BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Gen dalam kromosom terletak pada manik-manik yang disebut
kromomer atau nukleosom. Manik-manik ini berjejer lurus (linear) sepanjang
poros kromatin, oleh karena itu, disebut bahwa letak gen pada kromatin linear
pula, tidak berselang-seling berdempet atau berdampingan. Letak gen pada
kromosm disebut lokus. Lokus itu tetap, jika terjadi mutasi (perubahan) bagian
yang berubah adalah susunan kimianya, bukan pada lokus gen keseluruhan.
Kromosom pada tubuh umunya selalu berpasangan, maka gen juga
digambarkan sepasang. Kromosom Homolog memiliki kandungan gen yang sama pula. Gen-gen
yang membawa sifat bagian tubuh yang sama dan lokusnya bersesuaian disebut gen
homolog. Lokus tertentu dapat mengandung satu gen atau lebih. Lokus ini
ditentukan beberapa jaraknya dari sentromer yang satuannya disebut unit atau mM
(milimorgan).
Gen merupakan sepenggal DNA, di mana DNA merupakan tempat
penyimpanan informasi genetika yang akan diwariskan kepada keturunannya.
Nantinya gen akan mengarahkan pembentukan protein yang dibutuhkan oleh tubuh
kita agar dapat berfungsi dengan baik. Cara penyusunan molekul DNA dan protein
sebenarnya cukup rumit. Pengemasan DNA dalam kromosom terjadi pada tahap
profase. Secara ringkas pengemasan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
Untai DNA dipintal pada suatu set protein, yaitu histon yang menjadi suatu
bentukan yang disebut unit nukleosom. Unit-unit nukleosom tersusun padat
membentuk benang yang lebih padat dan terpintal menjadi lipatan-lipatan
solenoid. Lipatan solenoid tersusun padat menjadi benang kromatin.
Benang-benang kromatin tersusun memadat menjadi lengan kromatid. Lengan
kromatid kembar disebut kromosom.
Oleh karena itu, untuk mengethaui lebih lanjut mengenai
bagaimana proses pengepakan DNA dan pengemasan DNA dalam kromosom maka
dibuatlah makalah ini.
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
1.
Bagaimanakah proses pengepakan dan
pengemasan DNA?
2.
Bagaimanakah teknik untuk mengetahui
tumpukan basa pada suatu DNA?
C.
Tujuan
Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah:
1.
Untuk mengetahui proses pengepakan dan
pengemasan DNA.
2.
Untuk mengetahui teknik mengetahui
tumpukan basa pada suatu DNA.
D.
Manfaat
Penulisan
Penulisan
makalah yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1.
Untuk mengembangkan wawasan ilmu dan mendukung
teori-teori yang sudah ada yang berkaitan dengan bidang kependidikan.
2.
Untuk melatih dan mengembangkan kemampuan dan
keterampilan yang dimiliki penulis
dalam menulis karya-karya ilmiah yang berhubungan dengan program studi yang
ditekuni.
BAB II
ISI
Kromosom tersusun atas molekul DNA yang membawa informasi
genetik, oleh karena itu kromosom mempunyai arti penting dalam genetika. Nama
kromosom diberikan oleh Waldeyer pada tahun 1888, sedang Morgan dalam tahun 1933 menemukan fungsi
kromosom dalam pemindahan materi-materi genetik. DNA merupakan persenyawaan
kimia pembawa materi genetik. Di dalam kromosom terdapat 35% DNA dari
keseluruhan kromosom. DNA merupakan molekul hidup dan dapat mengadakan replikasi
(menggandakan diri). Karena mengandung molekul DNA, kromosom pun dapat
menggandakan diri.
DNA
merupakan tempat penyimpanan informasi genetika yang akan diwariskan kepada
keturunannya. Kromosom dikatakan sebagai benang pembawa sifat karena
sifat-sifat makhluk hidup pada dasarnya tersimpan di dalam DNA yang terdapat di
dalam kromosom.
Kromosom
pada organisme prokariotik ada yang berupa RNA saja. Ini dapat dijumpai pada
virus mozaik (tembakau). Kromosom dapat pula berupa DNA saja misalnya pada
virus T dan dapat pula mengandung keduanya yaitu DNA dan RNA seperti pada
bakteri Escherichia coli.
Gen merupakan
sepenggal DNA, di mana DNA merupakan tempat penyimpanan informasi genetika yang
akan diwariskan kepada keturunannya. Nantinya gen akan mengarahkan pembentukan
protein yang dibutuhkan oleh tubuh kita agar dapat berfungsi dengan baik. Cara
penyusunan molekul DNA dan protein sebenarnya cukup rumit. Pengemasan DNA dalam
kromosom terjadi pada tahap profase. Secara ringkas pengemasan tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut. Untai DNA dipintal pada suatu set protein, yaituhiston yang menjadi suatu bentukan yang
disebut unit nukleosom.
Unit-unit nukleosom tersusun padat membentuk benang yang lebih padat dan
terpintal menjadi lipatan-lipatan solenoid.
Lipatan solenoid tersusun padat menjadi benang kromatin. Benang-benang
kromatin tersusun memadat menjadi lengan kromatid.
Lengan kromatid kembar disebut kromosom.
A. Struktur
Molekuler Kromosom Prokariot
Gambar 1. Struktur skematik
kromosom E. Coli
Gambaran
umum genom prokariot dapat diwakili oleh kromosom E. coli, yang
merupakan gulungan DNA tunggal berbentuk sirkuler tertutup sepanjang 4,6 x
106 pb. DNA tersebut dikemas di suatu tempat di dalam sel yang dinamakan
nukleoid. Di tempat ini terdapat konsentrasi DNA yang sangat tinggi,
mungkin mencapai 30 hingga 50 mg/ml, dan semua protein yang berhubungan
dengan DNA seperti polimerase, represor, dan lain sebagainya.
Percobaan-percobaan yang memungkinkan
isolasi DNA E. coli dari semua protein yang melekat padanya serta
pengamatan melalui mikroskop elektron dapat menunjukkan satu tingkat organisasi
nukleoid. Ternyata, DNA terdiri atas 50 hingga 100 domain atau kala (loop),
yang ujung-ujungnya dipersatukan oleh suatu struktur yang diduga terdiri
atas protein-protein terikat membran plasma. Masing-masing kala tersebut
berukuran lebih kurang 50 hingga 100 kb. Belum diketahui apakah kala
bersifat statis atau dinamis, tetapi ada satu model yang menyebutkan bahwa
DNA mungkin berputar-putar melalui struktur pemersatu yang ada di dasar
kala tersebut.
Kromosom
E. coli secara keseluruhan mengalami superkoiling negative
(berkebalikan dengan arah putaran heliks untai ganda DNA) meskipun ada
bukti bahwa masing-masing domain dapat mengalami superkoiling secara
independen. Bahkan, gambaran mikrograf elektron menunjukkan bahwa beberapa
domain tidak mengalami superkoiling, mungkin karena salah satu untai
DNAnya patah.
Protein-protein
terikat membran plasma yang terdapat pada struktur pemersatu domain
ada beberapa macam. Protein yang paling banyak dijumpai adalah HU, suatu
protein dimerik (mempunyai dua subunit) yang bersifat basa dan H-NS (dulu
disebut H1), suatu protein monomerik netral. Kedua-duanya mengikat DNA
secara nonspesifik dalam arti tidak bergantung kepada sekuens tertentu,
dan sering dikatakan sebagai protein mirip histon. Akibat pengikatan oleh kedua
protein tersebut DNA menjadi kompak. Hal ini sangat penting bagi
pengemasan DNA di dalam nukleoid dan stabilisasi superkoiling
kromosom.
B. Struktur
Molekuler Kromosom Eukariot
Berbeda dengan
DNA prokariot yang berbentuk sirkuler tertutup, DNA eukariot merupakan molekul
linier yang sangat panjang. Panjang DNA eukariot di dalam nukleus jauh melebihi
ukuran nukleus itu sendiri. Oleh karenanya, agar dapat dikemas di dalam
nukleus, DNA harus dimampatkan dengan suatu cara. Derajad pemampatan
(kondensasi) DNA dinyatakan sebagai nisbah pengepakan (packing
ratio)-nya, yaitu panjang molekul DNA dibagi dengan panjang
pengepakannya. Sebagai contoh, kromosom manusia yang terpendek, yaitu kromosom
nomor 21, berisi 4,6 x 107 pb DNA (sekitar 10 kali ukuran genom E.
coli). Ukuran DNA kromosom ini setara dengan panjang 14.000 μm jika DNA
ditarik lurus. Pada kondisi yang paling mampat, yaitu selama mitosis, kromosom
tersebut panjangnya hanya sekitar 2 μm. Angka ini memberikan nisbah pengepakan
sebesar 7.000 (14.000/2) (James Case F.James, Vernon Estiers. 1971).
Untuk mencapai
nisbah pengepakan totalnya, DNA tidak langsung dikemas ke dalam struktur
terakhirnya (kromatin). Pengemasan DNA dilakukan melalui sejumlah tingkatan
organisasi kromosom. Tingkatan yang pertama diperoleh ketika DNA melilit-lilit
di sekeliling sumbu protein sehingga menghasilkan struktur seperti manik-manik
yang disebut nukleosom. Pada tingkatan ini terdapat nisbah
pengepakan sebesar 6. Tingkatan yang kedua adalah pemutaran sejumlah nukleosom
membentuk struktur heliks yang disebut serabut 30 nm. Struktur
serabut 30 nm dijumpai baik pada kromatin interfase maupun pada kromosom
mitosis. Dengan struktur ini nisbah pengepakan DNA meningkat menjadi sekitar
40. Pengemasan terakhir terjadi ketika serabut 30 nm tersusun dalam sejumlah
kala, struktur tangga, dan domain, yang memberikan nisbah pengepakan tertinggi
sebesar lebih kurang 1.000 pada kromatin interfase dan 10.000 pada kromosom
mitosis (Lud Waluyo M Kes. 2005).
Kromosom
eukariot terdiri atas suatu kompleks DNA-protein yang tersusun sangat kompak
sehingga memungkinkan DNA yang ukurannya begitu panjang tersimpan di dalam
nukleus. Istilah bagi struktur dasar kromosom adalah kromatin, sedangkan satuan
dasar kromatin adalah nukleosom. Dengan demikian, kromatin merupakan satuan
analisis kromosom yang menggambarkan struktur umum kromosom (Lud Waluyo M
Kes. 2005).
Berbeda dengan DNA prokariot yang berbentuk sirkuler
tertutup, DNA eukariot merupakan molekul linier yang sangat panjang. Panjang
DNA eukariot di dalam nukleus jauh melebihi ukuran nukleus itu sendiri. Oleh
karenanya, agar dapat dikemas di dalam nukleus, DNA harus dimampatkan dengan
suatu cara. Derajad pemampatan (kondensasi) DNA dinyatakan sebagai nisbah
pengepakan (packing ratio)-nya, yaitu panjang molekul
DNA dibagi dengan panjang pengepakannya. Sebagai contoh, kromosom manusia yang
terpendek, yaitu kromosom nomor 21, berisi 4,6 x 107 pb DNA
(sekitar 10 kali ukuran genom E. coli). Ukuran DNA kromosom ini
setara dengan panjang 14.000 μm jika DNA ditarik lurus. Pada kondisi yang
paling mampat, yaitu selama mitosis, kromosom tersebut panjangnya hanya sekitar
2 μm. Angka ini memberikan nisbah pengepakan sebesar 7.000 (14.000/2).
1.
Nukleosom atau manik-manik
dironce
Pada mikrofag elektron kromatin yang tak menggulung
berdiameter 10nm (serat 10nm). Kromatin itu menyerupai manik-manik yang
dironce. Setiap manik-manik merupakan nukleosom, unit dasar pengemasan DNA.
Benang diantara manik-manik disebut DNA penaut ( linker DNA).
Nukleosom terdiri atas DNA yang melilit dua kali
disekeliling protein yang terdiri atas dua molekul, masing-masing dari empat
tife histon. Ujung amino ( N – terminus ) setiap histon ( ekor histon )
menjulur keluar dari nukleosom. Pada siklus sel histon meninggalkan DNA hanya
sejenak saat replikasi. Umumnya histon melakukan hal yang sama saat ekspresi
gen, proses lain yang membutuhkan proses akses ke DNA oleh mekanisme molekular
sel.
Nukleosom dijumpai pada semua kromosom eukariot. Telah
dikatakan di atas bahwa nukleosom merupakan struktur yang paling sederhana
dalam pengemasan DNA eukariot. Pengemasan terjadi dengan cara pelilitan DNA di
sekeliling sumbu nukleosom, yang merupakan oktamer protein basa berukuran kecil
dan disebut histon sumbu. Protein histon sumbu ini bersifat basa atau
bermuatan positif karena banyak mengandung asam amino arginin dan lisin.
Setiap untai DNA sepanjang 146 pb
mengelilingi satu sumbu nukleosom, sementara bagian-bagian DNA lainnya menjadi
penghubung (linker) antara satu sumbu
nukleosom dan sumbu nukleosom berikutnya. Pelilitan DNA di sekeliling sumbu
nukleosom berlangsung dengan arah ke kiri atau terjadi superkoiling negatif.
Pelilitan terjadi demikian kuat karena DNA bermuatan negatif, sedangkan histon
sumbu bermuatan positif.
2.
Protein Histon
Keterangan
: a | The core proteins of nucleosomes are designated H2A
(histone 2A), H2B (histone 2B), H3 (histone 3) and H4 (histone 4). Each histone
is present in two copies, so the DNA (black) wraps around an octamer of
histones — the core nucleosome. b | The amino-terminal tails of core
histones. Lysines (K) in the amino-terminal tails of histones H2A, H2B, H3 and
H4 are potential acetylation/deacetylation sites for histone acetyltransferases
(HATs) and histone deacetylases (HDACs). Acetylation neutralizes the charge on
lysines. A, acetyl; C, carboxyl terminus; E, glutamic acid; M, methyl; N, amino
terminus; P, phosphate; S, serine; Ub, ubiquitin.
Ada dua jenis protein yang mengikat DNA, yakni protein
histon (hanya pada eukaryot) dan protein non histon. Kedua jenis protein dan
DNA membentuk kromatin. Histon merupakan protein molekul kecil yang mengandung
banyak asam amino bermuatan positif (lisin dan arginin). Asam amino bermuatan
positif ini memungkinkan molekul histon untuk berikatan dengan DNA (gugus
fosfat DNA: bermuatan negatif).
Terdapat 2
kelompok histon yakni:
a.
Histon
nukleosom, merupakan molekul kecil (102-135 asam amino) berperan untuk membuat
putaran (‘coil’) DNA. 4 histon nukleosom : H2A, H2B, H3, H4.
b.
Histon H1, merupakan
molekulnya lebih besar : + 220 asam amino, berperan dalam pengikatan antar
nuleosom.
Ada empat
macam histon sumbu yang menyusun sumbu nukleosom, yaitu H2A, H2B, H3, dan
H4. Keempatnya sangat mirip pada eukariota. Misalnya, hampir semua kecuali dua
asam amino pada H4 sapi identik dengan pada H4 ercis. Pelestarian gen-gen
histon saat evolusi mungkin mencerminkan peran penting histon dalam
mengorganisasi DNA dalam sel. Keempat macam histon ini berada dalam bentuk
oktamer karena masing-masing terdiri atas dua molekul. Selain itu, ada satu
macam histon lagi, yaitu H1, yang letaknya bukan di sumbu nukleosom, melainkan
di bagian tepi nukleosom. Dengan adanya molekul H1 ini, ukuran nukleosom
menjadi lebih besar 20 pb dan biasanya disebut dengan kromatosom.
Protein yang
disebut histon bertanggung jawab atas tingkat pertama pengemasan DNA dalam
kromatin. Walaupun setiap histon kecil mengandung sekitar 100 asam amino masa
total histon dalam kromatin kira-kira setara dengan masa DNA. Lebih dari
seperlima asam amino histon bermuatan positif (lisin atau arginin) dan
berikatan erat dengan DNA yang bermuatan negatif.
Gambar 2. Struktur skematik
nukleosom dan kromatosom
3.
Serabut 30 nm
Telah dikatakan di atas bahwa terbentuknya rangkaian
heliks nukleosom secara keseluruhan terlihat sebagai serabut dengan diameter 30
nm yang dikenal sebagai serabut 30 nm (Gambar 3.3). Keberadaan histon H1
berfungsi menstabilkan struktur serabut 30 nm. Hal ini didukung oleh bukti percobaan
bahwa penghilangan histon tersebut dari kromatin ternyata tidak dapat
mempertahankan struktur serabut 30 nm meskipun struktur nukleosomnya tetap
dipertahankan.
Hasil studi menggunakan mikroskop elektron menunjukkan
bahwa nukleosom-nukleosom di dalam serabut 30 nm membentuk heliks yang berputar
ke arah kiri dengan jumlah nukleosom sebanyak enam buah tiap putaran. Meskipun
demikian, organisasi struktur serabut 30 nm yang tepat sebenarnya masih berupa
suatu perkiraan.
4.
Struktur kromatin yang tertinggi
Organisasi kromatin pada tingkatan yang paling tinggi
nampak agak menyerupai struktur DNA prokariot. Hasil pengamatan menggunakan
mikroskop elektron terhadap kromosom eukariot yang telah dibersihkan dari
protein-protein histonnya memperlihatkan gambaran struktur domain (kala)
seperti pada kromosom prokariot (Gambar 3.1). Bahkan, ukuran tiap kalanya pun
lebih kurang sama, yaitu hingga sekitar 100 kb. Meskipun demikian, pada
kromosom eukariot terdapat lebih banyak kala.
Kala-kala tersebut dipersatukan oleh kompleks protein
yang dinamakan matriks nuklear. DNA di dalam kala berada dalam
bentuk serabut 30 nm, dan kala-kala tersebut membentuk susunan yang membentang
sekitar 300 nm (Gambar 4).
Gambar 3. Struktur skematik serabut
30 nm
5.
Kromosom mitosis
Gambaran fisik kromosom eukariot yang dapat kita lihat
dengan jelas adalah ketika kromosom mengalami kondisi yang paling mampat pada
tahap mitosis, khususnya metafase. Pada waktu kromosom-kromosom hasil replikasi
ditarik ke dua kutub yang berlawanan, DNA kromosom yang mempunyai nisbah aksial
sangat tinggi (sangat tipis memanjang) seharusnya akan terpotong-potong oleh
kekuatan penarikan tersebut. Namun, tidaklah demikian kenyataannya. Hal ini
karena, seperti telah disinggung di atas, DNA kromosom eukariot telah mencapai
nibah pengepakan yang paling tinggi.
6.
Domain
berkelok ( serat 300 nm )
Serat 30 nm
sendiri membentuk kelokan kelokan yang disebut domain berkelok ( looped
domain ) yang melekat keperancah kromosom dari protein, sehingga membentuk
serat 300 nm. Rancah kaya akan salah satu tife topoisomerase, dan tampaknya
terdapat pula molekul H1.
7.
Kromosom
metafase
Dalam kromosom metotik, domain berkelok mengumpar dan
menggulung lagi dengan cara yang belum sepenuhnya dimengerti, sehingga kromatin
makin dipadatkan, membentuk kromosom metafase khas yang ditunjukan oleh
mikrograf diatas. Lebar satu kromatid adalah 700 nm. Gen tertentu selalu
terdapat ditempat yang sama dalam kromosom metafase mengindikasikan bahwa
langkah-langkah pengemasan sangat spesifik dan tepat.
C.
Proses Pengemasan DNA
1.
Pengemasan DNA pada sel Prokariotik
Jika direntangkan sebagai molekul linear, maka molekul
DNA utama pada prokariotik mempunyai ukuran yang lebih panjang dibandingkan
dengan ukuran selnya itu sendiri. Sebagai contoh, panjang molekul DNA utama
pada Entamoeba coli adalah sekitar 1,2 mm sedangkan ukuran selnya sendiri
kurang dari 1 mm. Dengan demikian ada mekanisme tertentu untuk mengemas molekul
DNA tersebut sehingga dapat masuk dalam sel yang ukurannya jauh lebih kecil.
Pada Entamoeba coli diketahui bahwa mekanisme pengemasan dilakukan dengan
membuat molekul DNA tersebut terkondensasi membentuk rangkaian ‘butiran’
seperti tasbih. Setiap butiran tersusun atas molekul DNA dalam keadaan berpilin
(supercoiled) yang berikatan dengan suatu protein dan molekul-molekul poliamin.
Diameter setiap butiran adalah sekitar 12 nm. Dalam setiap butiran ada sekitar
200-250 bp DNA. Butiran satu dengan butiran lainnya dipisahkan oleh molekul DNA
yang tidak berikatan dengan molekul protein maupun poliamin, yang disebut
sebagai DNA penghubung (linker DNA). Rangkaian butiran tersebut kemudian
membentuk struktur lengkung sehingga molekul DNA yang panjang tersebut dapat
dikemas dalam struktur yang kompak.
2.
Pengemasan DNA pada sel Eukariotik
Sama halnya pada sel prokariotik, ukuran molekul DNA
yang menyususn kromosom sel eukariotik jauh lebih panjang dibandingkan dengan
ukuran selnya. Sebagai contoh, jika molekul DNA kromosom pada satu sel manusia
disambung secara linear maka dapat mencapai panjang sekitar 1,74 m sedangkan
ukuran sel manusia hanya beberapa mikron. Kromosom sel manusia mempunyai
kandungan nukleotida yang berkisar antara 48 juta pasangan basa, dimana pada
kromosom autosom terkecil ada pada kromosom 21 dan 22, sampai sekitar 240
juta pasangan pada kromosom terbesar yaitu kromosom 1, 2, dan 3. Oleh karena
itu, DNA utama pada sel eukariotik dikemas dengan sistem yang sangat efisien
dan kompak. DNA pada sel eukariotik dikemas dengan menggunakan protein histon
yang terdiri atas lima macam, yaitu H1, H2A, H2B, H3, dan H4. Protein histon
digunakan untuk menggulung molekul DNA. Sekitar 200 bp DNA digulung dalam satu
kompleks histon yang tersusun atas masing-masing 2 molekul H2A, H2B, H3, dan
H4, dan satu molekul H1. Satu kompleks DNA dan protein histon semacam ini
disebut sebagai nukleosom.
Gambar 4
Nukleosom
Histon H3 dan H4 tersusun sedemikian rupa membentuk
tentramer, sedangakan 2 histon H2A terletak pada bagian tengah atas partikel
nukleosom dan histon H2B terletak di bagian tengah bawah. Fungsi histon H1
adalah untuk mengunci DNA dalam struktur nukleosom tersebut. Pembentukan
struktur nukleosom menyebabkan kondensasi atau pengemasan DNA menjadi 6 kali
lebih kompak.
Secara
skematis, pengemasan DNA pada eukariotik seperti gambar diatas (gambar 5.)
Dalam satu kompleks histon tersebut, DNA digulung
kurang lebih 2 kali. Antara nukleosom satu dengan nukleosom yang lain
dihubungkan oleh molekul DNA yang tidak berikatan dengan histon sehingga
disebut sebagai DNA penghubung (linker DNA) yang panjangnya berkisar 8 – 114
pasangan basa. Ikatan antara DNA dengan histon dapat dipisahkan menggunakan
larutan garam dengan konsentrasi tinggi. Pada waktu gen sedang aktif
ditranskripsikan atau pada saat terjadi replikasi DNA, DNA nukleosom akan
menjadi lebih sensitif terhadap nuklease. Hal ini memberikan indikasi bahwa
pada saat terjadi transkripsi dan replikasi ada proses penguraian struktur
nukleosom. Rangkaian nukleosom membentuk struktur yang disebut kromatin.
Gambar 6.
struktur Kromatin dan kromosom
Pada aras
struktur yang lebih tinggi kromatin membentuk struktur menyerupai solenoid yang
merupakan struktur pilinan nukleosom. Struktur solenoid terkondensasi secara
kompak membentuk struktur khas kromosom yang dapat diamati pada saat sel berada
pada metafase. Pembentukan solenoid meningkatkan derajat kondensasi DNA 40 kali,
artinya setiap satu mikrometer struktur solenoid mengandung 40 μm DNA.
Pembentukan solenoid memerlukan histon H1.
Struktur solenoid selanjutnya
dirapatkan lagi membentuk pilinan solenoid. Pilinan solenoid meningkatkan
derajat pengemasan menjadi 1.000 kali pada saat interfase dan menjadi 10.000
kali pada waktu kromosom berada pada fase mitotik. Pilinan solenoid yang
membentuk radial loop menyebabkan kromosom yang ukurannya jauh lebih panjang
dari sel dapat dikemas dalam sel yang kecil. Selain protein histon, DNA juga
berikatan dengan protein nonhiston yang diperlukan untuk replikasi DNA, ekpresi
gen, sebagai protein regulator maupun protein yang digunakan untuk menstabilkan
struktur kromosom.
Suatu kromosom terdiri dari beberapa bagian yaitu
kromatid, kromomer, sentromer atau kinetokor, satelit, dan telomer.
Gambar 7.
Kromosom
1.
Kromatid
Kromatid adalah salah satu dari dua lengan hasil
replikasi kromosom. Kromatid masih melekat satu sama lain pada bagian
sentromer. Istilah lain untuk kromatid adalah kromonema. Kromonema merupakan
filamen yang sangat tipis yang terlihat selama tahap profase (dan kadang-kadang
pada tahap interfase). Kromonema sebenarnya merupakan istilah untuk tahap awal
pemintalan kromatid. Jadi, kromonema dan kromatid merupakan dua istilah untuk struktur
yang sama.
2.
Kromomer
Kromomer adalah penebalan-penebalan pada kromonema.
Kromomer ini merupakan struktur berbentuk manik-manik yang merupakan akumulasi
dari materi kromatin yang terkadang terlihat saat interfase. Kromomer sangat
jelas terlihat pada kromosom politen (kromosom dengan DNA yang
telah direplikasi berulang kali tanpa adanya pemisahan dan terletak
berdampingan sehingga bentuk kromosom seperti kawat).
3.
Sentromer
Sentromer adalah daerah konstriksi (lekukan primer) di
sekitar pertengahan kromosom. Pada sentromer terdapat kinetokor. Kinetokor adalah
bagian kromosom yang yang merupakan tempat perlekatan benang spindel selama
pembelahan inti dan merupakan tempat melekatnya kromosom.
4.
Lekukan kedua
Pada beberapa kromosom terdapat lekukan kedua yang berada
di sepanjang lengan dan berhubungan nucleolus. Oleh karena itu disebut dengan
NOR (Nucleolar Organizing Regions).
5.
Satelit
Satelit adalah bagian kromosom yang berbentuk bulatan
dan terletak di ujung lengan kromatid. Satelit terbentuk karena adanya kontriksi
sekunder di daerah tersebut. Tidak semua kromosom memiliki satelit.
6.
Telomer
Telomer merupakan istilah yang menunjukkan daerah
terujung pada kromosom. Telomer berfungsi untuk menjaga stabilitas bagian
terujung kromosom agar DNA di daerah tersebut tidak terurai. Karena pentingnya
telomer, sel yang telomer kromosomnya mengalami kerusakan umumnya segera mati.
E.
Fungsi Kromosom
Setiap gen dalam molekul DNA membawa instruksi untuk
membuat satu jenis protein. Protein adalah molekul yang sangat penting yang
melakukan banyak fungsi penting dalam organisme hidup. Misalnya, mereka
melayani sebagai hormon, membawa pesan dari satu bagian tubuh ke bagian lain,
mereka bertindak sebagai enzim, sehingga reaksi kimia mungkin yang menjaga sel
hidup, dan mereka berfungsi sebagai bahan struktural dari mana sel-sel dapat
dibuat. Setiap sel memiliki fungsi spesifik tertentu untuk melakukan. Tujuan
dari sel tulang, misalnya, adalah untuk membuat tulang lebih. Tujuan dari sel
pankreas, di sisi lain, mungkin untuk membuat senyawa insulin, yang membantu
dalam pembuatan glukosa (gula darah). Tugas gen dalam molekul DNA, oleh karena
itu, adalah untuk mem-beritahu sel bagaimana memproduksi semua senyawa kimia
yang berbeda (protein) yang mereka butuhkan untuk membuat agar berfungsi dengan
baik.
DNA merupakan molekul panjang yang menyimpan informasi genetik. Total
informasi genetis yang di dalam DNA suatu sel disebut genom.Genom DNA tersusun
atas gen-gen.Tiap gen mengandung satu unit informasi mengenai suatu karakter
yang dapat diamati. Gen terdapat di dalam kromosom, dengan kata lain gen adalah
fragmen DNA di dalam kromosom.
F. Teknik Mengetahui Tumpukan Basa
Pada DNA
Tumpukan basa pada DNA terjadi
karena Basa-basa purin dan pirimidin yang menyusun molekul DNA terletak pada
suatu bidang datar yang tegak lurus terhadap aksis untaian DNA. Tumpukan basa
ini merupakan hasil interaksi hidrofobik antara sistem elektron pada basa-basa
nukleotida. Tumpukan basa dapat diketahui dengan teknik dispersi rotatori optik
(optical rotatory dispersion) dan
dikroisme sirkuler (circular dichroism).
Dengan teknik-teknik tersebut dapat diketahui bahwa tumpukan basa tidak hanya
terjadi pada molekul DNA untai ganda, melainkan juga pada molekul RNA untai
tunggal maupun molekul dinukleotida yang berukuran kecil.
1.
Circular dichroism (CD)
CD mengacu pada
penyerapan diferensial dari kiri dan kanan sirkuler terpolarisasi cahaya . Fenomena ini ditemukan oleh Jean-Baptiste Biot ,Augustin Fresnel , dan Cotton Aimé pada
paruh pertama abad ke-19. Hal
ini dipamerkan dalam pita penyerapan dari optik aktif kiral molekul. CD spektroskopi memiliki
berbagai aplikasi di berbagai bidang. Terutama, UV CD digunakan
untuk menyelidiki struktur sekunder protein. UV / Vis CD digunakan untuk menyelidiki biaya transfer transisi . CD
digunakan untuk menyelidiki geometris dan struktur elektronik dengan menelusuri logam d → d transisi. Vibration Circular Dichroism (VCD) , yang menggunakan cahaya dari inframerah wilayah
energi, digunakan untuk studi struktur molekul organik kecil, dan terakhir
protein dan DNA.
Radiasi elektromagnetik terdiri
dari medan (B) listrik (E) dan magnetik yang berosilasi tegak lurus satu sama
lain dan terhadap arah propagasi. , sebuah gelombang transversal. Sementara secara linear terpolarisasi cahaya
terjadi ketika vektor medan listrik berosilasi hanya dalam satu pesawat, cahaya
polarisasi sirkuler terjadi bila arah dari vektor medan listrik berputar
tentang arah propagasi sementara vektor tetap besarnya konstan. Pada satu
titik dalam ruang, polarisasi sirkuler-vektor akan menelusuri lingkaran lebih
dari satu periode dari frekuensi gelombang, maka nama itu. Dua diagram di
bawah ini menunjukkan vektor listrik dari cahaya terpolarisasi linear dan
sirkuler, pada satu saat waktu, untuk berbagai posisi; plot vektor listrik
polarisasi sirkuler membentuk heliks sepanjang arah propagasi (k). Untuk
meninggalkan cahaya polarisasi sirkuler (LCP) dengan propagasi ke arah
pengamat, vektor listrik berputar berlawanan. Untuk cahaya yang tepat
polarisasi sirkuler (RCP), vektor listrik berputar searah jarum jam.
Secara umum, fenomena ini akan
dipamerkan di band penyerapan setiap optik aktif molekul. Akibatnya,
melingkar dichroism yang dipamerkan oleh molekul biologis, karena merekadextrorotary dan levorotary komponen. Bahkan lebih
penting adalah bahwa struktur sekunder juga
akan memberikan CD yang berbeda dengan molekul masing-masing. Oleh karena
itu, heliks alfa protein dan double helix dari asam nukleat memiliki tanda tangan CD
spektral wakil dari struktur mereka. Kapasitas CD untuk memberikan tanda
tangan struktural perwakilan membuatnya menjadi alat yang ampuh dalam biokimia
modern dengan aplikasi yang dapat ditemukan di hampir setiap bidang studi.
CD adalah berkaitan erat dengan dispersi berputar optik (ORD)
teknik, dan umumnya dianggap lebih maju. CD diukur dalam atau dekat band
penyerapan molekul bunga, sementara ORD dapat diukur jauh dari band-band ini. Keuntungan
CD jelas dalam analisis data. Elemen struktur yang lebih jelas dibedakan
sejak band mereka tercatat tidak tumpang tindih ekstensif pada panjang
gelombang tertentu seperti yang mereka lakukan di ORD. Pada prinsipnya
kedua pengukuran spektral dapat interconverted melalui transformasi integral ( Kramer-Kronig hubungan ),
jika semua serapan termasuk dalam pengukuran.
Jarak terjauh dari Ultraviolet CD spektrum protein
dapat mengungkapkan karakteristik penting dari mereka struktur sekunder . CD
spektrum dapat segera digunakan untuk memperkirakan fraksi molekul yang ada di alfa-heliks konformasi, yang beta-sheet konformasi, yang beta-gilirannya konformasi, atau beberapa
lainnya (misalnya kumparan acak) konformasi. Ini
tugas pecahan menempatkan kendala penting pada konformasi sekunder mungkin
bahwa protein dapat masuk CD tidak dapat, secara umum, mengatakan di mana
heliks alfa yang terdeteksi berada dalam molekul atau bahkan sepenuhnya
memprediksi berapa banyak ada. Meskipun demikian, CD adalah alat yang
berharga, terutama untuk menunjukkan perubahan konformasi. Hal ini dapat,
misalnya, digunakan untuk mempelajari bagaimana struktur sekunder dari
perubahan molekul sebagai fungsi dari suhu atau konsentrasi agen denaturing,
misalnya klorida Guanidinium atau urea . Dengan cara ini dapat mengungkapkan informasi penting tentang
termodinamika molekul (sepertientalpi dan energi bebas Gibbs dari
denaturasi) yang tidak dapat dinyatakan dengan mudah diperoleh. Siapa saja
yang berusaha untuk mempelajari protein akan menemukan CD alat yang berharga
untuk memverifikasi bahwa protein dalam konformasi asli sebelum melakukan percobaan
yang luas dan / atau mahal dengan itu. Juga, ada beberapa manfaat lain
untuk spektroskopi CD dalam kimia protein tidak berhubungan dengan alfa-heliks
estimasi fraksi.
Jarak terpendek ultraviolet CD
spektrum (> 250 nm) protein memberikan informasi mengenai struktur tersier . Sinyal
yang diperoleh di wilayah 250-300 nm adalah karena orientasi, penyerapan dipol
dan sifat dari lingkungan sekitarnya dari sistein, fenilalanin tirosin, (atau
SS jembatan disulfida ) dan
tryptophan asam amino . Tidak seperti di
jauh-UV CD, spektrum CD dekat-UV tidak dapat diberikan ke setiap struktur 3D tertentu. Sebaliknya,
dekat-UV spektrum CD memberikan informasi struktural pada sifat dari kelompok
prostetik dalam protein, misalnya, kelompok heme dalam hemoglobin dan sitokrom c .
Spektroskopi CD terlihat adalah
teknik yang sangat kuat untuk mempelajari logam-protein interaksi dan dapat
menyelesaikan individu d-d transisi elektronik sebagai band yang terpisah. CD
spektrum di daerah sinar tampak hanya dihasilkan ketika ion logam berada dalam
lingkungan yang kiral, dengan demikian, ion logam bebas dalam larutan tidak
terdeteksi. Ini memiliki keuntungan dari hanya mengamati logam yang
terikat protein, sehingga pH ketergantungan dan stoichiometries dapat segera
diperoleh. Aktivitas optik di kompleks ion logam transisi telah dikaitkan
dengan configurational, konformasi dan efek vicinal. Klewpatinond dan
Viles (2007) telah menghasilkan seperangkat aturan empiris untuk memprediksi
munculnya spektrum CD terlihat untuk Cu 2 + dan Ni 2
+ persegi planar kompleks yang melibatkan histidin dan main-rantai
koordinasi.
CD memberikan informasi struktural
kurang spesifik dari kristalografi sinar-X dan protein NMR spektroskopi, misalnya, yang keduanya
memberikan data resolusi atom. Namun, CD spektroskopi adalah metode cepat
yang tidak memerlukan sejumlah besar protein atau luas pengolahan data. Jadi
CD dapat digunakan untuk survei sejumlah besar pelarutkondisi, berbagai suhu , pH , salinitas , dan adanya berbagai
kofaktor.
CD spektroskopi biasanya digunakan untuk
mempelajari protein dalam larutan, dan dengan demikian melengkapi metode yang
mempelajari keadaan padat. CD kadang-kadang diukur dalam film tipis.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Pengemasan DNA berfungsi untuk mengemas DNA yang
panjang dalam inti dan untuk mempengaruhi aktivitas gen. Pertama-tama unit
pengemasan DNA terkecil: nukleosom membentuk beads on string. 1 nukleosom
terdiri dari 2 kopi histon nukleosom yang dikelilingi oleh DNA double helix
yang berputar dua kali. Pengikatan antar nukleosom diikat oleh histon H1 yang
membentuk struktur yang disebut kromatin. Selanjutnya kromatin mengalami
kondensasi membentuk kromosom.
Pada saat terjadi proses kondensasi menjadi kromosom
maka protein histon tipe H1 akan menginduksi berkumpulnya tiap 6 nukleosom
untuk membentuk satu lingkaran atau cincin. Dan beberapa cincin yang
masing-masing berjarak 110 A0 akan menyusun suatu pembuluh
(serabut berongga) yang berdiameter 360 A0 disebut solenoidal.
Serabut-serabut solenoidal tersebut akan melekat pada
scaffold (protein non histon) dan membentuk lipatan-lipatan (loop) dengan
ukuran 30 nm dan tiap 18 lipatan solenoidal akan tersusun dalam satu bidang,
selanjutnya diikuti dengan rangkaian berikutnya disepanjang scaffold. Dengan demikian maka akan terbentuklah
kromosom.
V.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Corebima, AD. 2008.
Materi Genetik bahan ajar genetika. Jurusan Biologi FPMIPA
Universitas Negeri Malang. Malang
Gardner, Eldon John, dkk. 1991. Principle of Genetics.
http://id.wikipedia.org/wiki/Nukleotida
http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_deoksiribonu...
Geoffrey M. Cooper (2000). The Cell - A Molecular Approach (edisi ke-2). Sunderland
(MA): Sinauer Associates. hlm. Gene. ISBN 0-87893-106-6.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/bookshelf/br.fcgi?...
def-item&id=A3080. Diakses pada 2010-08-12.
Geoffrey M. Cooper (2000). The Cell - A Molecular Approach (edisi ke-2). Sunderland
(MA): Sinauer Associates. hlm. Heredity, Genes, and DNA. ISBN 0-87893-106-6.
Universitas Negeri Malang. Malang
Gardner, Eldon John, dkk. 1991. Principle of Genetics.
http://id.wikipedia.org/wiki/Nukleotida
http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_deoksiribonu...
Geoffrey M. Cooper (2000). The Cell - A Molecular Approach (edisi ke-2). Sunderland
(MA): Sinauer Associates. hlm. Gene. ISBN 0-87893-106-6.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/bookshelf/br.fcgi?...
def-item&id=A3080. Diakses pada 2010-08-12.
Geoffrey M. Cooper (2000). The Cell - A Molecular Approach (edisi ke-2). Sunderland
(MA): Sinauer Associates. hlm. Heredity, Genes, and DNA. ISBN 0-87893-106-6.
Delima S Eva. 1996. Kehidupan Sel. Terjemahan. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo
Gramedia
Dewan Redaksi. 1995. Oxford Ensiklopedi Pelajar Jilid 8. Jakarta: PT Widyadara.
Godman, Arthur. 1996. Kamus Sains Bergambar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Hans Jurgen Press. 1989. Melacak Alam. Bandung: Penerbit Angkasa.
James Case F.James, Vernon Estiers. 1971. Biology Observation and Consept. Canada:
The Magmillan Company.
Kimball, J.W. 1990. Biologi Jilid 1, 2, dan 3. Terjemahan S.S Tritrosomo
dan
Nawangasari. S. Jakarta: Erlangga.
Lud Waluyo M Kes. 2005. Mikro Biologi
Umum, UMM Press. Malang.
Sri Sabani dkk, 1984. Biologi Umum. Djambatan. Yogyakarta.
Rifai, Mien A. 1996. Glosarium Biologi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Balai
Pustaka. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar