentuk keseimbang yang baru kembali.
Dalam melakukan penyebaran, populasi cenderung membentuk kelompok-kelompok dari
ukuran tertentu. Beberapa tipe penyebarannya adalah seragam, acak, dan acak
berkelompok. Berkaitan dengan keterbatasan daya dukung lingkungan, khususnya
ketersediaan sumber daya makanan, ruang, dan lain-lain. Setiap individu
mempunyai kecenderungan untuk mempertahankan daerah wilayahnya (teritorial), dengan
cara terus berada pada wilayahnya masing-masing atau mengisolasikan diri. Pada
hewan tingkat tinggi, isolasi umumnya dilakukan dengan membatasi daerah tempat
kehidupannya dengan daerah pengembaraan (home range) (Sofa, 2008).
Berdasarkan
sifatnya, populasi dapat digolongkan menjadi populasi yang homogen dan
heterogen (Taufik,
2009):
a. Populasi homogen adalah sumber data yang unsur-unsur atau
elemennya memiliki sifat yang mendekati sama sehingga tidak perlu ditetapkan
jumlahnya secara kuantitatif.
b. Populasi heterogen adalah sumber data yang unsur-unsurnya memiliki
sifat yang berbeda (bervariasi) sehingga perlu penetapan batas-batasnya secara
kuantitatif.
Distribusi individu dalam populasi,
sering kali disebut sebagai dispersi atau pola penjarakan (pola penyebaran)
secara umum dapat di bedakan atas 3 pola utama yaitu (Prayogi, 2011):
1. Acak (Random)
Pada pola
sebaran ini peluang suatu individu untuk menempati sesuatu situs dalam area
yang di tempati adalah sama, yang memberikan indikasi bahwa kondisi lingkungan
bersifat seragam. Keacakan berarti pula bahwa kehadiran individu lainnya. Dalam
sebaran statistik, sebaran acak ini ditunjukkan oleh varians (s2) yang sama
dengan rata-rata (x).
2. Teratur (Seragam, unity):
Pola
sebaran ini terjadi apabila diantara individu-individu dalam populasi terjadi
persaingan yang keras atau ada antagonisme positif oleh adanya teritori terjadi
penjarakan yang kurang lebih merata. Pola sebaran teratur ini relatif jarang
terdapat di alam. Lewat pendekatan statistik, pola sebaran teratur ini di
tunjukkan oleh varians (s2) yang lebih kecil dari rata-rata (x).
3. Mengelompok (Teragregasi, Clumped)
Merupakan
pola sebaran yang relatif paling umum terdapat di alam pengelompokan itu
sendiri dapat terjadi oleh karena perkembangbiakan, adanya atraksi sosial dan
lain-lain. Lewat pendekatan statistik, pola sebaran menelompok ini varians (s2)
yang lebih besar dari rata-rata (x).
Dari ketiga kategori ini, rumpun/berkelompok adalah pola
yang paling sering diamati di lam dan merupakan gambaran pertama dari
kemenangan dalam keadaan yang disukai lingkungan. Pada tumbuhan penggerombolan
disebabkan oleh reproduksi vegetatif, susunan benih lokal dan fenomena lain.
Dimana benih-benih cenderung tersusun dalam kelompok. Pada hewan-hewan tingkat
tinggi, agregasi dapat disebabkan oleh pengelompokan sosial. Penyebaran seragam
sering terjadi di alam baik diantara hewan-hewan tingkat rendah dimana adanya
seekor hewan tidak memberikan pengaruh terhadap adanya hewan lain dengan jenis
yang sama. Pada tumbuhan, penyebaran acak seperti ini adalah umum dimana
penyebaran benih disebabkan angin (Michael, 1994).
Pola
penyebaran seragam jarang terdapat pada populasi alami. Yang mendekati keadaan
demikian adalah apabila terjadi penjarangan akibat kompetisi antara individu
yang relatif ketat. Pola penyebaran acak terjadi apabila kondisi lingkungan
bersifat seragam dan tidak adanya kecenderungan individu untuk bersegresi. Pada
umumnya penyebaran acak dari hewan relatif jarang dijumpai di alam.
Kelompok-kelompok ini terjadi akibat respon individu terhadap kondisi-kondisi
local, perubahan cuaca harian atau musiman, proses dari perkembangan seperti
atraksi seksual untuk membentuk pasangan kawin ataupun kelompok induk-anak,
serta atraksi social yang merupakan agregasi aktif dan individu membentuk suatu
organisasi atau koloni tertentu, seperti pada berbagai serangga atau hewan
vertebrata tertentu (Heddy, 1986)
Suatu populasi
memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh individu-individu yang membangun
populasi tesebut. Kekhasan dasar suatu populasi yang menarik bagi seorang
ekolog adalah ukuran dan rapatannya. Jumlah individu dalam populasi mencirikan
ukurannya dan jumlah individu populasi dalam suatu daerah atau satuan volume
adalah rapatannya. Kelahiran (Natalitas), kematian (mortalitas), yang masuk
(imigrasi), dan yang keluar (emigrasi) dari anggota mempengaruhi ukuran dan
rapatan populasi. Kekhasan lain dari populasi yang penting dari segi ekologi
adalah keragaman morfologi dalam suatu populasi alam sebaan umur, komposisi
genetik dan penyebaran individu dalam populasi (Odum, 1993).
Parameter Utama Populasi adalah
(Prayogi, 2011):
1. Natalitas
Merupakan
kemampuan populasi untuk bertambah atau ntukmeningkatkan jumlahnya, melalui
produsi individu baru yang dilahirkan atau ditetaskan dari teliu melalui
aktifitas perkembangan. Laju natalitas: jumlah individu baru per individu atau
per betina per satuan waktu. Ada dua aspek yang berkaitan dengan natalitas ini
antara lain :
a. Fertilitas, tingkat kinerja
perkembangbiakan yang direalisasikan dalm populasi, dan tinggi rendahnya aspek
ini diukur dari jumlah telur yang di ovovivarkan atau jumlah anak yang
dilahirkan.
b. Fekunditas, tingkat kinerja
potensial populasi itu untuk menghasilkan individu baru.
2. Mortalitas
Menunjukkan
kematian individu dalam populasi. Juga dapat dibedakan dalam dua jenis yakni:
a. mortalitas ekologik = mortalitas
yang direalisasikan yakni,matinya individu dibawah kondisi lingkungan tertentu.
b. mortalitas minimum(teoritis), yakni
matinya individu dalam kondisi lingkungan yang ideal, optimum dan mati semata-
mata karena usia tua.
3. Emigrasi, imigrasi dan migrasi
Ketiga
istilah diatas bersangkut paut dengan perpindahan.
a. Emigrasi : perpindahan keluar dari
area suatu populasi.
b. Imigrasi : perpindahan masuk ke
dalam suatu area populasi dan mengakibatkan meningkatkan kerapatan
c. Migrasi : menyangkut perpindahan
(gerakan) periodik berangkat dan kembali dari populasi.
Dalam mengkaji pertumbuhan populasi, beberapa
hal yang perlu diperhatikan
adalah dalam
lingkaran hidup dari organisme terdapat fase lahir, pertumbuhan, dewasa,
tua dan kemudian
mati. Dalam ekologi Boden Heimer (1938) membagi umur hewan
dalam tiga periode,
yaitu fase preduktif, dimana hewan mengalami pertumbuhan yang
cepat tetapi belum
mampu berproduksi, fase reproduksi, dimana hewan mampu
bereproduksi, fase
post reproduksi, dimana hewan tidak mampu lagi bereproduksi yaitu
pada umur tua.
Dengan demikian
struktur umur/ratio umur dalam suatu populasi dapat
menunjukkan suatu
populasi apakah sedang mengalami pertumbuhan yang cepat, stabil,
atau sedang
mengalami penurunan (Setiadi, 1989).
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
III.1. Alat
Alat-alat
yang digunakan pada percobaan ini adalah meteran, patok, plot ukuran 30 cm x 30
cm dan alat tulis-menulis.
III.2.
Bahan
Bahan
yang digunakan pada percobaan ini adalah areal yang akan diamati, dan tali
rafia.
III.3.
Cara Kerja
Cara
kerja pada percobaan ini adalah :
A. Pengambilan
Sampling dengan Metode Plot Acak Berganda :
1. Dipilih
areal komunitas yang akan diamati, kemudian setiap kelompok memilih tempat yang
berbeda sebagai titik awal pengamatan.
2. Ditentukan
ukuran plot yang akan digunakan yaitu 30 cm x 30 cm.
3. Kemudian
Plot disebar pada area pengamatan secara acak dan setiap pengambilan satu kali
sampling dilakukan pengulangan sebanyak 10 kali replikat.
4. Dihitung
semua jumlah individu jenis (khusus hewan) pada petak sampel tersebut.
5. Kemudian,
data yang diperoleh dicatat per petak, untuk selanjutnya dilakukan perhitungan dengan
menggunakan Indeks Morisita.
B. Pengambilan
Sampling dengan Metode Plot Sistematik Berganda :
1. Dipilih
areal komunitas yang akan diamati, kemudian setiap kelompok memilih tempat yang
berbeda sebagai titik awal pengamatan.
2. Ditentukan
ukuran plot yang akan digunakan yaitu 30 cm x 30 cm.
3. Kemudian
Plot disebar pada area pengamatan secara sistematis (teratur) dan setiap
pengambilan satu kali sampling dilakukan pengulangan sebanyak 10 kali replikat.
4. Dihitung
semua jumlah individu jenis (khusus hewan) pada petak sampel tersebut.
5. Kemudian,
data yang diperoleh dicatat per petak, untuk selanjutnya dilakukan perhitungan
perhitungan pola penyebaran populasi dengan menggunakan Indeks Morisita.
DAFTAR
PUSTAKA
Heddy, S.,
1986. Pengantar Ekologi. CV Rajawali. Jakarta.
Michael,
P. E., 1994. Metode
Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Universitas
Indonesia.
Jakarta.
Odum, Eugene., 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Prayogi, 2011. Dinamika Populasi. http://wordpress.com/.
Diakses Diakses pada tanggal 21 April 2012, hari Sabtu, pukul 15.20 WITA,
Makassar.
Setiadi,
D., 1989. Dasar-dasar Ekologi. Pusat
Antar Ilmu Hayat. IPB. Bogor.
Sofa, Pakde., 2008. Sejarah dan Ruang Lingkup
Ekologi dan Ekosistem.
http://massofa.wordpress.com/. Diakses Diakses pada tanggal 21 April 2012, hari
Sabtu, pukul 15.10 WITA, Makassar.
Subardi, 2009. Biologi Jilid I. CV Usaha Makmur. Jakarta.
Taufik, 2009. Komunitas, Populasi, dan Spesies. http://www.pustaka.ut.ac.id/. Diakses
pada tanggal 21 April 2012, hari Sabtu, pukul 15.25 WITA, Makassar.
Umar, Ruslan.,
2012. Penuntun Praktikum Ekologi Umum.
Universitas Hasanuddin. Makassar.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
IV.1.1 Tabel Hasil
Pengamatan dengan Metode Plot Acak
Keterangan :
A = F = K
=
B = G
= L =
C = H
= M =
D = I
= N =
E = J
= O =
IV.1.2
Tabel Hasil Pengamatan dengan Metode Plot Sistematis
Keterangan :
A = Belalang
B = Semut
C = Jangkrik
D = Nyamuk
E = Laba-Laba
IV.2 Analisis Data
IV.2.1
Metode Plot Acak
IV.2.2
Metode Plot Sistematis
A. Pola
penyebaran yang dicari dengan menggunakan Indeks Morisita
B. Menguji
apakah pemerataan acak atau tidak
|
-
|
-
|
1
|
4
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
12
|
28
|
11
|
4
|
1
|
56
|
Keterangan :
A = Belalang
B = Semut
C = Jangkrik
D = Nyamuk
E = Laba-Laba
IV.2 Analisis Data
IV.2.1
Metode Plot Acak
IV.2.2
Metode Plot Sistematis
A. Pola
penyebaran yang dicari dengan menggunakan Indeks Morisita
B. Menguji
apakah pemerataan acak atau tidak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar