Jumat, 02 Januari 2015

Pengantar Kimia Oseanografi


BAB I
PENDAHULUAN

Oseanografi (gabungan kata Yunani ωκεανός yang berarti "samudra" dan γράφω yang berarti "menulis"), juga disebut oseanologi atau ilmu kelautan, adalah cabang ilmu Bumi yang mempelajari samudra atau lautan. Ilmu ini mencakup berbagai topik seperti organisme laut dan dinamika ekosistem; arus samudra, gelombang, dan dinamika cairan geofisika; tektonik lempeng dan geologi dasar laut, dan arus berbagai zat kimia dan fisika di dalam lautan dan perbatasannya. Topik-topik yang beragam ini menggambarkan berbagai macam disiplin ilmu yang digabungkan para oseanograf untuk mempelajari lautan dunia dan memahami proses di dalamnya, yaitu biologi, kimia, meteorologi, fisika, dan geografi (Wikipedia, 2012).
Dalam bahasa lain yang lebih lengkap, oseanografi dapat diartikan sebagai studi dan penjelajahan (eksplorasi) ilmiah mengenai laut dan seg ala fenomenanya. Laut sendiri adalah bagian dari hidrosfer. Seperti diketahui bahwa bumi terdiri dari bagian padat yang disebut litosfer, bagian cair yang disebut hidrosfer dan bagian gas yang disebut atmosfer. Sementara itu bagian yang berkaitan dengan sistem ekologi seluruh makhluk hidup penghuni planet Bumi dikelompokkan ke dalam biosfer.
Para ahli oseanografi mempelajari berbagai topik, termasuk organisme laut dan dinamika ekosistem; arus samudera, ombak, dan dinamika fluida geofisika; tektonik lempeng dan geologi dasar laut; dan aliran berbagai zat kimia dan sifat fisik didalam samudera dan pada batas-batasnya. Topik beragam ini menunjukkan berbagai disiplin yang digabungkan oleh ahli oceanografi untuk memperluas pengetahuan mengenai samudera d an memahami proses di dalamnya: biologi, kimia, geologi, meteorologi, dan fisika.
Beberapa sumber lain berpendapat bahwa ada perbedaan mendasar ya ng membedakan antara oseanografi dan oseanologi. Oseanologi terdiri da ri dua kata (dalam bahasa Yunani) yaitu oceanos (laut) dan logos (ilmu) yang secara sederhana dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang laut. Dalam arti yang lebih lengkap, oseanologi adalah studi ilmiah mengenai laut dengan cara menerapkan ilmu-ilmu pengetahuan tradisional seperti fisika, kimia, matematika, dan lain-lain ke dalam segala aspek mengenai laut.
Oseanografi adalah bagian dari ilmu kebumian atau earth sciences yang mempelajari laut,samudra beserta isi dan apa yang berada di dalamnya hingga ke kerak samuderanya. Secara umum, oseanografi da pat dikelompokkan ke dalam 4 (empat) bidang ilmu utama yaitu: geologi oseanografi yang mempelajari lantai samudera atau litosfer di bawah laut; fisika oseanografi yang mempelajari masalah-masalah fisis laut seperti arus, gelombang, pasang surut dan temperatur air laut; kimia oseanografi yang mempelajari masalah-masalah kimiawi di laut, dan yang terakhir biologi oseanografi yang mempelajari masalah-masalah yang berkaitan dengan flora dan fauna atau biota di laut.
Studi menyeluruh (komprehensif) mengenai laut dimulai pertama kali dengan dilakukannya ekspedisi Challenger (1872-1876) yang dipimpin oleh naturalis bernama C.W. Thomson (yang berkebangsaan Skotlandia) dan John Murray (yang berkebangsaan Kanada). Istilah Oseanografi sendiri digunakan oleh mereka di dalam laporan yang diedit oleh Murray. Selanjutnya Murray menjadi pemimpin dalam studi berikutnya mengenai sedimen laut. Keberhasilan dari ekspedisi Challenger dan pentingnya ilmu pengetahuan tentang laut dalam perkapalan/perhubungan laut, perikanan, kabel laut dan studi mengenai iklim akhirnya membawa banyak negara untuk melakukan ekspedisi-ekspedisi berikutnya. Organisasi oseanografi internasional yang pertama kali didirikan adalah The International Council for the Exploration of the Sea (1901).
Oceanografi itu ialah Scientific study dan explorasi lautan dan laut-laut serta semua aspek-aspek dan fenomenanya. Termasuk sedimen,batuan yang membentuk dasar laut, interaksi antara laut dengan atmosfer, pergerakan air, serta faktor-faktor tenaga yang menyebabkan adanya gerakan tersebut baik tenaga dari dalam maupun tenaga dari luar, kehidupan organisma, susunan kimia air laut, serta asal mula terjadinya lautan dan laut-laut purbakala. Oleh karena itu oceanografi dikatakan sebagai suatu disiplin ilmu mengenai laut yang terdiri dari beberapa cabang ilmu pengetahuan seperti ilmu geologi, meteorology, biologi, kimia fisis, geofisika, geokimia, gerakan mekanis dan aspek-aspek teoritis yang harus menggunakan ilmu pasti.  
Cakupan oseanografi yaitu organisme laut dan dinamika fluida, tektonik lempeng dan geologi dasar laut, dan aliran berbagai zat kimia dan sifat fisik di dalam samudra dan pada batas- batasnya, juga mengenai samudra dan memahami proses di dalamnya, seperti proses biologi, kimia, geologi, meteorology, dan fisika.
Sahala Hutabarat dan Stewart M.Evans (1985: 1), oseanografi dibagi menjadi empat cabang ilmu, yaitu :
1.    Fisika Oseanografi
Fisika oseanografi yaitu ilmu yang mempelajari hubungan antara sifat-sifat fisika yang terjadi dalam lautan sendiri dan yang terjadi antara lautan dengan atmosfer dan daratan termasuk kejadian-kejadian seperti terjadinya tenaga pembangkit pasang dan gelombang,arus,temperatur air laut, iklim dan sistem arus yang terdapat di lautan.
2.    Geologi Oseanografi
Yaitu yang mempelajari lantai samudra atau litosfer di bawah laut. Ilmu geologi penting artinya bagi kita dalam mempelajari asal terbentuknya lautan, termasuk di dalamnya penelitian tentang lapisan kerak bumi, gunung berapi dan terjadinya gempa bumi. Geologi oseanografi juga menjelaskan struktur dari bebatuan dan bentuk- bentuk fisik dari lautan tersebut, misalnya adanya palung laut, lembah laut, lubuk laut, lembah, dll serta memelajari terjadinya patahan- patahan yang menyebabkan gempa bumi di laut.
3.    Kimia Oseanografi
Kimia oseanografi yaitu ilmu yang berhubungan dengan reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalam dan di dasar laut dan juga menganalisa sifat-sifat dari air laut itu sendiri. Misalnya kadar garam yang terdapat dalam air laut, zat- zat kimia yang mencemari, dll. Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%), natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan sisanya (kurang dari 1%) teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida. Tiga sumber utama garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam.
4.    Biologi Oseanografi
Biologi oseanografi adalah cabang ilmu oseanografi yang sering dinamakan Biologi Laut yang mempelajari semua organisme yang hidup di lautan termasuk binatang-binatang yang berukuran sangat kecil (plankton) sampai yang berukuran besar dan tumbuh-tumbuhan air laut.
Di lautanpun juga terdapat kehidupan seperti di daerah terestial, misalnya fitoplankton, zooplankton, terumbu karang, nekton, bentos, dan lain-lain.
Dari uraian di atas, Oseanografi juga merupakan ilmu lingkungan yang menerangkan semua proses di dalam osean dan interelasi antara osean dengan tanah, udara dan semesta alam sehingga dalam mempelajarinya selain di dalam laborarotium biota juga perlu pergi ke laut dengan kapal-kapal expedisi melihat dan menyelidiki secara nyata.
Dalam mengetahui dan memahami mengenal fenomena-fenomena oseanografi yang terjadi di laut ini, tentunya harus diketahui ke-empat unsure yang terdapat dilautan yaitu unsure fisika, kimia, biologi, dan geologi. Tetapi, untuk makalah ini lebih menjelaskan mengenai unsure kimia oseanografi.













BAB II
ISI

Perairan merupakan kumpulan masa air yang berada pada wilayah tertentu baik yang bersifat dinamis maupun statis. Laut merupakan perairan yang memiliki salinitas yang tinggi dengan keanekaragaman flora dan fauna yang hidup didalamnya. Dua pertiga permukaan bumi merupakan perairan laut yang memiliki potensi untuk kelangsungan hidup manusia bila dipergunakan dengan semestinya. Permukaan bumi yang luasnya diperkirakan mencapai 510 km2, ternyata hampir 2/3 bagiannya (71% nya) tertutup oleh laut dan hanya 1/3 nya saja yang berupa daratan (Barus, 2004).
Lautan merupakan suatu tempat mata pencaharian bagi orang-orang Asia Tenggara yang telah berumur berabad-abad lamanya. Tidak dimana pun juga hal ini benar-benar dapat dilihat di Indonesia di mana negara ini terdiri dari lebih kurang 13.000 pulau yang tersebar. Sejak dahulu lautan telah memberi manfaat kepada manusia untuk dipergunakan sebagai suatu sarana untuk bepergian, perniagaan, dan perhubungan dari suatu tempat ke tempat lain (Hutabarat dan Evans, 1985).
Studi menyeluruh (komprehensif) mengenai laut dimulai pertama kali dengan dilakukannya ekspedisi Challenger (1872-1876) yang dipimpin oleh naturalis bernama C.W. Thomson (yang berkebangsaan Skotlandia) dan John Murray (yang berkebangsaan Kanada). Istilah Oseanografi sendiri digunakan oleh mereka di dalam laporan yang diedit oleh Murray. Selanjutnya Murray menjadi pemimpin dalam studi berikutnya mengenai sedimen laut. Keberhasilan dari ekspedisi Challenger dan pentingnya ilmu pengetahuan tentang laut dalam perkapalan/perhubungan laut, perikanan, kabel laut dan studi mengenai iklim akhirnya membawa banyak negara untuk melakukan ekspedisi-ekspedisi berikutnya. Organisasi oseanografi internasional yang pertama kali didirikan adalah The International Council for the Exploration of the Sea (1901) (Darmadi, 2010).



A.   Kadar Bahan Kimia dalam Bentuk Elemen Tunggal
Air laut umumnya terdiri dari beberapa elemen ion, Chloride, Sodium (Natrium ), Sulfate, Magnesium, Potassium ( Kalium ), Calcium, Bicarbonate, Silica, Phosphorus, Nitrogen. Kumpulan ion-ion ini umumnya dikenal sebagai salinitas. Sifat air laut yang cukup penting dalam menentukan produktivitas perairan adalah viskositas (kepekatan) yang sangat dipengaruhi oleh salinitas dan suhu. Air laut yang mempunyai suhu tinggi dan salinitas rendah akan mempunyai viskositas yang rendah. Apabila air laut mempunyai suhu rendah dan salinitas tinggi maka viskositas menjadi sangat pekat. Rata-rata konsentrasi garam-garam terlarut di air laut berkisar 3.5%, namun konsentrasi tersebut tergantung pada lokasi dan laju evaporasi (Brown et al 1989 dan Millero, 1996). Konsentrasi ion utama terlarut bervariasi dari stu lokasi ke lokasi lain, namun secara proporsi relatifnya konstan (Brown et al 1989 dan Pichard and Emery, 1990). Air laut sudah banyak digunakan untuk mengairi tanaman yang toleran terhadap salinitas (halophytes) pada daerah-daerah dekat pantai (Pasternak et al 1985). Mengingat tingginya kandungan kation, air laut dapat digunakan sebagai salah satu sumber hara bagi tanaman termasuk tanaman yang sensitive terhadap kadar garam yang tinggi (glycophyte plants).
Tabel 1. Rata-rata konsentrasi ion pada air laut (Brown et al 1989)
Ion
Parts per thousand by weight
Chloride, Cl-
18.98
Sodium, Na+
10.556
Sulphate, SO42-
2.649
Magnesium, Mg2+
1.272
Calcium, Ca2+
0.400
Potassium, K+
0.380
Bicarbonate, HCO3-
0.140
Bromide, Br-
0.065
Borate, H2BO3-
0.026
Srontium, Sr2+
0.013
Fluoride, F-
0.001

Tabel 2. Perbedaan kandungan garam dan ion utama
antara air laut dan air sungai

No.
NAMA UNSUR
% jumlah berat seluruh gram
AIR LAUT
AIR SUNGAI
1
Klorida
55,04
5,68
2
Natrium
30,61
5,79
3
Sulfat
7,68
12,14
4
Magnesium
3,69
3,41
5
Kalsium
1,16
20,29
6
Kalium
1,10
2,12
7
Bikarbonat
0,41
-
8
Karbonat
-
35,15
9
Brom
0,19
-
10
Asam borak
0,07
-
11
Strontium
0,04
-
12
Flour
0,00
-
13
Silika
-
11,67
14
Oksida
-
2,75
15
Nitrat
-
0,90

1.    Chloride (Klorida)
Klorida adalah ion yang terbentuk sewaktu unsur klor mendapatkan satu elektron untuk membentuk suatu anion (ion bermuatan negatif) Cl. Garam dari asam hidroklorida HCl mengandung ion klorida; contohnya adalah garam meja, yang adalah natrium klorida dengan formula kimia NaCl. Dalam air, senyawa ini terpecah menjadi ion Na+ dan Cl. Klorida adalah merupakan anion pembentuk Natrium Klorida yang menyebabkan rasa asin dalam air bersih.
Ciri yang paling khas pada air laut yang diketahui oleh semua orang adalah rasanya yang asin. Ini disebabkan karena di dalam air laut terlarut bermacam-macam garam, yang paling utama adalah garam natrium korida (NaCl) yang sering pula disebut garam dapur. Selain garam-garam korida, di dalam air laut terdapat pula garam-garam magnesium, kalsium, kalium dan sebagainya. Dalam literatur oseanologi dikenal istilah salinitas (acapkali pula disebut kadar garam atau kegaraman) yang maksudnya ialah jumlah berat semua garam (dalam garam) yang terlarutdalam satu liter air, biasanya dinyatakan dengan satuan 0/00 (per mil, gram per liter).
Ada berbagai cara menentukan salinitas, baik secara kimia maupun fisika.
a.    Secara  kimia
Dengan cara kimia, untuk menentukan nilai salinitas dilakukan dengan cara menghitung jumlah kadar klor dalam sample air laut. Hal ini dilakukan karena sangat susah untuk menentukan salinitas senyawa terlarut secara keseluruhan. Oleh sebab itu hanya dilakukan peninjauan pada komponen terbesar yaitu klorida (Cl). Kandungan klorida ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah dalam gram ion klorida pada satu kilogram air laut jika semua halogen digantikan oleh klorida. Penetapan ini mencerminkan proses kimiawi titrasi untuk menentukan kandungan klorida.
b.    Secara Fisika
Selanjutnya hubungan antara salinitas dan klorida ditentukan melalui suatu rangkaian pengukuran dasar laboratorium berdasarkan pada sampel air laut di seluruh dunia dan dinyatakan sebagai: S (o/oo) = 0.03 +1.805 Cl (o/oo) (1902) Lambang o/oo (dibaca per mil) adalah bagian per seribu. Kandungan garam 3,5% sebanding dengan 35o/oo atau 35 gram garam di dalam satu kilogram air laut.
Salinitas wilayah estuarine di daerah tropis umumnya cukup rendah karena banyaknya muara sungai yang mengalir, dan adanya curah hujan yang cukup tinggi sepanjang tahun. Oleh karena daerah estuarine merupakan daerah yang salinitasnya selalu berubah-ubah, maka organisme yang dapat hidup umumnya organisme yang dapat tahan terhadap perubahan salinitas yang besar. Dengan demikian ditinjau dari salinitasnya daerah estuarine ini merupakan lingkungan yang khas sebagai tempat berlindung bagi organisme yang masih muda (larva).
Estuaria adalah perairan muara sungai semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar. Estuaria dapat terjadi pada lembah-lembah sungai yang tergenang air laut, baik karena permukaan laut yang naik (misalnya pada zaman es mencair) atau pun karena turunnya sebagian daratan oleh sebab-sebab tektonis. Estuaria juga dapat terbentuk pada muara-muara sungai yang sebagian terlindungi oleh beting pasir atau lumpur.
2.    Sodium ( Natrium )
Natrium atau sodium adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Na dan nomor atom 11. Natrium adalah logam reaktif yang lunak, keperakan, dan seperti lilin, yang termasuk ke logam alkali yang banyak terdapat dalam senyawa alam (terutama halite). Dia sangat reaktif, apinya berwarna kuning, beroksidasi dalam udara, dan bereaksi kuat dengan air, sehingga harus disimpan dalam minyak. Karena sangat reaktif, natrium hampir tidak pernah ditemukan dalam bentuk unsur murni.
Seperti logam alkali lainnya, natrium adalah unsur reaktif yang lunak, ringan, dan putih keperakan, yang tak pernah berwujud sebagai unsur murni di alam. Natrium mengapung di air, menguraikannya menjadi gas hidrogen dan ion hidroksida. Jika digerus menjadi bubuk, natrium akan meledak dalam air secara spontan. Namun, biasanya ia tidak meledak di udara bersuhu di bawah 388 K.
Efek buruk tingginya konsentrasi Na di tanah terhadap pertumbuhan tanaman dapat dibedakan atas 3 kelompok:
a.    terhambatnya serapan air karena rendahnya potensi osmotik (Lea-Cox dan Syverstsen 1993)
b.    terganggunya metabolisme disebabkan tingginya konsentrasi Na pada jaringan tanaman (Cramer et al 1990)
c.    terhambatnya absorpsi kation lainnya (Cachorro et al 1994). Menurut toleransinya terhadap salinitas, tanaman dibedakan atas halophytic dan glycophytic. Halophytic adalah tanaman yang toleran terhadap tingginya salinitas karena kemampuannya menyerap air dengan mempertahankan potensi osmotik yang tinggi melalui akumulasi ion-ion anorganik (Bradley dan Morris 1991), sebaliknya tanaman yang tergolong glycophytic sensitif terhadap salinitas yang tinggi.
Sodium dikenal sebagai unsur tambahan yang menguntungkan dan untuk beberapa jenis tanaman ia dapat menggantikan sebagian fungsi Kalium (Marschner 1995). Menurut Wild dan Jones (1996) pengaruh Natrium akan sangat besar bila pasokan Kalium bagi tanaman tidak mencukupi. Lebih lanjut dikatakan Mills dan Jones (1996) bahwa unsur ini dapat mengurangi pengaruh yang ditimbulkan oleh kekurangan Kalium tapi tidak dapat menggantikan fungsi Kalium sepenuhnya.
3.    Sulfate ( Sulfat )
Asam sulfat, H2SO4, merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan dan merupakan salah satu produk utama industri kimia. Produksi dunia asam sulfat pada tahun 2001 adalah 165 juta ton, dengan nilai perdagangan seharga US$8 juta. Kegunaan utamanya termasuk pemrosesan bijih mineral, sintesis kimia, pemrosesan air limbah dan pengilangan minyak.
Asam sulfat murni yang tidak diencerkan tidak dapat ditemukan secara alami di bumi oleh karena sifatnya yang higroskopis. Walaupun demikian, asam sulfat merupakan komponen utama hujan asam, yang terjadi karena oksidasi sulfur dioksida di atmosfer dengan keberadaan air (oksidasi asam sulfit). Sulfur dioksida adalah produk sampingan utama dari pembakaran bahan bakar seperti batu bara dan minyak yang mengandung sulfur (belerang). Asam sulfat terbentuk secara alami melalui oksidasi mineral sulfida, misalnya besi sulfida. Air yang dihasilkan dari oksidasi ini sangat asam dan disebut sebagai air asam tambang. Air asam ini mampu melarutkan logam-logam yang ada dalam bijih sulfida, yang akan menghasilkan uap berwarna cerah yang beracun.
H2SO4 anhidrat adalah cairan yang sangat polar. Walaupun asam ini memiliki viskositas yang cukup tinggi, konduktivitas efektif ion H3SO4+ dan HSO4 tinggi dikarenakan mekanisme ulang alik proton intra molekul, menjadikan asam sulfat sebagai konduktor yang baik. Ia juga merupakan pelarut yang baik untuk banyak reaksi.
4.    Magnesium
Magnesium adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Mg dan nomor atom 12 serta berat atom 24,31. Magnesium adalah elemen terbanyak kedelapan yang membentuk 2% berat kulit bumi, serta merupakan unsur terlarut ketiga terbanyak pada air laut. Logam alkali tanah ini terutama digunakan sebagai zat campuran untuk membuat campuran alumunium-magnesium yang sering disebut "magnalium" atau "magnelium".
Di samping itu sulfat, magnesium (Mg), calsium (Ca) dan kalium (K) juga terdapat dalam konsentrasi yang cukup tinggi dibandingkan unsur lainnya. Tingginya kandungan nutrien yang terdapat pada air laut, khususnya unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman seperti Mg, Ca dan K memberi petunjuk bahwa air laut dapat menjadi salah satu sumber alternatif nutrien bagi tanaman.
5.    Potassium ( Kalium )
Kalium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang K dan nomor atom 19. Kalium berbentuk logam lunak berwarna putih keperakan dan termasuk golongan alkali tanah. Secara alami, kalium ditemukan sebagai senyawa dengan unsur lain dalam air laut atau mineral lainnya. Kalium teroksidasi dengan sangat cepat dengan udara, sangat reaktif terutama dalam air, dan secara kimiawi memiliki sifat yang mirip dengan natrium. Dalam bahasa Inggris, Kalium sering disebut Potassium.
Kalium adalah unsur yang mudah larut, oleh karenanya unsur ini yang terakhir mengalami presipitasi setelah kalsium, karbonat, kalsium sulfat dan natrium sulfat. Ketika 90.5% larutan air laut telah terevaporasi, larutan yang masih tinggal mengandung kalium chlorid dan magnesium chlorid (Brown et al., 1989; Millero, 1996). Pilson (1998) menerangkan bahwa sejumlah kalsium karbonat dihasilkan ketika tiga perempat dari 1000 mL air laut telah terevaporasi. Selanjutnya gypsum terbentuk sampai volume air laut tingal 10 – 12% dari volume awal, diikuti dengan terbentuknya natrium chlorid, terbentuk di bagian atas gypsum. Setelah volume air laut tinggal 3 – 4% dari volume awal maka terbentuk 21 g NaCl, 0.1 g CaCO3 dan 1.7 g gypsum. Air laut yang tersisa sekitar 30 mL mengandung Mg, Na, K, SO4, Cl dan Br. Larutan ini disebut bitterns karena tingginya konsentrasi Mg yang mengakibatkan rasa pahit. Dalam skala besar, pada tahun 1986 China telah mengembangkan cara modern dalam menghasilkan KCl dari larutan garam dengan kapasitas 1 juta ton KCL di Qinghai Potash (ASIAFAB, 1999).
Potasium klorat atau kalium klorat yang memiliki rumus kimia KCL seperti bahan klorat lain adalah bahan oksidator umum yang ditemui di laboratorium kimia. Bahan ini merupakan oksidator yang relatif kuat. Kalium klorat diproduksi dalam skala besar untuk industri kembang api korek api, peledak, dan antiseptik. Sebagian besar piroteknik dan bahan peledak berdaya ledak rendah, beroperasi berdasarkan proses reaksi antara "bahan bakar" dan oksigen untuk menghasilkan panas, suara, atau gas.
Sebagai contoh : Aktivitas penangkapan berlebih dan praktek perikanan merusak menggunakan potasium sianida dan bom ikan menjadi ancaman utama populasi kima atau kerang laut raksasa (tridacna). Sedikitnya tiga spesies di Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku Utara, terancam hilang.  Tingginya angka kematian bibit kima itu disebabkan salinitas dan ph (tingkat keasaman) air yang tinggi dan kadar oksigen rendah. Kedua pendukung hidrologi itu sudah terganggu akibat pencemaran laut.
6.    Nitrogen
Variasi musiman dari nitrit, nitrat dan ammonia terjadi pada lapisan permukaan laut sebagai hasil dari aktifitas biologi. Perubahan konsentrasi Nitrogen secara musiman sebagian besar terjadi di perairan dangkal daerah lintang sedang atau lintang tinggi. Saat musim semi, terjadi peningkatan intesitas cahaya dan durasi (lama penyinaran) yang menyebabkan peningkatan populasi fitoplankton. Hal ini menimbulkan perpindahan Nitrogen anorganik terlarut dari daerah eufotik. Populasi fitoplankton kemudian dimangsa oleh zooplankton dan ikan. Nitrogen kemudian dikembalikan ke perairan dalam bentuk excrete (kotoran), urine (amoniak dan urea) atau partikel feses yang akan didekomposisi oleh bakteri sebelum dikembalikan ke perairan. Pada musim semi, proses percampuran vertical (vertical mixing) memiliki konstribusi mengangkat nutrien dari perairan bawah ke zona eufotik. Akibatnya populasi fitoplankton bertambah dengan cepat dan mulai menurun saat terbentuk zona termoklin yang menghalangi suplai Nitrogen ke lapisan permukaan. Nutrien yang dominan pada waktu ini adalah amoniak yang diekskresikan oleh Zooplankton dan selanjutnya dimanfaatkan oleh algae dalam proses fotosintesis. Pada beberapa lokasi, terjadi penurunan konsentrasi Nitrogen terlarut hingga mencapai taraf yang dapat mematikan organisme. Ekskresi Nitrogen oleh zooplankton mencapai tingkat maksimum saat populasi fitoplankton jarang. Hal ini terjadi karena kemungkinan pemanfaatan protein sebagai sumber energi menurun saat makanan (fitoplankton) berlimpah. Saat organisme mati atau dikonsumsi dan dikeluarkan dalam bentuk feses oleh zooplankton, maka bakteri akan melakukan regenerasi Nitrogen. Regenerasi nitrat seringkali menyebabkan blooming algae pada akhir musim panas. Konsentrasi nitrat akan meningkat hingga mencapai titik maksimum pada musim gugur dan kemudian menurun. Nitrifikasi akan selesai saat bulan Januari saat permukaan mendingin dan badai membongkar lapisan termoklin, menyebabkan nirat dapat terdistribusi kembali ke kolom air dan dasar perairan. Kondisi yang berbeda terjadi pada daerah perairan yang memiliki up-welling yang membawa nutrient dari perairan bawah ke lapisan permukaan. Kondisi perairan di daerah up-welling sangat subur dan mendukung kehidupan fitoplankton yang melimpah. Dengan demikian nutrient bukan merupakan faktor pembatas di daerah ini. Perubahan konsentrasi nutrient di lautan terbuka yang jauh dari daratan juga dipengaruhi oleh produktifitas fitoplankton dan hanya terbatas di lapisan permukaan. Namun, proses regenerative terjadi di seluruh kolom perairan. Organisme mati dan detritus organik akan diuraikan oleh bakteri saat tenggelam dari permukaan air. Partikel organik akan tenggelam dengan lambat karena ukuran partikel mengalami penyusutan dan densitas air laut yang lebih tinggi pada perairan yang lebih dalam. Oksidasi partikel menyebabkan berpindahnya oksigen dari dalam air, demikian pula dengan karbondioksida dan ion nitrat yang menjadi produk akhir dari oksidasi senyawa organik akan terakumulasi di daerah perairan yang lebih dalam. Konsentrasi nitrogen di seluruh samudera di dunia memiliki konsentrasi yang konstan mulai dari kedalaman di daerah pertengahan hingga dasar perairan.
Manfaat Nitrogen dalam air laut umumnya terlarut dalam bentuk nitrat (NO3), nitrit (NO2) dan Amoniak (NH4). Bentuk-bentuk senyawa dari nitrogen tersebut diabsorbsi oleh organisme laut untuk memenuhi kebutuhan akan nitrogen sebagai salah satu komponen utama pembentukan asam amino yang menjadi cikal bakal terbentuknya protein. Nitrogen penting untuk membangun jaringan tubuh.
7.    Fosfor
Fosforus dalam air kebanyakan dijumpai dalam bentuk ortho-phospat (organik) yaitu : H2PO4 , H2PO4 2- dan PO4 3-. Konsentrasinya didalam air dipengaruhi oleh PH dan SUHU. Jika PH : 8,0 dan Suhu 20 derajat Celcius, maka konsentrasi H2PO4 87%, H2PO4 2- 12% dan PO4 3- 1% .
Kandungan fosfat didalam air umumnya < 0,1 ppm dan fosforus 0,03 ppm. Jika kandungan fosforus > 0,6 ppm maka air sudah dikatakan RUSAK. Perbandingan Nitrogen dan fosforus yang dibutuhkan oleh Phytoplankton adalah 10 : 1.
Di perairan dangkal daerah temperate, variasi musiman ditemukan pada fosfat dan konsentrasi fosfor organik terlarut. Pada musim dingin, sebagian besar fosfor berada dalam bentuk orthofosfat. Namun, hal ini akan menurun dengan cepat pada bulan maret saat fosfat digunakan oleh fitoplankton. Zooplankton dan ikan akan memakan fitoplankton dan mengembalikan fosfat ke dalam perairan melalui feses/buangan metabolisme dalam bentuk fosfat dan fosfor organik terlarut. Pada bulan mei-Juni, konsentrasi fosfat akan menurun di daerah eufotik sehingga konsentrasi fosfor organik terlarut lebih dominan. Setelah fitoplankton mengalami blooming, regenerasi fosfat dari fitoplankton, detritus dan fosfor organik terlarut akan kembali meningkat dengan cepat.
Senyawa Fosfor seperti ATP (adenosine tri-fosfat) dan ko-enzim nukleotida, memiliki peran yang penting dalam fotosintesis dan proses lainnya dalam tumbuhan. Fitoplankton umumnya memenuhi kebutuhan fosfor melalui asimilasi secara langsung dalam bentuk ortho-fosfat. Absorbsi dan konversi menjadi senyawa fosfor organik terjadi saat kondisi gelap
8.    Silika
Menurut Annonymous (2007), Silikon (Latin: silicium) adalah merupakan unsur kimia dalam jadual berkala yang mempunyai simbol Si dan nomor atom 14. Silikon adalah sejenis metaloid tetravalen yang kurang reaktif dibandingkan dengan analog kimianya, karbon. Ia merupakan unsur kedua paling berlimpah di dalam kerak Bumi, yaitu mencapai hampir 25.7%. Dalam bentuk aslinya, silikon berwarna kelabu gelap dengan kilauan logam.
Silikon (Si) merupakan salah satu unsur yang terdapat ada kerak bumi secara berlimpah. Di alam silikon tidak ditemukan dalam bentuk elemen bebas, melainkan berikatan dengan oksigen dan elemen lain. Silikon banyak ditemukan dalam bentuk silika (SiO2).
Menurut Effendi (2003), silika bersifat tidak larut dalam air maupun asam dan biasanya berada dalam bentuk koloid. Silika terdapat pada hampir semua batuan dan mudah mengalami pelapukan. Sumber alami silika adalah mineral kuarsa dan feldspar. Sumber antropogenik silika relatif sangat kecil. Pada perairan alami, silikon biasanya terdapat dalam bentuk asam silika. Perairan tawar alami memiliki kadar silika kurang dari 5 mg/liter. Perairan sungai dan danau memiliki kadar silika antara 5-25 mg/liter (Cole, 1988). Pada air tanah dalam, kadar silika dapat mencapai 65 mg/liter. Pada perairan yang melewati batuan vulkanik, kadar silka dapat mencapai 100 mg/l. Pada perairan payau dan laut, kadar silika berkisar 4.000 mg/liter.
Silikon terlarut di daerah perairan pantai umumnya cukup tinggi karena efek “run-off” dari daratan. Pada musim semi, ledakan populasi fitoplankton dengan cepat menyebabkan menurunnya konsentrasi silikon. Regenerasi silikon akan dimulai kembali pada musim panas saat pertumbuhan fitoplankton menjadi lambat dan terus berlanjut hingga mencapai puncaknya pada awal musim dingin. Pada beberapa daerah, ledakan populasi fitoplankton pada musim gugur dapat menyebabkan terhambatnya regenerasi silikon untuk sementara waktu. Konsentrasi silikon terlarut di permukaan laut umumnya rendah, kecuali di daerah yang mengalami up-welling. Pada lapisan yang lebih dalam, ditemukan peningkatan yang tajam dari konsentrasi silikon. Pola distribusi silikon berbeda dari satu samudera ke samudera lainnya dan ditentukan oleh pola sirkulasi air dan oleh suplai silikon terlarut dari Antartik dan dari diatom terlarut yang jatuh dari permukaan. Proses absorbsi oleh organisme juga berpengaruh terhadap pola distribusi silikon.
Silikon termasuk salah satu unsur yang esensial bagi makhluk hidup. Beberapa alge, terutama diatom (Bacillariophyta), membutuhkan silica untuk membentuk frustule (dinding sel). Biota perairan tawar : misalnya sponge, menggunakan silica untuk membentuk spikul. Keberadaan silika pada perairan tidak menimbulkan masalah karena tidak bersifat toksik bagi makhluk hidup. Akan tetapi, pada perairan diperuntukkan bagi keperluan industri, keberadaan silika dapat menimbulkan masalah pada pipa karena dapat membentuk deposit silika (Effendi, 2003).
9.    Bikarbonat
Saat ini konsentrasi Karbondioksida (CO2) di atmosfer sudah hampir mencapai 380 ppm, 80 ppm diatas nilai maksimum konsentrasi di atmosfer pada 740.000 tahun sebelumnya. Sepanjang abad ke 20 hal ini telah berdampak pada naiknya suhu global di laut dengan rata-rata 0,74ºC, kadar pH laut menjadi jauh lebih asam dan hal ini juga menyebabkan konsentrasi ion carbonat dilaut menjadi 210 µmol kg-1, angka ini jauh lebih rendah dari 420.000 tahun yang lalu.
Dampak yang terjadi akibat adanya pengasaman dilaut akibat pH menjadi lebih rendah adalah berkaitan dengan proses terserapnya CO2 kedalam laut yang juga akan berpengaruh terhadap proses pembentukan kapur pada karang, seperti ditunjukan pada gambar dibawah :
Hampir 25% sumber CO2 selama ini berasal dari aktivitas manusia seperti industri dan transportasi yang hampir sebagian besar telah terserap di lautan. CO2 yang telah terserap tersebut bergabung dengan air laut sehingga menghasilkan senyawa asam karbonat (HCO3-) dan ion Hidrogen (H-) yang selanjutnya juga akan berikatan dengan ion karbonat dilaut (CO32-) sehingga menghasilkan asam karbonat juga, oleh karena itu semakin tinggi konsentrasi CO2 maka semakin tinggi juga konsentrasi asam karbonat dilaut yang akan menyebabkan laut menjadi lebih asam (Ascidification) dan juga dapat mengurangi ion karbonat dilaut yang seharusnya digunakan dalam proses pengkapuran dilaut (Calcification) seperti pada karang.
Berkurangnya konsentrasi senyawa karbonat dalam pembentukan kalsium karbonat (CaCO3) dilaut sangat berpengaruh terhadap proses pengkapuran karang, menurut Hoegh,et al, 2007 ada 3 mekanisme karang dalam menerima respon terhadap hal tersebut, yaitu :
- karang akan mengurangi tingkat pertumbuhan dan densitas skeletalnya dari koloni karang,
- karang kemungkinan tetap mempertahan tingkat pertumbuhannya dengan mengurangi densitas skeletalnya,
- karang tetap mempertahankan pertumbuhan dan densitas skeletalnya dengan memfokuskan energi untuk proses pengkapuran (calcification) tetapi efek sampingnya adalah mengurangi proses reproduksinya sehingga dapat menyebabkan berkurangnya jumlah larva yang dikeluarkan karang.
Dampak yang dirasakan bagi kita sendiri dalam jangka panjang akibat pengasaman laut tersebut adalah berkurangnya hasil perikanan laut akibat tingginya tingkat kematian juvenil ikan karang dikarenakan kurangnya tempat berlindung dikarang akibat lambatnya pertumbuhan karang.
Hal yang jelas harus kita lakukan saat ini adalah dengan mengurangi emisi CO2 dan dan mengurangi limbah rumah tangga maupun industri yang dapat mempengaruhi kualitas air dilautan yang jangka panjangnya dapat meningkatkan pertumbuhan alga yang menjadi kompetitor karang dilaut (YG).
10.  Kalsium
Kalsium adalah unsur kimia dalam jadual berkala yang bersimbolkan Ca dan mempunyai nombor atom 20. Kalsium logam alkali bumi kelabu yang lembut yang digunakan sebagai agen penurun dalam penyarian torium, zirkonium dan uranium. Kalsium adalah unsur kelima paling berlimpah dalam kerak Bumi. Ia amatlah penting bagi organisme hidup, terutamanya dalam fisiologi sel, dan merupakan unsur paling biasa dalam kebanyakan hewan. Kalsium penting untuk pengecutan otot, pengaktifan oosit, membentuk tulang dan gigi yang kuat, pembekuan darah, penghantaran impuls saraf, pengawalaturan degupan jantung, dan keseimbangan bendalir dalam sel.
Kalsium dijumpai dalam sistem tanah biasanya dalam bentuk batu kapur, gipsum dan fluorit. Stalagmit dan stalaktit mengandungi kalsium karbonat. Oleh sebab ia merupakan zat makro dalam diet manusia, amalan pemuliharaan tanah selalunya mengambil kira keseimbangan lestari kepekatan kalsium dalam tanah.
Calcium merupakan nutrisi didalam air yang membuat jumlah Karbonate dan Bikarbonate menjadi seimbang. Semakin banyak jumlah Calcium yang terdapat dalam air, maka jumlah family plankton akan semakin banyak. Juga karena Calcium didalam air, akan menghasilkan bikarbonat yang menambah jumlah Carbondioksida ( CO2 ) untuk proses fotosintesis. Jumlah Calcium didalam air menunjukkan bagus atau tidaknya sumber air tersebut. Jika Calsium < 10 ppm kurang baik. 10 ~ 25 ppm baik, dan > 25 ppm lebih baik lagi.
Jenis plankton yang dijumpai dalam air yang banyak mengandung Calcium adalah : Microcystis sp., Chreoeoccus sp., Anabaena sp., Pediastrum sp., Staurastrum sp., Coscinodiscus sp., Melosira sp. Ada juga beberapa jenis plankton yang dijumpai pada air yang unsur Calcium rendah yaitu : Ankistradesmus sp., Dinobryon sp., dan Closterium sp. Plankton yang dapat digunakan sebagai penunjuk kualitas air, untuk menentukan rendahnya kadar Calcium dan Magnesium adalah Cosmarium sp.











BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah:
1.    Oceanografi itu ialah Scientific study dan explorasi lautan dan laut-laut serta semua aspek-aspek dan fenomenanya. Termasuk sedimen, batuan yang membentuk dasar laut, interaksi antara laut dengan atmosfer, pergerakan air, serta faktor-faktor tenaga yang menyebabkan adanya gerakan tersebut baik tenaga dari dalam maupun tenaga dari luar, kehidupan organisma, susunan kimia air laut, serta asal mula terjadinya lautan dan laut-laut purbakala. Oleh karena itu oceanografi dikatakan sebagai suatu disiplin ilmu mengenai laut yang terdiri dari beberapa cabang ilmu pengetahuan seperti ilmu geologi, meteorology, biologi, kimia fisis, geofisika, geokimia, gerakan mekanis dan aspek-aspek teoritis yang harus menggunakan ilmu pasti.
2.    Kimia Oseanografi yaitu ilmu yang berhubungan dengan reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalam dan di dasar laut dan juga menganalisa sifat-sifat dari air laut itu sendiri. Misalnya kadar garam yang terdapat dalam air laut, zat- zat kimia yang mencemari, dll. Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%), natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan sisanya (kurang dari 1%) teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida. Tiga sumber utama garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam.
B.   Saran
Saran yang dapat diberikan, dalam mempelajari Oseanologi Pendahuluan perlu mendalami ilmu mengenai kimia, fisika, geologi dan biologi.



DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan.Andi: Yogyakarta
Akhadi, Mukhlis. 2009. Ekologi Energi.Graha Ilmu:Yogyakarta
Berner, Elizabet Kay. 1996. Global environment: Water, Air, ang Geological Chemical Cycles. New Jersey : Prentice Hall
Hutabarat, SAhala. 1985. Pengantar Oceanografi.Jakarta:UI Press
Masazumi, Harada.2005. Tragedi Minamata.Media Kajian Sulawesi: Makasar
Rosse, David A.1977. Introduction Oceanography. Englewood Clifft:Prentice Hall


Tidak ada komentar:

Posting Komentar