Jumat, 02 Januari 2015

Laporan Pola Penyebaran Individu dalam Populasi

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar  Belakang

Suatu populasi memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh individu-individu yang membangun populasi tesebut. Kekhasan dasar suatu populasi yang menarik bagi seorang ekolog adalah ukuran dan rapatannya. Jumlah individu dalam populasi mencirikan ukurannya dan jumlah individu populasi dalam suatu daerah atau satuan volume adalah rapatannya. Kelahiran (Natalitas), kematian (mortalitas), yang masuk (imigrasi), dan yang keluar (emigrasi) dari anggota mempengaruhi ukuran dan rapatan populasi. Kekhasan lain dari populasi yang penting dari segi ekologi adalah keragaman morfologi dalam suatu populasi alam sebaan umur, komposisi genetik dan penyebaran individu dalam populasi (Odum, 1993).          
Penyebaran populasi merupakan pergerakan individu ke dalam atau keluar dari populasi. Penyebaran populasi berperan penting dalam penyebaran secara geografi dari tumbuhan, hewan atau manusia ke suatu daerah dimana mereka belum menempatinya. Penyebaran populasi dapat disebabkan karena dorongan mencari makanan, menghindarkan diri dari predator, pengaruh iklim, terbawa air atau angin, kebiasaan kawin dan faktor fisik lainnya (Umar, 2012).
            Oleh karena itu, untuk mengetahui pola penyebaran individu dalam populasi dengan menggunakan indeks morosita dan melatih keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teknik-teknik sampling organisme dan rumus-rumus sederhana dalam menghitung pola penyebaran indvidu dalam populasi, maka percbaan ini dilakukan.
I.2. Tujuan Percobaan
            Tujuan pada percobaan ini adalah:
1.      Untuk mengetahui pola penyebaran individu dalam populasi dengan menggunakan Indeks Morisita.
2.      Untuk melatih keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teknik-teknik sampling organisme dan rumus-rumus sederhana dalam menghitung pola penyebaran individu dalam populasi.
I.3. Waktu dan Tempat Percobaan
            Percobaan mengenai Pola Penyebaran Individu dalam Populasi ini  dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 21 April 2012, pukul 09.00-14.00 WITA, yang bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar. Dan pengambilan sampel dilakukan di Area Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dalam tubuh kita terdapat berbagai macam sistem organ. Seluruh sistem itu saling berinteraksi melaksanakan suatu fungsi dalam tubuh makhluk hidup. Makhluk hidup yang terdiri atas berbagai sistem organ disebut satu individu. Setiap manusia termasuk individu. Demikian pula tiap-tiap ekor semut dalam sekelompok semut atau tiap-tiap ekor domba dalam kawanannya dan tiap pohon teh dalam sebuah perkebunan (Subardi, 2009).
Kita dikelilingi berbagai jenis makhluk hidup yang bermacam-macam, misalnya ayam, mangga, pepaya, kambing, dan lain-lain. Populasi merupakan tingkatan organisasi yang terdiri atas sekelompok individu sejenis yang menempati ruang dan waktu yang sama. Apabila berbicara mengenai populasi, kita harus menyebutkan jenis individu yang dibicarakan dalam batas waktu dan tempat tertentu. Misalnya populasi pohon bakau di hutan mangrove pada tahun 1990. Kita tidak dapat mengatakan bahwa pohon bakau yang hidup di hutan mangrove dan di pesisir pantai selatan adalah satu populasi, karena tempatnya berbeda (Subardi, 2009).
Populasi adalah sekelompok individu spesies yang sama yang menempati suatu ruang, dan secara kolektif mempunyai sifat yang khas sebagai suatu kelompok. Sifat kolektif tersebut antara lain adalah kepadatan populasi, natalitas, mortalitas, dan distribusi umur. Populasi pada umumnya ada dalam keseimbangan yang dinamis, yang dipengaruhi oleh interaksi berbagai faktor. Faktor keseimbangan yang mendorong perkembangan populasi antara lain laju reproduksi, penyebaran, mekanisme pertahanan diri, dan kemampuan bertahan pada kondisi sulit. Faktor pendorong tersebut berinteraksi pula dengan faktor penghambat yang antara lain adalah keterbatasan sumber, habitat yang kurang cocok, kondisi cuaca, persaingan, predator, parasit, dan penyakit. Adapun pola interaksi spesies antarpopulasi dapat berbentuk interaksi netral, interaksi negatif, maupun interaksi positif. Berbagai bentuk interaksi tersebut masih belum semuanya ditemukan oleh manusia, sedangkan gangguan yang terjadi terhadap interaksi tersebut akan berpengaruh kepada ekosistem secara keseluruhannya (Taufik, 2009).
Setiap populasi apabila telah mencapai tingkat kepadatan, kerapatan tertentu, dan dengan keterbatasan daya dukung lingkungan, akan cenderung mengalami penyebaran. Di tempat yang baru populasi akan menempati, beradaptasi, dan membentuk keseimbang yang baru kembali. Dalam melakukan penyebaran, populasi cenderung membentuk kelompok-kelompok dari ukuran tertentu. Beberapa tipe penyebarannya adalah seragam, acak, dan acak berkelompok. Berkaitan dengan keterbatasan daya dukung lingkungan, khususnya ketersediaan sumber daya makanan, ruang, dan lain-lain. Setiap individu mempunyai kecenderungan untuk mempertahankan daerah wilayahnya (teritorial), dengan cara terus berada pada wilayahnya masing-masing atau mengisolasikan diri. Pada hewan tingkat tinggi, isolasi umumnya dilakukan dengan membatasi daerah tempat kehidupannya dengan daerah pengembaraan (home range) (Sofa, 2008).
Berdasarkan sifatnya, populasi dapat digolongkan menjadi populasi yang homogen dan heterogen (Taufik, 2009):
a.   Populasi homogen adalah sumber data yang unsur-unsur atau elemennya memiliki sifat yang mendekati sama sehingga tidak perlu ditetapkan jumlahnya secara kuantitatif.
b.   Populasi heterogen adalah sumber data yang unsur-unsurnya memiliki sifat yang berbeda (bervariasi) sehingga perlu penetapan batas-batasnya secara kuantitatif.
Distribusi individu dalam populasi, sering kali disebut sebagai dispersi atau pola penjarakan (pola penyebaran) secara umum dapat di bedakan atas 3 pola utama yaitu (Prayogi, 2011):
1.      Acak (Random)
Pada pola sebaran ini peluang suatu individu untuk menempati sesuatu situs dalam area yang di tempati adalah sama, yang memberikan indikasi bahwa kondisi lingkungan bersifat seragam. Keacakan berarti pula bahwa kehadiran individu lainnya. Dalam sebaran statistik, sebaran acak ini ditunjukkan oleh varians (s2) yang sama dengan rata-rata (x).
2.      Teratur (Seragam, unity):
Pola sebaran ini terjadi apabila diantara individu-individu dalam populasi terjadi persaingan yang keras atau ada antagonisme positif oleh adanya teritori terjadi penjarakan yang kurang lebih merata. Pola sebaran teratur ini relatif jarang terdapat di alam. Lewat pendekatan statistik, pola sebaran teratur ini di tunjukkan oleh varians (s2) yang lebih kecil dari rata-rata (x).
3.      Mengelompok (Teragregasi, Clumped)
Merupakan pola sebaran yang relatif paling umum terdapat di alam pengelompokan itu sendiri dapat terjadi oleh karena perkembangbiakan, adanya atraksi sosial dan lain-lain. Lewat pendekatan statistik, pola sebaran menelompok ini varians (s2) yang lebih besar dari rata-rata (x).
Dari ketiga kategori ini, rumpun/berkelompok adalah pola yang paling sering diamati di lam dan merupakan gambaran pertama dari kemenangan dalam keadaan yang disukai lingkungan. Pada tumbuhan penggerombolan disebabkan oleh reproduksi vegetatif, susunan benih lokal dan fenomena lain. Dimana benih-benih cenderung tersusun dalam kelompok. Pada hewan-hewan tingkat tinggi, agregasi dapat disebabkan oleh pengelompokan sosial. Penyebaran seragam sering terjadi di alam baik diantara hewan-hewan tingkat rendah dimana adanya seekor hewan tidak memberikan pengaruh terhadap adanya hewan lain dengan jenis yang sama. Pada tumbuhan, penyebaran acak seperti ini adalah umum dimana penyebaran benih disebabkan angin (Michael, 1994).
Pola penyebaran seragam jarang terdapat pada populasi alami. Yang mendekati keadaan demikian adalah apabila terjadi penjarangan akibat kompetisi antara individu yang relatif ketat. Pola penyebaran acak terjadi apabila kondisi lingkungan bersifat seragam dan tidak adanya kecenderungan individu untuk bersegresi. Pada umumnya penyebaran acak dari hewan relatif jarang dijumpai di alam. Kelompok-kelompok ini terjadi akibat respon individu terhadap kondisi-kondisi local, perubahan cuaca harian atau musiman, proses dari perkembangan seperti atraksi seksual untuk membentuk pasangan kawin ataupun kelompok induk-anak, serta atraksi social yang merupakan agregasi aktif dan individu membentuk suatu organisasi atau koloni tertentu, seperti pada berbagai serangga atau hewan vertebrata tertentu (Heddy, 1986)
Suatu populasi memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh individu-individu yang membangun populasi tesebut. Kekhasan dasar suatu populasi yang menarik bagi seorang ekolog adalah ukuran dan rapatannya. Jumlah individu dalam populasi mencirikan ukurannya dan jumlah individu populasi dalam suatu daerah atau satuan volume adalah rapatannya. Kelahiran (Natalitas), kematian (mortalitas), yang masuk (imigrasi), dan yang keluar (emigrasi) dari anggota mempengaruhi ukuran dan rapatan populasi. Kekhasan lain dari populasi yang penting dari segi ekologi adalah keragaman morfologi dalam suatu populasi alam sebaan umur, komposisi genetik dan penyebaran individu dalam populasi (Odum, 1993).
Parameter Utama Populasi adalah (Prayogi, 2011):
1.      Natalitas
Merupakan kemampuan populasi untuk bertambah atau ntukmeningkatkan jumlahnya, melalui produsi individu baru yang dilahirkan atau ditetaskan dari teliu melalui aktifitas perkembangan. Laju natalitas: jumlah individu baru per individu atau per betina per satuan waktu. Ada dua aspek yang berkaitan dengan natalitas ini antara lain :
a.       Fertilitas, tingkat kinerja perkembangbiakan yang direalisasikan dalm populasi, dan tinggi rendahnya aspek ini diukur dari jumlah telur yang di ovovivarkan atau jumlah anak yang dilahirkan.
b.      Fekunditas, tingkat kinerja potensial populasi itu untuk menghasilkan individu baru.
2.      Mortalitas
Menunjukkan kematian individu dalam populasi. Juga dapat dibedakan dalam dua jenis yakni:
a.       mortalitas ekologik = mortalitas yang direalisasikan yakni,matinya individu dibawah kondisi lingkungan tertentu.
b.      mortalitas minimum(teoritis), yakni matinya individu dalam kondisi lingkungan yang ideal, optimum dan mati semata- mata karena usia tua.
3.      Emigrasi, imigrasi dan migrasi
Ketiga istilah diatas bersangkut paut dengan perpindahan.
a.       Emigrasi : perpindahan keluar dari area suatu populasi.
b.      Imigrasi : perpindahan masuk ke dalam suatu area populasi dan  mengakibatkan meningkatkan kerapatan
c.       Migrasi : menyangkut perpindahan (gerakan) periodik berangkat dan kembali dari populasi.
Dalam mengkaji pertumbuhan populasi, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah dalam lingkaran hidup dari organisme terdapat fase lahir, pertumbuhan, dewasa, tua dan kemudian mati. Dalam ekologi Boden Heimer (1938) membagi umur hewan dalam tiga periode, yaitu fase preduktif, dimana hewan mengalami pertumbuhan yang cepat tetapi belum mampu berproduksi, fase reproduksi, dimana hewan mampu bereproduksi, fase post reproduksi, dimana hewan tidak mampu lagi bereproduksi yaitu pada umur tua. Dengan demikian struktur umur/ratio umur dalam suatu populasi dapat menunjukkan suatu populasi apakah sedang mengalami pertumbuhan yang cepat, stabil, atau sedang mengalami penurunan (Setiadi, 1989).

BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah meteran, patok, plot ukuran 30 cm x 30 cm dan alat tulis-menulis.
III.2. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah areal yang akan diamati, dan tali rafia.
III.3. Cara Kerja
Cara kerja pada percobaan ini adalah :
A.    Pengambilan Sampling dengan Metode Plot Acak Berganda :
1.      Dipilih areal komunitas yang akan diamati, kemudian setiap kelompok memilih tempat yang berbeda sebagai titik awal pengamatan.
2.      Ditentukan ukuran plot yang akan digunakan yaitu 30 cm x 30 cm.
3.      Kemudian Plot disebar pada area pengamatan secara acak dan setiap pengambilan satu kali sampling dilakukan pengulangan sebanyak 10 kali replikat.
4.      Dihitung semua jumlah individu jenis (khusus hewan) pada petak sampel tersebut.
5.      Kemudian, data yang diperoleh dicatat per petak, untuk selanjutnya dilakukan perhitungan dengan menggunakan Indeks Morisita.
B.     Pengambilan Sampling dengan Metode Plot Sistematik Berganda :
1.      Dipilih areal komunitas yang akan diamati, kemudian setiap kelompok memilih tempat yang berbeda sebagai titik awal pengamatan.
2.      Ditentukan ukuran plot yang akan digunakan yaitu 30 cm x 30 cm.
3.      Kemudian Plot disebar pada area pengamatan secara sistematis (teratur) dan setiap pengambilan satu kali sampling dilakukan pengulangan sebanyak 10 kali replikat.
4.      Dihitung semua jumlah individu jenis (khusus hewan) pada petak sampel tersebut.
5.      Kemudian, data yang diperoleh dicatat per petak, untuk selanjutnya dilakukan perhitungan perhitungan pola penyebaran populasi dengan menggunakan Indeks Morisita.






DAFTAR PUSTAKA
Heddy, S., 1986.  Pengantar Ekologi. CV Rajawali. Jakarta.
Michael, P. E., 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.  Universitas Indonesia. Jakarta.
Odum, Eugene., 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Prayogi, 2011. Dinamika Populasi. http://wordpress.com/. Diakses Diakses pada tanggal 21 April 2012, hari Sabtu, pukul 15.20 WITA, Makassar.

Setiadi, D., 1989. Dasar-dasar Ekologi. Pusat Antar Ilmu Hayat. IPB. Bogor.

Sofa, Pakde., 2008. Sejarah dan Ruang Lingkup Ekologi dan Ekosistem. http://massofa.wordpress.com/. Diakses Diakses pada tanggal 21 April 2012, hari Sabtu, pukul 15.10 WITA, Makassar.

Subardi, 2009. Biologi Jilid I. CV Usaha Makmur. Jakarta.

Taufik, 2009. Komunitas, Populasi, dan Spesies. http://www.pustaka.ut.ac.id/. Diakses pada tanggal 21 April 2012, hari Sabtu, pukul 15.25 WITA, Makassar.
Umar, Ruslan., 2012. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin. Makassar.








BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
IV.1.1 Tabel Hasil Pengamatan dengan Metode Plot Acak
No.
Jenis Hewan
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
1
13
1
1
1











16
2



32
4










36
3


-
-
-
1









1
4



43
-

1








44
5

-
2
-
5


2







9
6

-
-
1
1



1
1





4
7


1

-





1




2
8


-
2
-






1
1
1

5
9


1












1
10



11
1


1






1
14
13
1
5
90
11
1
1
3
1
1
1
1
1
1
1
132

Keterangan :
A =                              F  =                              K =
B =                              G =                              L =
C =                              H =                              M =
D =                              I =                               N =
E =                              J =                               O =
IV.1.2 Tabel Hasil Pengamatan dengan Metode Plot Sistematis
No.
Jenis Hewan
A
B
C
D
E
1
-
7
2
-
-
9
2
2
4
-
1
-
7
3
2
-
-
-
-
2
4
1
2
1
1
-
5
5
-
-
2
-
-
2
6
5
1
1
-
-
7
7
-
2
3
1
-
6
8
-
5
-
1
-
6
9
1
5
2
-
-
8
10
1
2BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar  Belakang

Suatu populasi memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh individu-individu yang membangun populasi tesebut. Kekhasan dasar suatu populasi yang menarik bagi seorang ekolog adalah ukuran dan rapatannya. Jumlah individu dalam populasi mencirikan ukurannya dan jumlah individu populasi dalam suatu daerah atau satuan volume adalah rapatannya. Kelahiran (Natalitas), kematian (mortalitas), yang masuk (imigrasi), dan yang keluar (emigrasi) dari anggota mempengaruhi ukuran dan rapatan populasi. Kekhasan lain dari populasi yang penting dari segi ekologi adalah keragaman morfologi dalam suatu populasi alam sebaan umur, komposisi genetik dan penyebaran individu dalam populasi (Odum, 1993).          
Penyebaran populasi merupakan pergerakan individu ke dalam atau keluar dari populasi. Penyebaran populasi berperan penting dalam penyebaran secara geografi dari tumbuhan, hewan atau manusia ke suatu daerah dimana mereka belum menempatinya. Penyebaran populasi dapat disebabkan karena dorongan mencari makanan, menghindarkan diri dari predator, pengaruh iklim, terbawa air atau angin, kebiasaan kawin dan faktor fisik lainnya (Umar, 2012).
            Oleh karena itu, untuk mengetahui pola penyebaran individu dalam populasi dengan menggunakan indeks morosita dan melatih keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teknik-teknik sampling organisme dan rumus-rumus sederhana dalam menghitung pola penyebaran indvidu dalam populasi, maka percbaan ini dilakukan.
I.2. Tujuan Percobaan
            Tujuan pada percobaan ini adalah:
1.      Untuk mengetahui pola penyebaran individu dalam populasi dengan menggunakan Indeks Morisita.
2.      Untuk melatih keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teknik-teknik sampling organisme dan rumus-rumus sederhana dalam menghitung pola penyebaran individu dalam populasi.
I.3. Waktu dan Tempat Percobaan
            Percobaan mengenai Pola Penyebaran Individu dalam Populasi ini  dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 21 April 2012, pukul 09.00-14.00 WITA, yang bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar. Dan pengambilan sampel dilakukan di Area Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dalam tubuh kita terdapat berbagai macam sistem organ. Seluruh sistem itu saling berinteraksi melaksanakan suatu fungsi dalam tubuh makhluk hidup. Makhluk hidup yang terdiri atas berbagai sistem organ disebut satu individu. Setiap manusia termasuk individu. Demikian pula tiap-tiap ekor semut dalam sekelompok semut atau tiap-tiap ekor domba dalam kawanannya dan tiap pohon teh dalam sebuah perkebunan (Subardi, 2009).
Kita dikelilingi berbagai jenis makhluk hidup yang bermacam-macam, misalnya ayam, mangga, pepaya, kambing, dan lain-lain. Populasi merupakan tingkatan organisasi yang terdiri atas sekelompok individu sejenis yang menempati ruang dan waktu yang sama. Apabila berbicara mengenai populasi, kita harus menyebutkan jenis individu yang dibicarakan dalam batas waktu dan tempat tertentu. Misalnya populasi pohon bakau di hutan mangrove pada tahun 1990. Kita tidak dapat mengatakan bahwa pohon bakau yang hidup di hutan mangrove dan di pesisir pantai selatan adalah satu populasi, karena tempatnya berbeda (Subardi, 2009).
Populasi adalah sekelompok individu spesies yang sama yang menempati suatu ruang, dan secara kolektif mempunyai sifat yang khas sebagai suatu kelompok. Sifat kolektif tersebut antara lain adalah kepadatan populasi, natalitas, mortalitas, dan distribusi umur. Populasi pada umumnya ada dalam keseimbangan yang dinamis, yang dipengaruhi oleh interaksi berbagai faktor. Faktor keseimbangan yang mendorong perkembangan populasi antara lain laju reproduksi, penyebaran, mekanisme pertahanan diri, dan kemampuan bertahan pada kondisi sulit. Faktor pendorong tersebut berinteraksi pula dengan faktor penghambat yang antara lain adalah keterbatasan sumber, habitat yang kurang cocok, kondisi cuaca, persaingan, predator, parasit, dan penyakit. Adapun pola interaksi spesies antarpopulasi dapat berbentuk interaksi netral, interaksi negatif, maupun interaksi positif. Berbagai bentuk interaksi tersebut masih belum semuanya ditemukan oleh manusia, sedangkan gangguan yang terjadi terhadap interaksi tersebut akan berpengaruh kepada ekosistem secara keseluruhannya (Taufik, 2009).
Setiap populasi apabila telah mencapai tingkat kepadatan, kerapatan tertentu, dan dengan keterbatasan daya dukung lingkungan, akan cenderung mengalami penyebaran. Di tempat yang baru populasi akan menempati, beradaptasi, dan membentuk keseimbang yang baru kembali. Dalam melakukan penyebaran, populasi cenderung membentuk kelompok-kelompok dari ukuran tertentu. Beberapa tipe penyebarannya adalah seragam, acak, dan acak berkelompok. Berkaitan dengan keterbatasan daya dukung lingkungan, khususnya ketersediaan sumber daya makanan, ruang, dan lain-lain. Setiap individu mempunyai kecenderungan untuk mempertahankan daerah wilayahnya (teritorial), dengan cara terus berada pada wilayahnya masing-masing atau mengisolasikan diri. Pada hewan tingkat tinggi, isolasi umumnya dilakukan dengan membatasi daerah tempat kehidupannya dengan daerah pengembaraan (home range) (Sofa, 2008).
Berdasarkan sifatnya, populasi dapat digolongkan menjadi populasi yang homogen dan heterogen (Taufik, 2009):
a.   Populasi homogen adalah sumber data yang unsur-unsur atau elemennya memiliki sifat yang mendekati sama sehingga tidak perlu ditetapkan jumlahnya secara kuantitatif.
b.   Populasi heterogen adalah sumber data yang unsur-unsurnya memiliki sifat yang berbeda (bervariasi) sehingga perlu penetapan batas-batasnya secara kuantitatif.
Distribusi individu dalam populasi, sering kali disebut sebagai dispersi atau pola penjarakan (pola penyebaran) secara umum dapat di bedakan atas 3 pola utama yaitu (Prayogi, 2011):
1.      Acak (Random)
Pada pola sebaran ini peluang suatu individu untuk menempati sesuatu situs dalam area yang di tempati adalah sama, yang memberikan indikasi bahwa kondisi lingkungan bersifat seragam. Keacakan berarti pula bahwa kehadiran individu lainnya. Dalam sebaran statistik, sebaran acak ini ditunjukkan oleh varians (s2) yang sama dengan rata-rata (x).
2.      Teratur (Seragam, unity):
Pola sebaran ini terjadi apabila diantara individu-individu dalam populasi terjadi persaingan yang keras atau ada antagonisme positif oleh adanya teritori terjadi penjarakan yang kurang lebih merata. Pola sebaran teratur ini relatif jarang terdapat di alam. Lewat pendekatan statistik, pola sebaran teratur ini di tunjukkan oleh varians (s2) yang lebih kecil dari rata-rata (x).
3.      Mengelompok (Teragregasi, Clumped)
Merupakan pola sebaran yang relatif paling umum terdapat di alam pengelompokan itu sendiri dapat terjadi oleh karena perkembangbiakan, adanya atraksi sosial dan lain-lain. Lewat pendekatan statistik, pola sebaran menelompok ini varians (s2) yang lebih besar dari rata-rata (x).
Dari ketiga kategori ini, rumpun/berkelompok adalah pola yang paling sering diamati di lam dan merupakan gambaran pertama dari kemenangan dalam keadaan yang disukai lingkungan. Pada tumbuhan penggerombolan disebabkan oleh reproduksi vegetatif, susunan benih lokal dan fenomena lain. Dimana benih-benih cenderung tersusun dalam kelompok. Pada hewan-hewan tingkat tinggi, agregasi dapat disebabkan oleh pengelompokan sosial. Penyebaran seragam sering terjadi di alam baik diantara hewan-hewan tingkat rendah dimana adanya seekor hewan tidak memberikan pengaruh terhadap adanya hewan lain dengan jenis yang sama. Pada tumbuhan, penyebaran acak seperti ini adalah umum dimana penyebaran benih disebabkan angin (Michael, 1994).
Pola penyebaran seragam jarang terdapat pada populasi alami. Yang mendekati keadaan demikian adalah apabila terjadi penjarangan akibat kompetisi antara individu yang relatif ketat. Pola penyebaran acak terjadi apabila kondisi lingkungan bersifat seragam dan tidak adanya kecenderungan individu untuk bersegresi. Pada umumnya penyebaran acak dari hewan relatif jarang dijumpai di alam. Kelompok-kelompok ini terjadi akibat respon individu terhadap kondisi-kondisi local, perubahan cuaca harian atau musiman, proses dari perkembangan seperti atraksi seksual untuk membentuk pasangan kawin ataupun kelompok induk-anak, serta atraksi social yang merupakan agregasi aktif dan individu membentuk suatu organisasi atau koloni tertentu, seperti pada berbagai serangga atau hewan vertebrata tertentu (Heddy, 1986)
Suatu populasi memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh individu-individu yang membangun populasi tesebut. Kekhasan dasar suatu populasi yang menarik bagi seorang ekolog adalah ukuran dan rapatannya. Jumlah individu dalam populasi mencirikan ukurannya dan jumlah individu populasi dalam suatu daerah atau satuan volume adalah rapatannya. Kelahiran (Natalitas), kematian (mortalitas), yang masuk (imigrasi), dan yang keluar (emigrasi) dari anggota mempengaruhi ukuran dan rapatan populasi. Kekhasan lain dari populasi yang penting dari segi ekologi adalah keragaman morfologi dalam suatu populasi alam sebaan umur, komposisi genetik dan penyebaran individu dalam populasi (Odum, 1993).
Parameter Utama Populasi adalah (Prayogi, 2011):
1.      Natalitas
Merupakan kemampuan populasi untuk bertambah atau ntukmeningkatkan jumlahnya, melalui produsi individu baru yang dilahirkan atau ditetaskan dari teliu melalui aktifitas perkembangan. Laju natalitas: jumlah individu baru per individu atau per betina per satuan waktu. Ada dua aspek yang berkaitan dengan natalitas ini antara lain :
a.       Fertilitas, tingkat kinerja perkembangbiakan yang direalisasikan dalm populasi, dan tinggi rendahnya aspek ini diukur dari jumlah telur yang di ovovivarkan atau jumlah anak yang dilahirkan.
b.      Fekunditas, tingkat kinerja potensial populasi itu untuk menghasilkan individu baru.
2.      Mortalitas
Menunjukkan kematian individu dalam populasi. Juga dapat dibedakan dalam dua jenis yakni:
a.       mortalitas ekologik = mortalitas yang direalisasikan yakni,matinya individu dibawah kondisi lingkungan tertentu.
b.      mortalitas minimum(teoritis), yakni matinya individu dalam kondisi lingkungan yang ideal, optimum dan mati semata- mata karena usia tua.
3.      Emigrasi, imigrasi dan migrasi
Ketiga istilah diatas bersangkut paut dengan perpindahan.
a.       Emigrasi : perpindahan keluar dari area suatu populasi.
b.      Imigrasi : perpindahan masuk ke dalam suatu area populasi dan  mengakibatkan meningkatkan kerapatan
c.       Migrasi : menyangkut perpindahan (gerakan) periodik berangkat dan kembali dari populasi.
Dalam mengkaji pertumbuhan populasi, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah dalam lingkaran hidup dari organisme terdapat fase lahir, pertumbuhan, dewasa, tua dan kemudian mati. Dalam ekologi Boden Heimer (1938) membagi umur hewan dalam tiga periode, yaitu fase preduktif, dimana hewan mengalami pertumbuhan yang cepat tetapi belum mampu berproduksi, fase reproduksi, dimana hewan mampu bereproduksi, fase post reproduksi, dimana hewan tidak mampu lagi bereproduksi yaitu pada umur tua. Dengan demikian struktur umur/ratio umur dalam suatu populasi dapat menunjukkan suatu populasi apakah sedang mengalami pertumbuhan yang cepat, stabil, atau sedang mengalami penurunan (Setiadi, 1989).




















BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah meteran, patok, plot ukuran 30 cm x 30 cm dan alat tulis-menulis.
III.2. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah areal yang akan diamati, dan tali rafia.
III.3. Cara Kerja
Cara kerja pada percobaan ini adalah :
A.    Pengambilan Sampling dengan Metode Plot Acak Berganda :
1.      Dipilih areal komunitas yang akan diamati, kemudian setiap kelompok memilih tempat yang berbeda sebagai titik awal pengamatan.
2.      Ditentukan ukuran plot yang akan digunakan yaitu 30 cm x 30 cm.
3.      Kemudian Plot disebar pada area pengamatan secara acak dan setiap pengambilan satu kali sampling dilakukan pengulangan sebanyak 10 kali replikat.
4.      Dihitung semua jumlah individu jenis (khusus hewan) pada petak sampel tersebut.
5.      Kemudian, data yang diperoleh dicatat per petak, untuk selanjutnya dilakukan perhitungan dengan menggunakan Indeks Morisita.
B.     Pengambilan Sampling dengan Metode Plot Sistematik Berganda :
1.      Dipilih areal komunitas yang akan diamati, kemudian setiap kelompok memilih tempat yang berbeda sebagai titik awal pengamatan.
2.      Ditentukan ukuran plot yang akan digunakan yaitu 30 cm x 30 cm.
3.      Kemudian Plot disebar pada area pengamatan secara sistematis (teratur) dan setiap pengambilan satu kali sampling dilakukan pengulangan sebanyak 10 kali replikat.
4.      Dihitung semua jumlah individu jenis (khusus hewan) pada petak sampel tersebut.
5.      Kemudian, data yang diperoleh dicatat per petak, untuk selanjutnya dilakukan perhitungan perhitungan pola penyebaran populasi dengan menggunakan Indeks Morisita.






DAFTAR PUSTAKA
Heddy, S., 1986.  Pengantar Ekologi. CV Rajawali. Jakarta.
Michael, P. E., 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.  Universitas Indonesia. Jakarta.
Odum, Eugene., 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Prayogi, 2011. Dinamika Populasi. http://wordpress.com/. Diakses Diakses pada tanggal 21 April 2012, hari Sabtu, pukul 15.20 WITA, Makassar.

Setiadi, D., 1989. Dasar-dasar Ekologi. Pusat Antar Ilmu Hayat. IPB. Bogor.

Sofa, Pakde., 2008. Sejarah dan Ruang Lingkup Ekologi dan Ekosistem. http://massofa.wordpress.com/. Diakses Diakses pada tanggal 21 April 2012, hari Sabtu, pukul 15.10 WITA, Makassar.

Subardi, 2009. Biologi Jilid I. CV Usaha Makmur. Jakarta.

Taufik, 2009. Komunitas, Populasi, dan Spesies. http://www.pustaka.ut.ac.id/. Diakses pada tanggal 21 April 2012, hari Sabtu, pukul 15.25 WITA, Makassar.
Umar, Ruslan., 2012. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin. Makassar.








BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
IV.1.1 Tabel Hasil Pengamatan dengan Metode Plot Acak
No.
Jenis Hewan
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
1
13
1
1
1











16
2



32
4










36
3


-
-
-
1









1
4



43
-

1








44
5

-
2
-
5


2







9
6

-
-
1
1



1
1





4
7


1

-





1




2
8


-
2
-






1
1
1

5
9


1












1
10



11
1


1






1
14
13
1
5
90
11
1
1
3
1
1
1
1
1
1
1
132

Keterangan :
A =                              F  =                              K =
B =                              G =                              L =
C =                              H =                              M =
D =                              I =                               N =
E =                              J =                               O =
IV.1.2 Tabel Hasil Pengamatan dengan Metode Plot Sistematis
No.
Jenis Hewan
A
B
C
D
E
1
-
7
2
-
-
9
2
2
4
-
1
-
7
3
2
-
-
-
-
2
4
1
2
1
1
-
5
5
-
-
2
-
-
2
6
5
1
1
-
-
7
7
-
2
3
1
-
6
8
-
5
-
1
-
6
9
1
5
2
-
-
8
10
1
2
-
-
1
4
12
28
11
4
1
56

Keterangan :
A = Belalang
B = Semut
C = Jangkrik
D = Nyamuk
E = Laba-Laba
IV.2 Analisis Data
IV.2.1 Metode Plot Acak
IV.2.2 Metode Plot Sistematis
A.    Pola penyebaran yang dicari dengan menggunakan Indeks Morisita
 (Terdistribusi Mengelompok)
B.     Menguji apakah pemerataan acak atau tidak

-
-
1
4
12
28
11
4
1
56

Keterangan :
A = Belalang
B = Semut
C = Jangkrik
D = Nyamuk
E = Laba-Laba
IV.2 Analisis Data
IV.2.1 Metode Plot Acak
IV.2.2 Metode Plot Sistematis
A.    Pola penyebaran yang dicari dengan menggunakan Indeks Morisita
 (Terdistribusi Mengelompok)
B.     Menguji apakah pemerataan acak atau tidak


Tidak ada komentar:

Posting Komentar